💙
Setelah beberapa menit memacu jantung Ang, dokter dan para perawat bernafas lega. Akhirnya jantung Ang berdetak stabil kembali. Najelina tampak masih panik dan air matanya masih terus menetes memperhatikan apa yang dilakukan para dokter dan perawat terhadap suaminya.
"Tenang saja Mbak Najelina, jantung Mas Anggara sudah stabil. Mbak Najelina selalu berdo'a ya, pasti sebentar lagi suami Mbak membuka mata," ucap dokter saat meletakkan alat pacu jantung ke meja.
Najelina memejamkan matanya sejenak, menghela nafas dan bibirnya pun pelan-pelan mulai menampakkan senyuman. Matanya tak berhenti memandangi wajah suaminya.
***
Beberapa jam kemudian setelah dokter membalut luka Ang dengan perban di bagian kepala dan lengan tangannya seperti Najelina, Ang pelan-pelan membuka matanya. Ia memperjelas pandangannya ke atas dan mencoba memperhatikan semua sudut ruangan. Ang masih tak mengerti apa yang sudah dialaminya saat ini. Ang memperhatikan gerak-gerik sang dokter yang saat itu sedang memeriksa keadaanya.
"Alhamdulillah Mas Anggara sudah sadar. Sepertinya keadaannya mulai membaik," kata dokter setelah memeriksa.
"Mbak Najelina, Mas Anggara sudah sadar," seru dokter kepada Najelina yang saat itu sedang menatap kosong langit-langit ruangan dengan mata sembab. Mendengar ucapan sang dokter, Najelina menoleh ke arah sang suami.
Anggara tampak terkejut saat dokter mengucap nama Najelina. Ia pun menoleh cepat ke arah samping. Ang tampak tak percaya saat melihat sang istri juga terbaring di atas ranjang pasien.
"Sayangku?" ucap Ang lirih.
Najelina tersenyum akhirnya seseorang yang ia ucapkan dalam do'anya beberapa menit yang lalu kini membuka mata kembali.
Ang tidak membalas senyuman Najelina. Ia tampak khawatir dengan keadaan Najelina yang dibalut perban dengan bercak darah di kepalanya itu. Ang berusaha bangun dari tidurnya untuk menjangkau Najelina lebih dekat lagi.
"Mas Anggara mau kemana? Keadaan Mas masih belum sehat," dokter menghalangi Ang yang mencoba turun dari ranjang.
"Istri saya kenapa, Dok? Kenapa dia luka-luka seperti saya?" tanya Ang panik.
"Mas Anggara tidur dulu jangan banyak bergerak. Kalau nanti dipaksa bergerak, makin lama sembuhnya. Mas Anggara nggak mau kan, lama-lama di rumah sakit?"
Ang mencoba berbaring kembali.
"Tapi Dok, kenapa istri saya? Ada apa dengan istri saya, Dok?"
"Mbak Najelina tadi pagi kecelakaan sesaat sebelum Mas Anggara juga kecelakaan. Tapi nggak apa-apa, Mbak Najelina sudah kami tangani dengan baik. Hanya menunggu pemulihan saja."
Ang tetap tak berhenti menatap keadaan Najelina. Terlihat dari raut wajahnya, sebagai seorang suami ia sangat khawatir.
"Aku seneng akhirnya kamu bangun juga. Aku nggak mau kamu pergi meninggalkan cinta kita," ucap Najelina lirih dengan senyum manisnya.
"Karena kalian sudah mulai membaik, saya akan mempersilahkan keluarga kalian untuk masuk. Saya keluar dulu ya, memanggil keluarga kalian yang sedari tadi menunggu kalian di luar," pamit dokter.
Najelina mengangguk-angguk.
***
Setelah membuka pintu dan sudah berada di luar ruangan, dokter pun dihampiri semua keluarga beserta teman-teman Anggara dan Najelina.
"Dok, bagaimana keadaan anak saya dan suaminya, Dok?" tanya Tirta panik.
"Mereka berdua baik-baik saja kan, Dok?" sahut Fariz.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAJELINA [Completed]
Romance"Lo mau bawa gue kemana?" "Ke sebuah tempat di mana cuma ada cinta dan kasih sayang didalamnya." "Di mana itu?" "Di hatiku. Kamu wanita pertama dan terakhir yang aku ajak ke sana." -Ang- --oOo-- Najelina, perempuan bak Cinderella deng...