SERENITY-3

194 75 178
                                    

"Btw, nanti malem ada party loh,ikutan yuk!" ajak Sandra dengan antusias. Gadis itu kemudian mengeluarkan ponselnya dan menunjukkkan sebuah undangan dalam bentuk postingan. Tertulis untuk semua murid SMA Canaya, terutama anak kelas XI IPA-3. Tentu saja karena itu adalah pesta ulang tahun anak kelas tersebut.

"Terutama buat segenap anak kelas XI IPA-3. Wiiihhh... Ikutan, lah!" seru Audrey yang langsung ditanggapi anggukan kepala oleh Selin. "Sip lah, gue pasti dateng. Dimana ada party disitu ada Selin." ujarnya yang kontan mengundang tawa pelan dari para temannya. Kalau soal pesta, Selin adalah orang yang selalu ada pada urutan pertama. Selain hobby membully Gio, gadis itu juga hobby berpesta.

"Oke. Gue ikut, lo gimana, San?" Audrey beralih menatap Sandra. Meminta jawaban dari gadis itu.

"Gue ikutlah, Gue yang ngajak masak iya nggak ikut," jawabnya sembari menaik turunkan alisnya.

"Lo gimana,Van?" Kali ini Selin beralih meanatp kearah Ivanna. Meminta jawaban dari gadis tersebut.

"Ikutlah!" bukan Ivanna yang menjawabnya melainkan Audrey.

Ivanna menatap satu persatu ketiga temannya yang menatap kearahnya. Seulas senyum terbit di wajah Ivanna, ia meletakkan minuman cup-nya diatas meja kemudian menjawab ajakan temannya dengan santai. "Gue bukan dari keluarga berada ya, Gue cuma tinggal sama Kakak gue yang kerja banting tulang buat gue sama dia. So, kalau gue mau party, gue mesti mikir dua kali. Gimana Kakak gue kerja keras gitu, masak gue sebagai adiknya malah party, kan... Nggak lucu!"

Kalimat yang Ivanna ucapkan barusan sontak saja membuat ketiga kawannya saling tatap satu sama lain dalam kebisuan mereka. Apa yang Ivanna katakan? Kalau tidak mau ikut tinggal bilang saja kan? kenapa malah berkata hal demikian?

"Kenapa saling tatap gitu? Gengsi, temenan sama gue? Gue kan bukan orang bermateri!"

Apa lagi ini?

Bukannya apa-apa, Ivanna hanya ingin sedikit melihat seperti apa type temannya dalam berteman. Apakah pilih-pilih? Memandang dari tingkat kekayaan atau? terima apa adanya?

Sandra tersenyum tipis. "Bukan gitu maksud kita, Van! Kita cuma ngajakin lo. Kalau lo nggak mau yaudah, kita nggak maksa kok."

"Kalian maksa juga gue tetep nggak bakalan ikut," balas Ivanna yang langsung ditanggapi tawa pelan oleh Sandra. Tawa yang terdengar canggung.

"Gue ke toilet bentar," pamit Ivanna kemudian bangkit dari duduknya. Ia berlalu pergi tanpa mempedulikan tatapan dan pemikiran ketiga temannya mengenai dirinya dan sikapnya barusan.

Langkah gadis itu memelan saat melihat dua adik kelas berjalan melaluinya menuju taman belakang sekolah sembari membicarakan seseorang. Dan orang itu adalah Gio. Segera menuju taman belakang untuk melihat Gio di bully. Seolah itu adalah sebuah pertunjukan yang teramat perdana dan harus menghadirinya sebelum ketinggalan.

Ivanna menghembuskan nafasnya panjang. Apakah yang tadi pagi itu belum juga memuaskan? Tanpa mempedulikan tujuannya untuk ke toilet, Ivanna menuju ketempat yang dua adik kelasnya itu tuju. Taman belakang sekolah.

Suasana di taman belakang sekolah ramai begitu Ivanna sampai disana. Nampak segerombolan anak-anak yang tengah menonton sesuatu disana sembari tertawa bahagia.

"WOII!"

Teriak Ivanna. Suaranya yang melengking itu membuat aktivitas dihadapannya terhenti sejenak. Semua atensi yang berada disana sontak teralihkan kearah Ivanna. Seseorang yang baru saja berteriak. Termasuk Theo dengan raut sombongnya.

Theo tertawa sejenak. "Oohhh.... Pahlawan kesiangannya dateng lagi, nih!"

Sebagian siswa yang mendengar kalimat Theo itu saling tatap satu sama lain. Apa yang Theo maksud?

SERENITY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang