Audrey:
Yang suka bully Gio itu Theo, Van.Kenapa emangnya?
Membaca balasan pesan dari Audrey itu membuat Ivanna menghembuskan nafasnya pelan. Gio Ardhan Felix, kenapa cowok itu terus berputar di otaknya? Dia itu... Satu orang atau dua orang sebenarnya?
"Lo belum tidur, Na?" Aksara yang baru saja pulang langsung bertanya saat melihat Ivanna yang nampak masih terjaga. Entah apa yang tengah gadis itu lakukan. Nampak masih sibuk dengan ponselnya. Ivanna hanya berdehem pelan. Kakak juga lihat sendirikan? gue masih melek gini!
Ivanna menoleh sejenak ke arah Aksara yang baru saja duduk diatas sofa, lalu tanpa izin langsung meneguk minuman dingin miliknya begitu saja.
"Udah makan belum?"
Aksara menggeleng pelan. Ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya hingga tak sempat untuk makan. Jangankan sempat, memikirkan saja tidak. Pikirannya saat ini hanya satu, istirahat.
"Kakak kebiasaan, deh! Kalau maagnya kambuh lagi gimana? Asam labung syukurin lo!"
Raut cemas yang Ivanna tampakkan membuat Aksara tertawa pelan. "Malah doain, lo! Buatin makan gih!" sebalnya sembari mengacak rambut Ivanna dengan gemas.
Ivanna menarik seulas senyum. Mengabaikan rambutnya yang sedikit berantakan dan beranjak menuju dapur. Karena tak ingin membuat Aksara menunggu lama, ia hanya akan memasak nasi goreng dengan telur mata sapi ala kadarnya. Sementara itu, Aksara pergi ke kamarnya untuk membersihkan tubuhnya yang gerah dengan mandi dan berganti pakaian.
Beberapa saat kemudian Aksara menghampiri Ivanna dan duduk di kursi pantry sembari menatap adik perempuannya yang sibuk memindahkan masakannya kedalam piring. Terakhir, Ivanna tambahkan telur mata sapi yang telah matang diatas nasi goreng dan beberapa topping lainnya.
Terbit sebuah bulan sabit diwajah Aksara. Ia merasa bersyukur namun juga merasa bersalah atas keadaannya saat ini. Bersyukur karena Ivanna mau ikut bersamanya dan tak mengeluh dengan kehidupan mereka sekarang. Merasa bersalah karena ia yang begitu menentang pernikahan ayahnya hingga ia berakhir disini bersama dengan Ivanna, tidak lagi dengan kehidupan yang serba berkecukupan seperti sebelumnya.
Sebenarnya, kalau dipikir-pikir sama sekali tak ada masuk akalnya saat seorang anak menentang pernikahan orang tuanya kemudian diusir dari rumah. Padahal, semua orang berhak atas keputusannya, bukan? Tapi, dipikir lagi semua tak ada gunanya. Aksara justru merasa senang dan lebih leluasa karena tak tinggal satu atap lagi dengan ayahnya.
"Kak!" Suara Ivanna membuyarkan Aksara dari lamunannya. Ia menatap Ivanna yang berdiri dihadapannya. "Kok malah ngalamun sih."
Aksara hanya tersenyum. Atensinya teralihkan oleh masakan Ivanna yang ternyata sudah tersaji di atas meja, tepat di hadapannya. Aroma masakannya sukses membuat cacing dalam perut Aksara menari-nari dan tak sabar untuk segera menyantapnya.
Ini yang membuat Ivanna tak bisa membiarkan Aksara pergi sendirian. Ia khawatir, apalagi mengingat tabiat Aksara yang selalu mementingkan pekerjaan dan menomorduakan makan dan kesehatannya. Itu adalah penekanan yang ayahnya lakukan pada Aksara tanpa mau tahu apalagi memikirkan bahwa Aksara punya mag. Karena bagi Dito, seseorang yang gila kerja, pekerjaan adalah nomor satu. Tak ada yang dapat mengalahkannya. Apapun itu.
Dan membiarkan Aksara pergi sendirian bukanlah hal yang baik bagi Ivanna. Bagaimana kalau Aksara lupa dengan makannya demi pekerjannya? siapa yang akan merawatnya?
Ivanna tahu, Aksara memang memiliki banyak teman dan orang yang dekat dengannya di luar sana. Tapi, itu juga bukanlah pilihan yang baik. Sedekat apapun orang itu dengan Aksara, mereka tentu tak bisa sewaktu-waktu ada untuk Aksara. Dan hal itu sangat merepotkan. Biarpun tak ada lagi orang yang seenaknya menekan Aksara, tapi hal bekerja nomor satu tanpa disadaripun akan melekat pada diri Aksara. Istilahnya, kebiasaan itu menjadi adat.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENITY (END)
Teen FictionAdakah yang lebih indah dari itu? Saat seseorang tak sengaja menyelami kehidupan orang lain. Haruskah tetap terus menyelam tanpa peduli bahwa dirinya akan tenggelam? Atau memilih untuk berhenti menyelam demi sebuah ketenangan? Benar, semua orang pas...