Bab 31 Melamar kerja

64 24 0
                                    

💙

Setiba di rumah, Ang duduk di teras menyadarkan kepalanya di punggung kursi sambil mendongak ke atas. Ang menghela nafas berat melepas penat di tubuh dan hatinya. Ia melamun mengingat ucapan pahit yang dilontarkan Fariz bahwa Najelina akan segera menikah dalam waktu dekat ini. Dalam benak hati Ang, ia tak ingin hal itu terjadi.

"Gimana lagi caranya agar aku bisa meyakinkan hati keluarga Najelina. Aku sangat mencintai dia Ya Allah. Apa yang harus aku lakukan."

Ang berfikir mencari jalan keluar lalu tiba-tiba ada sesuatu yang terlintas di fikiran Ang. Ia melihat Fariz memakai jas dan membawa tas di dalam fikirannya. Ang kemudian bangun dari sandarannya lalu duduk tegak.

"Ada satu cara agar aku bisa diterima di keluarga Najelina. Semoga kali ini berhasil, amin."

Ang kemudian berdiri lalu bergegas masuk ke dalam kamarnya.

Beberapa menit kemudian, Ang keluar dengan tampilan agak berbeda. Ia mengenakan kemeja lengan panjang berwarna biru dan celana panjang berwarna hitam. Ia membawa tas lalu berjalan ke arah dapur menghampiri neneknya yang sedang membuat teh.

"Nek, Jaka pergi dulu ya, Nek. Jaka mau melamar pekerjaan di perusahaan. Do'ain ya Nek, semoga Jaka diterima," pamitnya kepada sang nenek tersayang.

Sang nenek memperhatikan cucu semata wayangnya itu dari atas sampai bawah. "Kamu ganteng sekali Jaka kalau memakai baju seperti ini," pujinya seraya memegang lengan tangan sang cucu.

"Hehe, nenek bisa aja."

"Kamu mau cari pekerjaan baru?"

Ang mengangguk-angguk.

"Nenek do'ain semoga kamu diterima, Nak. Semoga apa yang kamu inginkan tercapai. Maafkan Nenek ya, karena Nenek sudah tua, kamu jadi berusaha sendiri buat biaya kuliah. Maafin Nenek ya, Jaka," sang nenek menitihkan air mata.

"Nek, Nenek jangan khawatir. Jaka akan berusaha buat bahagiain Nenek. Jaka sudah besar, Jaka harus bisa mandiri. Pokoknya tugas Nenek hanya satu yaitu, do'ain Jaka."

Nenek tersenyum seraya mengelus lengan tangan Ang. "Seandainya Ibu Bapak kamu masih ada, pasti mereka bangga punya anak seperti kamu, Nak." Lastri semakin berlinang air mata lalu mengusapnya.

"Nenek jangan sedih ya. Ibu Bapak sudah bahagia di sana," Ang mengusap air mata neneknya.

"Ya sudah kalau begitu. Kamu berangkat gih nanti telat."

"Iya Nek. Jaka berangkat dulu. Assalamualaikum," pamit dan salim Ang kepada Lastri.

"Wa'alaikumsalam. Nggak minum teh dulu, ini tadi Nenek buatin untuk kamu."

Ang kemudian menghentikan langkahnya lalu berbalik badan ke arah neneknya. Ang menyeruput habis teh di dalam cangkir.

***

"Nama Anggara Kurniawan, usia 21 tahun. Mahasiswa Universitas Dharmawangsa jurusan manajemen semester 7?" ucap kepala HRD di dalam ruangan bersama Ang. HRD berkaca mata serta rambutnya sedikit botak macam profesor itu mengerutkan alis saat membaca surat lamaran kerja milik Anggara.

HRD bernama Luis itu sesekali melirik Ang yang duduk menegang di depannya.

"Melamar kerja menjadi manajer?" lanjut membaca.

Luis kemudian meletakkan CV Anggara di atas meja. Ia membetulkan posisi kacamata minusnya lalu menatap Ang.

"Posisi manajer di sini, memang bisa ditempati oleh seorang sarjana dengan lulusan S1 Manajemen. Tapi, disini kamu belum lulus Anggara. Maaf, saya belum bisa menerima lamaran kerja kamu," tolak Luis seraya menggeser CV ke depan Ang.

"Tapi nilai IP saya bagus, Pak. Tolong Bapak percaya dengan kemampuan saya dalam mengelola perusahaan. Izinkan saya magang beberapa bulan di perusahaan ini Pak, agar Bapak bisa menilai kemampuan saya," mohon Ang dengan wajahnya yang penuh harapan.

"Tidak bisa Anggara, lebih baik kamu lanjutin kuliah kamu saja sampai lulus. Nanti kalau sudah menjadi sarjana S1 kamu bisa datang ke sini lagi," pintanya ramah.

"Tapi saya butuh pekerjaan ini sekarang, Pak. Bapak percaya dengan kemampuan saya."

"Maaf Anggara, tidak bisa. Ini sudah peraturan dari perusahaan. Lebih baik kamu bersabar saja ya. Tunggu sampai kamu lulus kuliah. Maaf juga, saya masih ada pekerjaan lain. Saya sekarang akan berangkat ke luar kota," pamitnya seraya merapikan berkas-berkas di atas meja.

"Ya sudah kalau begitu, saya pamit pulang Pak. Terima kasih," pamit Ang seraya berjabat tangan dengan Luis dan Luis menganggukan kepala.

Ang kemudian keluar dari dalam kantor tersebut.

***

Lalu Ang berusaha menghampiri beberapa perusahaan lain untuk melamar pekerjaan sebagai manajer. Namun hasilnya nihil. Ang tidak diterima di perusahaan manapun dengan alasan yang sama yaitu, Ang belum lulus kuliah.

"Bagaimana ini, semua perusahaan menolak lamaran kerja aku. Cuma itu jabatan yang cocok agar aku bisa diterima di keluarga Najelina. Aku nggak bisa menunggu pekerjaan itu sampai aku lulus. Karena waktu untuk membuktikan bahwa aku bisa bahagiakan Najelina hanya satu minggu. Aku nggak mau Najelina menikah dengan orang lain. Aku dan dia saling mencintai. Apa yang harus aku lakukan lagi agar aku bisa diterima di keluarga Najelina," ucapnya saat diduk di kursi depan ruang HRD. Ang terlihat pusing menopang kepalanya saat melihat CV yang dibawanya.

Beberapa detik kemudian, Ang menoleh ke arah kiri. Ia melihat Tirta, papa Najelina sedang berjalan menuruni anak tangga bersama rekan bisnisnya.

***

Apa yang akan dilakukan Ang saat bertemu dengan Papa Najelina yaaa...

Simak terus perjuangan cinta Ang yaaa 😊

Mari ges! Geser teros ke bawah
👇

NAJELINA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang