Bab 44 Ke kantor

52 23 0
                                    

💙

Pagi ini, Ang mendatangi kantor Tirta. Ia ingin bertemu dengan orang tua kekasihnya itu untuk mengklarifikasi masalah mengapa Tirta bisa setega itu dengan dirinya. Ang berfikir ini semua tidak masuk akal kenapa Tirta mengusik pendidikannya. Karena menurut Ang, pendidikan jangan diikut campurkan dengan masalah percintaannya dengan Najelina.

Saat ini Ang duduk di depan Tirta. Dan Tirta  sepertinya sedang sibuk mengetik di laptop yang berada di atas mejanya.

"Pak, apa benar Bapak yang mengeluarkan saya dari kampus?" tanya Ang dengan tatapan serius.

"Iya," jawab Tirta cuek dan masih terus fokus ke layar laptopnya.

"Kenapa, Pak? Kenapa Bapak setega itu dengan saya?"

"Terserah, kamu bilang tega atau nggak, terserah. Memang itu pantas diberikan kepada lelaki seperti kamu."

"Terus salah saya apa, Pak? Saya tidak pernah punya kesalahan apapun di kampus saya."

"Salah kamu sangat besar dan tidak bisa saya maafkan."

"Salah saya karena sudah mencintai Najelina? Iya saya tau, Pak. Bapak nggak pernah menyetujui hubungan saya dengan Najelina. Tapi Pak, itu masalah pribadi. Kenapa masalah itu Bapak ikut campurkan ke dalam pendidikan saya, Pak? Bapak nggak bisa seperti itu. Itu beda urusan, Pak."

"Menurut kamu, saya yang mengikut campurkan masalah percintaan kamu dengan pendidikan kamu? Menurut kamu, saya bodoh gitu tidak bisa membedakan mana masalah pribadi dan mana masalah pendidikan?"

Tirta tersenyum sinis. "Yang mengikut campurkan masalah cinta dengan pendidikan itu kamu sendiri Anggara. Kamu sudah memanfaatkan cinta anak saya untuk kepentingan pendididikan kamu. Kalau kamu nggak melakukan hal itu, saya juga nggak akan ngurusin pendidikan kamu. Kamu kuliah atau nggak kuliah, saya nggak peduli."

"Maksud Bapak apa ya? Saya memanfaatkan cinta Najelina untuk kepentingan pendidikan saya?"

"Jangan berlagak polos kamu. Lelaki seperti kamu itu sudah terlihat akal bulusnya."

"Saya benar-benar tidak mengerti, Pak. Apa maksudnya?"

Tirta mendecak kesal. "Kamu sudah memanfaatkan uang Najelina untuk biaya kuliah kamu. Ini kan rencana kamu mendekati anak saya. Kamu buat dia jatuh cinta sama kamu agar dia bisa kamu manfaatin untuk membayar semua tagihan uang kuliah kamu. Karena kamu sendiri tidak bisa kan membiayai kuliah kamu, makanya kamu cari pacar anak orang kaya."

"Najelina tidak pernah membiayai kuliah saya, Pak. Saya berjuang sendiri untuk biaya kuliah saya. Saya nggak pernah meminta bantuan Najelina sepeser pun, Pak."

"Kamu nggak usah bohong di depan saya. Ngakunya berjuang buat kuliah nyatanya pakai cara instan."

"Pasti ada yang menfitnah saya Pak. Saya tidak pernah menyuruh Najelina untuk membuayai kuliah saya, Pak. Dan Najelina juga tidak pernah mengeluarkan uang untuk biaya kuliah saya."

"Kamu nggak usah mengelak Anggara, saya punya buktinya."

Tirta kemudian membuka ponselnya dan menunjukkan isi chat Najelina bersama Pak Bambang kepada Anggara. Chat itu berisi bukti transfer uang 7 juta Najelina yang dikirim ke rekening Pak Bambang untuk biaya kuliah Ang.

"Ini bukti transferan uang senilai 7 juta yang Najelina kirimkan ke rekening Pak Bambang untuk biaya kuliah kamu. Sudah pasti Najelina melakukan itu karena rayuan kamu. Dan ini alasan saya untuk mengeluarkan kamu dari kampus. Saya tidak ingin universitas milik adik saya itu digunakan oleh mahasiswa macam kamu, yang bisanya cuma memanfaatkan cinta wanita untuk kepentingan pribadinya."

Anggara sangat kaget melihat bukti transferan itu. "Demi Allah, Pak. Saya tidak pernah menyuruh Najelina melakukan itu."

"Kamu pikir saya bodoh. Percaya dengan ucapan kamu? Kamu tidak menyuruh pun, dengan keadaan kamu yang serba kesusahan itu berani mencintai anak orang kaya, itu sudah otomatis terlihat kamu akan memanfaatkan uangnya tanpa menyuruh. Dengan janji-janji palsu yang kamu ucapkan, itu adalah trik kamu untuk memanfaatkan uangnya kan? Wanita akan luluh dan merasa iba dengan keadaan kamu. Sudah kebaca Anggara."

Anggara geleng-geleng kepala. Tidak menyangka bahwa dirinya seburuk itu di mata keluarga Najelina.

Tirta kemudian kembali fokus ke layar laptopnya seraya mengerik. "Tanpa disuruh pun, harusnya kamu sudah pergi dari tempat ini. Ngapain masih ada di sini? Harusnya kamu malu dengan apa yang saya ucapkan tadi."

Ang pun berdiri. "Oke, saya akan pergi dari sini. Asal Anda tau Pak Tirta, ini jauh lebih baik, saya sekarang malu karena ucapan Anda. Daripada Anda, suatu saat akan malu dengan ucapan Anda sendiri. Saya pastikan suatu saat Anda akan menyesal dengan apa yang Anda perbuat selama ini ke saya. Meskipun saya orang susah, saya tidak serendah apa yang Anda katakan. Permisi!" tegas Ang lalu keluar dari dalam ruangan tersebut.

Ang kemudian cepat-cepat menuruni anak tangga dan berjalan ke luar. Ang kemudian merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel.
Ang akan menghubungi Najelina.

"Temuin gue di taman sekarang. Gue mau ngomong penting sama lo," ucapnya saat berbicara dengan Najelina di dalam telepon dan Najelina mengiyakan.

***

Waduh, apa yang akan terjadi ya, kalau Ang menemui Najelina dan membahas transferan itu?

Mestine ape enek Geger Geden iki, Rek!

Siap-siap, beberapa bab terakhir akan membuat emosi kamu ikut memuncak.

Siapkan Sprite biar emosi kamu jadi nyegerin 😂

Cus lanjut teman-teman...
👇

NAJELINA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang