Bab 32 Nyelekit

66 22 0
                                    

💙

Ang kemudian berdiri dan berjalan menghampiri Tirta.

"Assalamualaikum, Pak," sapa Ang lalu mengulurkan tangannya ke Tirta ingin bersalaman.

Tirta membalas jabatan tangan Ang. Sebenarnya Tirta tidak sudi menyentuh tangan Ang namun ia sedang bersama rekan kerjanya. Ia tidak ingin terlihat sombong di depan rekan kerjanya itu.

"Wa'alaikumsalam. Ada apa?" tanya Tirta.

Ang tersenyum merekah saat melihat Tirta ternyata ramah dengannya. Namun semua itu hanya topeng belaka.

"Saya ingin berbicara penting dengan Pak Tirta. Sebentar saja. Saya mohon Pak, sebentar saja," pinta Ang sedikit gerogi.

"Oh, iya. Bentar ya Pak Farhan, saya tinggal sebentar. Jangan pergi dulu," pinta Tirta kepada Farhan, rekan bisnisnya. Farhan pun tersenyum menganggukkan kepala.

Kemudian Tirta mengajak Ang sedikit menjauh.

"Mau apa kamu?" tanya Tirta berpaling muka.

"Pak, saya tulus mencintai putri Bapak. Saya mohon Pak, batalkan rencana pernikahan Najelina dengan Afan. Najelina tidak mencintai Afan Pak. Kami berdua saling mencintai. Saya mampu membahagiakan Najelina Pak."

"Sudah ada yang lebih bisa membahagiakan Najelina dan saya tidak akan membatalkan itu," jawabnya tanpa melihat Ang.

"Saya tau maksud Bapak lebih bisa membahagiakan Najelina, karena Afan seorang manajer kan, Pak? Saya juga bisa Pak membahagiakan Najelina karena saya mahasiswa jurusan manajemen, Pak. Setelah lulus saya akan mencari pekerjaan sebagai manajer," ucap Ang meyakinkan.

Tirta tersenyum sinis. "Anggara, itu belum pasti. Kamu belum pasti jadi seorang manajer. Dan Afan, sudah menjadi manajer di perusahaan besar."

"Saya yakin Pak, setelah lulus saya akan menjadi seorang manajer di perusahaan besar."

"Tapi saya tidak yakin dengan impian kamu yang ketinggian itu. Saya sudah dengar dari kampus tempat kamu kuliah, kamu selalu nunggak bayar biaya semester. Kalau kamu tidak mampu bersekolah tinggi, jangan dipaksain. Membiayai kuliah sendiri aja susah, apalagi membiayai anak orang."

"Saya akan berusaha mencapai impian saya, Pak. Saya sekarang bekerja dan saya pasti bisa membiayai kuliah saya sampai lulus. Tolong Bapak percaya dengan kemampuan saya. Setelah lulus pasti saya menjadi seorang manajer, Pak."

"Melihat hidup kamu yang serba susah itu, saya jadi ragu dengan kelulusan kamu. Sepertinya kamu tidak akan menjadi sarjana. Jadi, jangan harap kamu akan menjadi seorang manajer," cela Tirta lalu pergi menghampiri rekan bisnisnya.

Ang hanya bisa diam menatap Tirta dengan mata berkaca-kaca. Merasakan sesuatu yang mencabik-cabik di dalam relung hatinya. Hatinya sangat sakit, ketika ada seseorang yang menghina impiannya. Tak hanya Ang, semua orang di dunia ini, jika impiannya diremehkan orang, mereka akan merasakan sakit hati yang luar biasa. Ini lebih nyelekit dari tusukan seribu jarum.

Tirta kemudian mengajak Farhan kembali berjalan.

"Ada masalah apa, Pak Tirta? Saya dengar dia sebut nama Najelina, putri Pak Tirta. Dia pacarnya Najelina?" tanya Farhan.

"Hehe, enggak Pak Farhan. Tidak mungkin Najelina mempunyai pacar seperti dia. Dia sudah punya calon suami seorang pengusaha," jawab Tirta.

"Oh. Lah terus dia siapa, Pak Tirta? Kenapa bisa kenal Najelina?"

"Biasalah, Pak. Najelina kan cantik dan kaya raya. Banyak fansnya, hehehe," sombongnya.

"Fans? Tapi sepertinya dia berharap sama Najelina," kata Farhan seraya melirik Ang.

"Kalau kata anak jaman sekarang, dia itu HALU," ucap Tirta juga melirik Anggara.

Anggara pun semakin sakit mendengarnya. Semoga saja Ang tetap tegar. Jangan sampai hinaan itu memudarkan rasa cintanya kepada Najelina. Ingat Ang, jangan sampai kamu menganggap Najelina itu layangan yang jatuh dan ditinggal pemiliknya. Banyak cara untuk kembali menerbangkannya, Ang.

***

Gimana nih, kalian juga merasakan sakit nggak dengan ucapan Tirta?

Kalau kalian berada di posisi Anggara, apa yang kalian lakukan terhadap Tirta?

Terus simak kisah cinta Ang & Jeli.

👇

NAJELINA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang