Bab 33 Senyum

62 24 0
                                    

💙

Keesokan harinya, Ang dan Najelina bertemu di sebuah cafe. Mereka terlihat sedang makan berdua dan saling bercanda. Lepas dari rasa sakit yang diterima dari keluarga Najelina, Ang tetap berusaha tersenyum dan bahagia di depan Najelina. Ang tidak ingin gadis yang dicintainya itu melihat rasa sakit yang ada di dalam hati Ang.

"Maaf ya, aku ajak kamu ke sini. Tadi kamu pake alasan apa biar bisa keluar rumah?" tanya Ang setelah meminum habis jus jeruknya.

"Aku bilang mau beli peralatan cewek di mall. Lagi pula satu jam lagi kan masuk kuliah. Jadi gampanglah buat keluar rumah," jawabnya lalu menyeruput jusnya kembali.

"Bentar ya, aku ada rezeki buat kamu."

Ang merogoh saku celananya lalu mengeluarkan amplop coklat berisi sejumlah uang.

Lalu Ang meletakkan amplop itu di atas meja dan menggesernya ke depan Najelina. "Alhamdulillah, aku kemarin habis gajian. Ini uang buat kamu. Kamu pake buat beli kebutuhan kamu ya, tapi maaf cuma sedikit. Belum cukup buat kamu beli barang-barang yang bagus."

Najelina tertawa. "Haha, apaan sih kamu. Barang bagus apa emangnya? Jangan kamu fikirin ucapan Kak Fariz kemarin. Aku tuh nggak butuh barang bagus atau mewah dari kamu. Yang aku butuhin dari kamu itu kesetiaan kamu. Urusan rezeki buat aku, itu kamu fikirin kalau kita sudah nikah. Aku akan selalu nerima rezeki dari kamu berapapun itu. Jadi, untuk saat ini maaf ya aku belum bisa terima uang kamu, aku nggak mau ngerepotin kamu. Kamu kan masih butuh uang ini untuk biaya kuliah."

Najelina menggeser amplop tersebut ke depan Ang.

"Tapi aku ikhlas ngasih kamu rezeki sekarang. Kamu nggak ngerepotin kok. Aku nggak mau cuma kasih kamu cinta saja tapi juga materi. Urusan biaya kuliah besok juga ada rezeki lagi. Kamu jangan khawatir," Ang menggeser amplop itu ke arah Najelina lagi.

"Ang, aku tahu kamu lebih butuh uang ini. Kamu nggak usah nggak enak gitu sama aku. Maaf aku belum bisa nerima. Biaya kuliah kamu lebih penting daripada aku," Najelina menggeser amplop itu lagi.

"Lo kok gitu sih, nggak ngehargai usaha gue buat nyenengin lo. Males gue!" Ang memalingkan muka lalu melirik Najelina. Ang pura-pura ngambek.

"Oke, gue terima uangnya. Gue hargai usaha lo buat nyenengin gue. Tapi ada syaratnya," Najelina menarik kembali amplop tersebut dan dipegangnya.

"Pake syarat segala. Apaan syaratnya?"

"Lo pengen kan gue seneng?"

Ang mengangguk-angguk.

"Kalau lo pengen gue seneng, lo nggak boleh marah ya, uang ini gue pake buat apa."

"Ya nggak lah. Itu kan emang uang buat lo. Hak lo mau buat apa aja, terserah. Gue nggak ngelarang."

"Beneran? Lo nggak boleh ngelarang ya, uang ini buat apa."

"Iya sayangku Jeliii. Gue nggak akan ngelarang lo. Emang uang itu mau lo pake buat apa siihh?!"

"Janji dulu, nggak boleh ngelarang yaa," Najelina mengacungkan jari kelingkingnya.

"Oke!" Ang mengaitkan jari kelingkingnya ke jari Najelina.

"Ini udah masuk di peraturan perundang-undangan ya. Lo nggak boleh nge-la-rang!"

"Heleh! Iya-iya. Emang mau lo pake buat apa sih?"

"Buat Nenek lo. Ini uang gue kasih ke Nenek lo buat beli kebutuhan dia." Najelina menggeser amplop itu ke depan Ang.

"Nenek gue? Tapi Jel---"

"Eitss, lo nggak boleh ngelarang. Ini sudah perjanjian. Lo pengen kan gue seneng? Dan ini adalah hal yang gue seneng."

"Tapi Jel, gue pengen bahagiain lo seutuhnya. Gue juga pengen ngasih lo sedikit rezeki dari hasil keringat gue."

"Iya gue tau niat baik lo. Gue seneng kok sama niat baik lo. Tapi Ang, gue lebih seneng lagi kalau gue lihat lo kerja keras buat bahagiain keluarga lo. Itu udah bikin gue seneng dan kagum sama lo. Gue yakin gue akan bahagia hidup bersama lelaki yang mau kerja keras buat keluarganya, seperti lo ini. Gue bangga sama lo."

"Makasih ya Jel. Jadi, uang ini buat Nenek?"

Najelina mengangguk-angguk.

Ang tersenyum. "Gue akan selalu berusaha bikin lo bahagia, Jel."

"Lo bisa bikin pipi gue kenceng nggak kendor setiap hari, itu udah bikin gue bahagia, Ang."

"Maksud dari bikin pipi lo kenceng apa ya? Gue harus ngajak lo treatment pipi ke dokter? Atau gue harus beliin lo skincare gitu?"

"Hahaha, bukaan! Maksud gue pipi kenceng itu senyum dan pipi kendor itu cemberut. Artinya, lo bisa bikin gue tersenyum nggak cemberut tiap hari, itu udah bikin gue bahagia."

"Oh gitu?"

Ang kemudian mencubit gemas kedua pipi Najelina. "Nih udah gue kencengin pipi lo, hahaha!"

"ANGGAARRAAAA...!?!!"

"SAKIT TAU!!?"

***

Ihhh uwu banget sih dua anak ini.
Bikin gemes deh.

Lanjut baca yuk kisah cinta Ang & Jeli.
👇

NAJELINA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang