Bab 48 Tantangan

67 23 1
                                    

💙

Beberapa menit kemudian, Ang sudah sampai di lapangan padang rumput yang lokasinya dekat dengan persawahan. Lapangan itu jauh dari jalan raya dan jalan menuju lapangan pun kecil hanya muat dilewati satu mobil saja. Keadaan lapangan sepi, sepertinya Marcel belum datang.

Ang duduk di atas motor dan tiba-tiba Anrez dan Rian datang lalu mensejajarkan motornya di samping Ang.

"Anrez, Rian? Lo berdua tau gue ada di sini?" tanya Ang.

"Gue tau lo ditantang Marcel, kan?" tanya balik Anrez.

"Lo tau dari mana?"

"Tadi gue liat Marcel telpon lo di rumah sakit. Dan gue inget kata Roy, setelah keluar dari rumah sakit, dia bakal balas dendam ke elo, Ang. Dia nggak terima sebagai ketua geng motor kalah balapan sama lo," jelas Anrez.

"Dan kita nggak percaya kalau dia bakal dateng sendirian. Pasti dia bakal ngajak temen gengnya buat ngalahin lo. Dia mainnya keroyokan. Maka dari itu kita datang buat bantuin lo, Ang," sahut Rian.

"Thanks ya, Yan, Rez. Lo berdua selalu ada buat gue," Ang tersenyum kepada kedua sahabatnya itu.

"Salah satu dari kita bertiga punya masalah, kita harus selesaikan bareng-bareng. Dan gue yakin kita bakal bisa bikin geng motor Marcel kapok nggak bikin ulah lagi," Anrez yakin.

Dan sekarang Marcel datang bersama Roy dan Bisma. Mereka bertiga mengeraskan suara motornya seraya mengitari Ang dan kedua temannya.

"Sudah gue duga, dia bakal bawa anak buahnya," ucap Rian lirih.

Marcel dan kedua temannya berhenti di depan Ang. Mereka semuanya turun dari atas motor masing-masing.

Marcel dan Ang berhadapan sedangkan kedua teman-temannya berdiri di belakang sambil bersandar motor.

"Benar-benar ngaku jagoan ternyata," ucap Marcel tersenyum sinis menatap Ang.

"Kenapa emang? Lo takut?" sahut Ang.

"Cuih, takut? Haha, nggak ada segininya lo di mata gue," Marcel menyentilkan jari kelingkingnya di depan Ang.

"Oke, kita buktikan," tantang Ang.

Marcel tersenyum sinis. "Berani nantang ternyata. Lo lawan gue, berarti lo udah siap bakal masuk ke ICU, atau bisa juga lo bakal masuk ke liang lahat."

Ang tersenyum sinis. "BASI! Lo nggak usah sok nawarin gue, kalau akhirnya lo sendiri yang bakal masuk ke tempat itu."

Marcel mengumpat kasar lalu menojok pipi Ang dengan keras. Ang tak tinggal diam, ia kemudian membalas tonjokan Marcel. Begitu juga dengan teman-temannya, mereka semua saling adu kekuatan fisik untuk melawan satu sama lain.

Ang dan Marcel saling hajar menghajar. Tak peduli bagian tubuh mana saja yang jadi sasaran, mereka tetap terus menghantamnya. Hingga beberapa kali mereka hampir jatuh namun bangkit lagi untuk meluapkan emosinya.

Dan pada saat itu, Alvi dan Sandra tak sengaja lewat. Sandra saat itu sedang membonceng Alvi. Dan Alvi-lah yang lebih dulu mengetahui perkelahian itu dari kejauhan.

"San, San, San berhenti dulu San," pinta Alvi sambil menepuk-nepuk bahu Sandra.

Sandra pun menghentikan motornya.

"Apaan, Vi?" tanya Sandra.

"Lihat tuh. Itu kan Ang, Anrez, Rian sama geng motor Marcel. Mereka berantem, San!" Alvi menujuk ke arah perkelahian itu.

Sandra menoleh dan memperjelas pandangannya dengan membuka kaca helmnya. "Astagfirullah! Ngapain mereka? Ya Allah, sampek kek gitu mukanya."

"Cepet telfon Najelina, San. Kasih tau kalau Ang sekarang lagi berantem. Siapa tau kalau Najelina datang, Ang bakal berhenti beranten, San," pinta Alvi.

NAJELINA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang