"PLAKK!"
Sebuah tamparan keras itu telak mengenai pipi kanan Arslan begitu cowok itu pulang dan memasuki ruang tamu. Ia melihat ada Dito dan Evanna disana. Jadi, karena inilah Papanya mendesaknya untuk segera pulang?
"What are you doing, Slan?" tanya Hendrick Rejendra dingin dengan tatapan mata tajamnya yang menatap putranya dengan penuh intimidasi. Sama seperti orang tua Sakra, orang tua Arslan tentu juga mendengar kabar dari postingan yang tersebar itu. Laki-laki itu pastilah marah dengan apa yang ia ketahui beberapa menit lalu. Semua orangpun pasti aku menduga akan hal tersebut.
"Kamu sudah terikat hubungan dengan Evanna, dan kamu tahu itu, kan?"
Arslan menghela nafas panjang lalu menatap Hendrick, Papanya. "Aku nggak pernah selingkuh, Pa, foto dan caption itu sama sekali nggak bener, aku cuma bantuin Raina dan aku juga nggak tahu kalau ada orang yang sengaja motret dan posting foto itu dengan kata-kata yang sama sekali nggak ada kebenarannya." terangnya. Berusaha menjelaskan pada keluarganya kalau itu sama sekali tidak benar.
"Itu cuma alasan kamu, Kak Arslan!" Evanna yang duduk di sebelah Rinda-Mama Arslan- bersuara. Sorot matanya yang penuh kekecewaan menatap lurus ke arah Arslan. "Kenapa harus kamu yang nolongin, lagian kalau perpustakaan nggak mungkin sesepi itu, kan?"
"Evanna..."
"Kamu nggak pernah sekalipun peduliin gimana perasaan aku, Kak. Kamu pindah ke Canaya tanpa bilang apa-apa ke aku sedangkan Ivanna ada disana. Kamu nggak tahu seberapa sakitnya aku atas sikap kamu yang lebih milih Ivanna daripada tunangan kamu sendiri! Bahkan saat kita dating pun kamu teganya ninggalin aku cuma buat bantuin Ivanna yang mabuk padahal Kak Zergan ada disana. Kak Zergan cuma minta alamat rumah buat nganterin Ivanna pulang dan kenapa kamu harus kesana dan anterin Ivanna, ha?!" Evanna diam sejenak, berusaha menetralkan deru nafasnya yang berembus tak aturan akibat amarah yang membuncah dalam dadanya.
"Aku kira sakit hati aku cuma sampai disitu aja, tapi ternyata ada yang lebih menyakitkan setelah denger kamu selingkuh di belakang aku."
"Aku nggak selingkuh, Evanna." sanggah Arslan yang langsung dijawab gelengan cepat oleh Evanna. "Apa aku harus percaya sama kata-kata lo yang udah kayak balon itu? warna-warni, tapi nggak ada isinya!"
"Kalau kamu emang nggak sanggup buat jaga perasaan Evanna dan jaga dia dengan semestinya, kenapa kamu terima pertunangan ini waktu itu?" tanya Hendrick dengan suara yang pelan. Tak tegas dan tak lantang seperti sedia kala.
"Karena aku emang sanggup, Pa, aku nggak pernah selingkuh dari Evanna. Postingan itu cuma omong kosong dan trik buat hancurin Albatros." balas Arslan.
"Kamu masih saja mengelak padahal-"
"Karena aku nggak pernah ngelakuin itu. Aku nggak bisa disalahkan cuma karena salah paham."
"Arslan," tegur Rinda pelan. Wanita itu nampak lelah dengan perseteruan di hadapannya. Ia merasa kecewa atas postingan yang baru dilihatnya beberapa waktu lalu. Ia tak tega dengan pengakuan yang Evanna lontarkan tadi meski dalam benak ia harus mendengar paparan yang putranya ungkapkan dengan kepala dingin. Permasalahan ini tidak akan selesai jika terus diatasi dengan amarah.
"Mama, Papa, Om Dito, Evanna..." Arslan memanggil emoat orang di sekitarnya satu per satu sambil menatapnya satu per satu juga. Cowok itu menghela nafas dengan pasrah. "Berapa kali harus ku bilang kalau aku nggak ngelakuin itu? Apa kalian lebih memilih untuk percaya sama satu postingan yang bahkan pemilik akunnya saja tidak jelas daripada percaya pada anak kalian sendiri?"
Semua orang di ruangan itu terdiam atas pertanyaan yang Arslan lontarkan. Antara harus percaya pada postingan dengan pemilik akun yang tidak jelas atau percaya pada putra semata wayang mereka yang telah mereka didik selama tujuh belas tahun lebih dengan satu kesalahan yang baru terjadi sekali.

KAMU SEDANG MEMBACA
SERENITY (END)
Teen FictionAdakah yang lebih indah dari itu? Saat seseorang tak sengaja menyelami kehidupan orang lain. Haruskah tetap terus menyelam tanpa peduli bahwa dirinya akan tenggelam? Atau memilih untuk berhenti menyelam demi sebuah ketenangan? Benar, semua orang pas...