1
2
3
VROOOMMM
Sepersekian detik sebelum ketiga motor itu benar-benar melaju, suara deru motor yang lain lebih dulu terdengar. Membuat ketiga orang yang telah siap untuk menarik gas itu mengalihkan pandangan mereka ke asal suara.
"Sorry gue telat."
Demi mendengar kalimat itu, sebuah senyum simpul nampak melengkung di wajah gadis itu. Gio? Cowok itu datang? Ini benar-benar kejutan bagi Ivanna. Ia pikir ia sungguh akan sendirian.
"Heh! Datang juga lo." remeh Theo dengan tatapan tak bersahabatnya.
Gio membuang wajahnya lalu menutup kaca helm full face-nya. "Nggak usah buang waktu cuma buat ngomongin hal yang nggak berguna."
Theo berdecih pelan. Cowok itu membenahi posisinya dan mencengkram setang motor dengan erat. Sedangkan Ivanna? Gadis itu mengalihkan pandangannya dari Gio. Dengan senyum yang masih merekah, kedua tangannya kembali mencengkram setang motor dengan erat.
Gadis yang berdiri di tengah lintasan itu kembali mengangkat bendera kotak-kotak hitam putih di tangannya lalu... mengibarkannya.
VROOOMMM
Keempat motor itu segera melaju dengan pesat diiringi suara sorak ramai oleh para penonton. Motor Theo yang pertama memimpin. Gio yang tak ingin kalah semakin menarik gas nya. Menambah kecepatan dan menyalip Theo. Sedangkan antara Lagas dan Ivanna? Keduanya bersaing dengan serius. Saling salip menyalip satu sama lain.
Lima belas menit yang penuh tegang itu, lima belas menit yang penuh dengan persaingan ketat itu, terjawabkan dengan motor Gio yang pertama kali melewati garis finish. Disusul Theo empat detik setelahnya. Lalu Ivanna dan terakhir Lagas.
Ivanna mendekat ke arah Gio dengan motornya. Keduanya saling tatap satu sama lain lantas tanpa aba-aba saling ber-high five satu sama lain. Kepalan tangan keduanya saling bertemu lantas sama-sama menghentikan laju motornya ke tepian.
Gio membuka helm full face-nya. Begitu juga dengan Ivanna. Gadis itu menyibakkan rambutnya ke belakang dan menatap Gio dengan senyum yang merekah di wajahnya. "Kita menang, Gi!" serunya.
Gio balas tersenyum dan menganggukkan kepalanya pelan. Cowok itu lantas turun dari motornya dan berjalan ke arah Theo yang baru saja turun dari motornya.
"Sesuai dengan perjanjian, lo harus lepasin Dio dan Ivanna. Lo nggak ada hak buat bully mereka lagi." peringat Gio dengan tegas.
Theo berdecih. Cowok itu jelas tak terima dirinya kalah. Namun bagaimanapun juga itu adalah kenyataannya. "Sombong banget lo."
"Gue mau sombong juga bukan urusan lo. Lagian... dari dulu lo juga nggak pernah menang lawan gue, kan?"
Theo sontak mengepalkan tangannya begitu mendengar kalimat yang Gio ucapkan. Itu memang benar. Sejak masih menjadi anggota Albatros, Theo tak pernah menang melawan Gio dalam hal balap motor. Bukan karena Theo yang tak ahli, melainkan karena kurang cepat menuju garis finish. Terbukti di awal dan pertengahan cowok itu lebih sering memimpin. Dan saat hampir sampai ke garis finish, ia selalu terkalahkan dengan selisih yang tak pernah lebih dari lima detik.
"Tapi lo bener-bener lemah kalau di sekolah." Theo menyunggingkan salah satu sudut bibirnya kala mengucapkan kalimat tersebut.
Kali ini Gio yang mengepalkan tangannya. Theo tentu saja tahu kalau yang selalu ia bully adalah Dio. Kepribadian lain dalam diri Gio. Dan tentu saja karena itulah ia memanfaatkan situasi tersebut dengan mem-bully Dio saat di sekolah.

KAMU SEDANG MEMBACA
SERENITY (END)
Ficção AdolescenteAdakah yang lebih indah dari itu? Saat seseorang tak sengaja menyelami kehidupan orang lain. Haruskah tetap terus menyelam tanpa peduli bahwa dirinya akan tenggelam? Atau memilih untuk berhenti menyelam demi sebuah ketenangan? Benar, semua orang pas...