💙
Sesampainya di rumah, Ang terlihat lesu, letih dan kesal. Ia melempar tasnya ke sofa lalu duduk dan bersandar. Ia menatap kosong langit-langit rumah dengan rasa kecewa. Betapa tidak, impian yang selangkah lagi akan tercapai harus berhenti di tengah jalan. Ang tidak habis fikir dengan apa yang terjadi pada dirinya saat ini.
"Lho, Jaka? Kok sudah pulang?" tanya Lastri ketika masuk ke dalam rumah.
Ang pun kaget. Ia tersadar dari lamunannya dan langsung duduk tegak. Ang tampak kebingungan apa yang harus ia katakan kepada neneknya.
Jangan sampai Nenek tau masalah ini. Aku nggak mau Nenek sedih. Aku harus terlihat bahagia di depan Nenek.
"Emm... iya Nek. Jaka sudah pulang soalnya kelas Jaka ternyata libur," ucapnya bohong.
"Kamu ini. Emang nggak tau kalau libur?"
"Iya, lupa, Nek. Kalau gitu Jaka kerja aja ya Nek. Jaka pake seragam dulu terus langsung berangkat," Jaka berdiri dan menenteng tasnya.
"Iya, Nenek juga mau cari barang bekas. Nanti dikunci ya pintunya. Nenek sekarang berangkat," pamitnya lalu keluar lagi.
"Iya, Nek!"
Ang kemudian masuk ke dalam kamar dan melemparkan tasnya ke kasur. Lalu Ang duduk dan menopang kepalanya. Ang masih tidak menyangka dengan apa yang terjadi.
"Hah! Gimana kalau nanti keluarga Najelina tau masalah ini? Gue bakal makin dibenci sama mereka. Gue kuliah aja, mereka nggak nerima gue. Apalagi gue nggak kuliah? Arrgh!"
"Impian gue buat buktiin kalau gue bisa sukses, sekarang hancur!"
"Hah!"
"Lebih baik gue kerja. Gue pusing mikirin kuliah gue yang berantakan ini!"
***
Siang harinya, semua mahasiswa di Universitas Dharmawangsa beranjak pulang. Semua mahasiswa keluar dari dalam kelas masing-masing.
Terlihat Najelina clingukan mencari keberadaan Ang. Ia berjalan menyusuri teras sampai menuju kelas Anggara.
Najelina berdecak sebal. "Anggara kemana sih! Kenapa nggak kelihatan dari tadi. Biasanya dia suka ngintip ke kelas gue. Tapi dari tadi pagi nggak kelihatan jambulnya."
Najelina kemudian menoleh ke samping ke arah Anrez dan Rian yang baru saja keluar dari dalam kelasnya.
"Anrez? Rian?"
Najelina menghampiri mereka.
"Rez, Yan. Gue kok nggak lihat Ang sama sekali ya. Dia kemana?"
"Nggak masuk, Naj. Nggak tau sih, nggak masuk kenapa. Soalnya gue telpon juga nggak diangkat," jawab Anrez.
"Nggak masuk? Kenapa ya kok nggak masuk."
"Udah lo telepon belum? Mungkin kalau ditelepon sama lawan jenis dia mau ngangkat," tanya Rian.
"Udah gue telpon, gue Wa, gue S-M-S pun, belum dibales. Nggak biasanya dia kayak gini."
"Sibuk kali. Coba sekarang lo hubungi lagi siapa tau dia nggak sibuk sekarang," pinta Anrez.
"Gue coba ya," Najelina kemudian mencoba menelpon Ang.
Tut, tut, tut.
Najelina mendecak sebal. Panggilannya tak kunjung dijawab.
"Gimana? Belum diangkat juga?" tanya Anrez dan Najelina geleng-geleng kepala.
"Berarti dia sibuk banget, Naj. Ditunggu aja, nanti pasti hubungin lo kok. Gue pulang dulu ya," pamit Rian.
"Gue juga pulang dulu ya, Naj. Lo nggak usah khawatir. Ang nggak akan mungkin ninggalin lo," pesan Anrez seraya melangkah menjauh.
Najelina tersenyum mengangguk-angguk. Najelina kemudian berjalan menuju parkiran. Setelah sampai di parkiran, Najelina mencoba menghubungi Ang kembali.
***
Kringg.
Ponsel Ang berbunyi. Anggara saat ini sedang duduk dan meminum kopi di warung bersama teman-teman kerjanya. Ang memang niat tidak mengangkat panggilan telepon itu dan lebih memilih membiarkan ponselnya berdering terus menerus di atas meja.
Ponsel itu pun terus saja berdering. Hingga membuat teman-teman kerja Ang mengamatinya.
"Angkat kali, Jak. Kasian tuh ngoceh mulu hape lo," pinta teman Ang setelah meneguk kopi.
"Iya, Jak. Pasti dari pacar lo kan? Angkat sebentar napa. Pacar lo pergi, baru nyesel lo!" sahut teman lainnya.
Ang kemudian cepat-cepat mengangkat telepon dari Najelina.
"Iya, hallo, Jel?"
"Lo kemana aja sih! Ditelpon nggak diangkat, di chat nggak dibales!"
"Maaf, Jel. Gue sibuk tadi. Maaf ya."
"Sibuk apa sih? Lo sekarang ada dimana?"
"Di pencucian mobil, Jel."
"Lo kerja? Kenapa lo tadi nggak masuk?"
"Nggak kenapa-kenapa, Jel. Maaf ya, udahan dulu telponnya. Soalnya gue sibuk. Bye, i love you."
Ang kemudian menutup teleponnya.
Maaf, Jel. Gue belum siap cerita ke siapa-siapa masalah gue di-DO dari kampus. Batinnya.
***
Najelina mendecak kesal lalu menaiki motornya dan melaju pulang.
Beberapa menit kemudian, ia sudah sampai di rumah. Najelina memarkirkan motornya di halaman. Lalu Najelina masuk ke dalam rumah.
Saat Najelina berjalan di ruang tamu, Tirta kemudian menghampiri Najelina dan di ikuti Safira di belakang.
Plak!
Tirta menampar anak gadisnya yang baru saja pulang dari kuliah itu.
***
Apa yang terjadi? Kenapa Tirta menampar Najelina?
Apa ini ada sangkut pautnya dengan transferan uang 10 juta?Yuk cepat cari tahu sumber masalahnya.
Gas pol Men! Kita intip pertengkaran mereka. Ssstt....
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
NAJELINA [Completed]
Romance"Lo mau bawa gue kemana?" "Ke sebuah tempat di mana cuma ada cinta dan kasih sayang didalamnya." "Di mana itu?" "Di hatiku. Kamu wanita pertama dan terakhir yang aku ajak ke sana." -Ang- --oOo-- Najelina, perempuan bak Cinderella deng...