Bab 34 Kontrakan

58 21 0
                                    

💙

Setelah bertemu dengan Najelina, Ang pulang ke rumah terlebih dahulu sebelum berangkat ke kampus. Niat Ang pulang untuk mengambil tas dan memberikan amplop kepada sang nenek.

"Assalamualaikum, Nek," salam Ang saat masuk ke dalam rumah.

"Wa'alaikumsalam. Loh Jaka? Bukannya kamu sudah berangkat kuliah? Kok pulang lagi?" tanya Lastri keluar dari ruang tengah.

"Belum Nek. Jaka belum berangkat ke kampus. Tadi habis ketemuan sama Najelina. Jaka pulang mau ngambil tas aja."

"Oh... kenapa pacar kamu yang cantik itu nggak diajak kesini?"

"Nggak, Nek. Dia langsung berangkat ke kampus," sambil menyaut tasnya yang berada di sofa tamu.

"Oh ya, Nek. Kemarin Jaka gajian. Ini uang buat Nenek. Satu juta." Ang menyerahkan amplop coklat kepada sang nenek.

"Nenek masih ada uang, Jaka. Uang yang kamu kasih bulan lalu masih ada. Itu uang buat bayar kuliah kamu saja, Jaka."

"Nggak apa-apa Nek. Biaya buat kuliah udah terkumpul satu juta kok, ini nanti mau Jaka bayarkan."

"Iya udah, Nenek simpan. Siapa tau besok-besok ada biaya kuliah lagi," Lastri menerima amplop tersebut.

"Jaka berangkat dulu ya, Nek."

Ang salim kepada neneknya. "Iya Jaka, hati-hati," pesan Lastri seraya mengelus rambut sang cucu.

Baru berjalan satu langkah ke depan, tiba-tiba....

Brak!

Dua orang preman bertubuh kekar dan berkalung rantai, menendang pintu. Mereka adalah preman suruhan pemilik kontrakan untuk menagih uang kontrakan kepada Ang.

"Jaka, udah tanggal 30 nih. Janjinya?" Preman itu bersandar di tengah pintu seraya menadahkan tangannya ke arah Ang untuk meminta uang.

"Hari ini terakhir elo lunasin uang kontrakan yang udah tiga bulan nggak elo bayar," sahut preman yang satunya seraya menghisap rokok lalu meniupkan asapnya.

Ang kemudian melirik kalender yang digantung di tembok. Ang melihat angka 30 di kalender itu dilingkari spidol merah. Ang baru ingat ternyata hari ini hari jatuh tempo untuk membayar tunggakan uang kontarakan.

"Jangan bilang lo lupa dan belum mempersiapkan duitnya. BASI!"

"Kalau sekarang lo nggak bisa bayar, siap-siap aja baju lo gue keluarin."

"Baju aja ya Bos yang dikeluarin?" sahut anak buahnya.

"Ya iya lah. Kalau sama barangnya sekalian, keenakan dia dong. Barangnya itu buat gantiin uang kontrakan yang belum dia bayar."

"Ayo CEPEETT! sebelum kita naik darah nih!"

Lastri kemudian memberikan amplopnya kepada preman itu. "Ini uangnya."

Preman itu menerima dan menghitung jumlahnya. "Satu, dua, tiga. Cuma satu juta?"

"Satu juta? Eh Jaka! Lo nunggak tiga bulaaan. Lo harus bayar satu juta setengah. Ditambah bunganya, lo harus bayar satu juta delapan ratus!"

"Mana delapan ratusnya!" sahut preman satunya.

Terpaksa deh gue harus pake uang semerter buat bayar kontrakan. Mau gimana lagi, daripada gue diusir. Kasian Nenek juga. Semoga aja tagihan uang semester bisa diulur.

Ang kemudian membuka tasnya. "Iya, iya gue lunasin!"

Lalu Ang memberikan uang delapan ratus ribu kepada preman itu.

"Nah gini dong. Kita sama-sama seneng. Lo seneng nggak jadi diusir dan kita seneng karena nggak jadi dipecat sama Bu Bos kontrakan. Lo kan tau, Ibu kontrakan lo kayak singa lebih kejam dari kita, hahaha!"

"Oke Thanks Bro! Kapan-kapan kita ngopi bareng. Sekali-kali sesama preman saling silahturahmi!" pamit dua preman itu sambil berjalan ke luar untuk menaiki motornya.

Ang kemudian nenghitung sisa uangnya. "Masih dua ratus ribu." Ang menghela nafas.

"Gimana Jaka, uang buat kuliah kamu?" tanya Lastri.

"Nggak apa-apa kok Nek. Uang bisa dicari lagi. Jaka berangkat ya, Nek," pamitnya lalu keluar rumah.

"Iya, Nak. Hati-hati!" pesan Lastri.

Lalu Ang menyalakan motornya dan berangkat menuju kampusnya.

***

Yang sabar ya Ang.

Tapi gimana ya nanti kalau Ang ditagih uang semerter?

Yok
Gas teros ke bawah.
👇

NAJELINA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang