Bab 52 Bertahanlah

134 27 11
                                    

💙

Fariz kemudian menarik kerah baju Anggara dan langsung menojok serta menendang perut Anggara dengan kencang.

"Bener-bener bangsat! Bajingan! Pengecut lo Anggara. Berani-beraninya lo bawa kabur Najelina dan sekarang, lo berani nikahin Najelina tanpa sepengetahuan keluarganya. Bener-bener bangsat lo Anggara! Bangsat!" Fariz mengumpat seraya terus menghajar Anggara.

Anggara hanya diam. Ia tak ingin membalas sedikitpun karena Ang tahu ia berlawanan dengan siapa.

Lalu Anrez dan semuanya mencoba meredamkan amarah Fariz.

"Berhenti Pak Fariz, berhenti. Kita bicarakan masalah ini baik-baik. Pak Fariz tenang, tenang," pinta Anrez berdiri di tengah-tengah.

"Ang, lo nggak apa-apa?" tanya Rian di samping Ang.

Ang hanya diam saja. Ia sibuk mengusap darah yang keluar dari bibirnya.

"Kak! Kakak jangan kejam seperti itu. Kasian Anggara. Dia suami Najelina, Kak! Semua ini Najelina yang minta. Najelina ingin menikah dengan Anggara," tangis Najelina mendekati Anggara.

Tirta menarik tangan Najelina lalu menamparnya.

"Kurang ajar kamu, Najelina! Bikin malu keluarga! Papa sudah capek-capek bikin pernikahan di gedung, kamu malah kabur ke sini dan menikah dengan laki-laki berandalan itu! Bener-bener---" Tirta sangat marah dan ingin menampar Najelina lagi namun dihentikan oleh Safira.

"Mas, jangan sakiti Najelina. Kasihan," Safira memeluk Najelina.

"Apa? Kasihan kamu bilang? Nggak ada kata kasihan buat dia! Dia udah mempermalukan keluarga! Dia sendiri tidak kasihan dengan orang tuanya, Safira! Malah sekarang berani membangkang dan nikah tanpa seizin orang tuanya! Anak seperti itu yang menurut kamu patut dikasihani, hah? Harusnya dia itu ditampar lebih keras lagi!" geram Tirta.

Najelina terus menangis.

"Maafkan saya, Pak. Jangan salahkan Najelina. Saya akan bertanggung jawab menjadi suami Najelina, Pak. Beri saya kesempatan Pak untuk membuktikan bahwa saya mampu membahagiakan Najelina," mohon Ang kepada Tirta.

"Nggak sudi saya punya menantu seperti kamu!" sentak Tirta.

Fariz mendorong bahu Ang. "Omong kosong! Laki-laki seperti lo nggak akan bisa bahagiain Najelina, lo cuma bisa bacot doang. Harusnya lo itu sadar diri. Lo itu siapa, hah? Kere hidup nggak jelas barani-beraninya nikahi anak orang kaya. Lo kasih makan apa adik gue nanti, hah? Nasi sama garem?"

"Saya berjanji, Pak. Saya akan bahagiakan Najelina. Saya akan memberikan kehidupan yang layak untuk Najelina."

"Pa, Kak, tolong kasih kesempatan Anggara buat buktiin kalau dia bisa bahagiain Najelina. Najelina nggak pernah terbebani dengan kehidupan Anggara yang masih susah. Najelina terima Anggara apa adanya, Kak, Pa," sahut Najelina.

"DIAM KAMU!" bentak Tirta dan Najelina hanya bisa terus menangis.

"Gue nggak akan kasih lo kesempatan apapun Anggara. Malah gue, minta elo buat nalak Najelina. Cepet talak Najelina, sekarang!" pinta Fariz.

"Nggak, nggak. Saya nggak akan nalak Najelina. Saya mencintai Najelina dan selamanya Najelina akan menjadi istri saya. Saya tidak akan menalak Najelina."

"Jangan Ang. Jangan pernah talak aku. Aku nggak mau pisah sama kamu," pinta Najelina.

"Cepat TALAK Najelina, SEKARANG! Kalau nggak, lo bakal gue hajar lebih parah dari tadi. Cepet talak Najelina!"

"Kak, Kakak jangan seperti itu. Najelina nggak mau cerai sama Anggara, Kak," mohon Najelina.

"Cepet Anggara! Talak Najelina!" ucap Fariz sekali lagi.

NAJELINA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang