"Tahu nggak? Ada anak baru di kelas XII!"
Suara itu sayup-sayup menyeruak masuk ke indra pendengaran Ivanna. Membuatnya terbangun dari alam bawah sadarnya. Semalam ia baru bisa tidur saat jam dua dini hari. Akibatnya, ia merasa mengantuk pagi ini. Beruntung karena jam kosong, ia bisa tidur dengan nyaman di kelas. Yaa... Tentu saja tak bisa terlalu nyaman karena kebisingan disekitarnya.
"Heboh bener, lo, Rey! Pasti cowok, kan, anak barunya?" tebak Sandra menanggapi ucapan Audrey yang kontan direspon dengan tawa renyah dari gadis itu.
"Ya kali Audrey heboh kalau anak barunya cewek. Mau gebet? Eh inget! Audrey itu cewek sekalipun panggilannya Rey!"
Audrey yang tadinya tertawa kontan menampilkan wajah datarnya begitu mendengar kalimat yang ucapkan barusan. Lain halnya dengan Selin yang tertawa puas dengan ucapannya.
"Ada dua loh, Sel! Lo nggak mau satu? Kasihan, sih, lo jones mulu." ledek Audrey yang langsung dijawab dengan putaran bola mata malas oleh Selin. "Gue ajak satu anak Galvanize aja gampang. Ngapain gebet anak baru?"
Ivanna menghembuskan nafas panjang. Gadis itu lantas bangkit dari duduknya dan memilih untuk berlalu pergi alih-alih mendengarkan hal tak berguna seperti ini. Sebenarnya, bisa saja Ivanna menimbrung percakapan mereka namun, ia tak ingin hal buruk terjadi pada Audrey maupun Sandra mengingat posisinya di sekolah ini belum sempurna membaik.
Tujuan Ivanna saat ini adalah kantin. Niat awalnya ingin membeli minuman karena merasa haus. Tetapi niatnya terurungkan dengan ramainya kantin karena... beberapa siswa yang tengah mem-bully Dio. Gadis itu meraih gelas minuman di atas meja tanpa peduli siapa pemiliknya. Tanpa aba-aba, dengan emosi dalam dadanya ia melempar minuman tersebut dan tepat mengenai punggung salah satu siswa pembully itu.
Suasana yang tadinya genting mendadak menjadi senyap dengan ulah Ivanna barusan. Semua atensi kini terpusatkan pada gadis itu.
Seorang cowok yang tak terima dengan ulah Ivanna barusan lantas bangkit dari duduknya dengan wajah merah padam. "Bang*at, lo!"
"Pecundang, lo, semua!" umpat Ivanna lantas mendorong cowok yang barusan berteriak marah padanya dengan keras hingga cowok itu mundur beberapa langkah ke belakang. Dilihatnya Dio yang menatapnya dengan tatapan mata sendu. Nampak beberapa lebam menghiasi bagian wajahnya. Dan melihat luka-luka itu membuat Ivanna naik pitam.
"Mau lo apa, ha?!" berang cowok itu.
Ivanna menatap cowok di hadapannya dengan tatapan tajamnya lalu tanpa aba-aba ia melayangkan satu bogem mentah yang telak mengenai wajah cowok itu.
"Bang*at." umpatnya. Cowok itu tentu saja tak terima dan hendak membalas Ivanna namun sebelum ia berhasil melaukannya, sebuah botol kaleng lebih dulu mengenai kepalanya. Ia hendak beteriak marah namun, urung saat ia tahu bahwa itu adalah Theo. Tak ingin mencari gara-gara dengan penguasa Galvanize tersebut, ia memilih untuk menunduk dan beranjak mundur beberapa langkah ke belakang.
"Minta maaf lo!" suruh Theo dingin pada cowok itu.
"Maaf, bos."
"DUG!"
"Akhhh!"
Cowok itu refleks mengerang kesakitan saat Theo tiba-tiba menendang betisnya dengan kuat hingga ia jatuh berlutut. "Bukan sama gue, njing."
Cowok itu terlihat gelapagan. Tak paham dengan maksud Theo. Kalau bukan pada Theo lantas pada siapa?
"Minta maaf sama Gio dan Ivanna!"
Cowok itu tak dapat menyembunyikan wajah bingungnya. "M-mereka? tapi-"
"Minta maaf sekarang atau gue depak lo dari Galvanize!" tekan Theo.

KAMU SEDANG MEMBACA
SERENITY (END)
Teen FictionAdakah yang lebih indah dari itu? Saat seseorang tak sengaja menyelami kehidupan orang lain. Haruskah tetap terus menyelam tanpa peduli bahwa dirinya akan tenggelam? Atau memilih untuk berhenti menyelam demi sebuah ketenangan? Benar, semua orang pas...