Ivanna menghentikan langkahnya. Kedua netranya menatap ke arah Dio yang duduk tenang di bangkunya sembari membaca sebuah buku melalui jendela kelas. Menatap cowok itu membuat Ivanna teringat perkataan Gio semalam.
Ia tak menyalahkan Gio yang memintanya untuk menjauh dari Dio. Ia juga tak sepatutnya marah namun, mengapa rasanya begitu berat? Ia juga justru merasa kesal jika harus melakukannya. Perasaan macam apa ini?
Merasa ada yang mengamatinya, Dio menolehkan kepalanya. Tepat ke arah Ivanna hingga kedua pasang mata itu saling tatap. Dua detik, tiga detik, lantas empat detik barulah Dio memutus kontak terlebih dahulu.
Ivanna menghembuskan nafas panjang lantas memasuki ruang kelas.
"Pagi, cup!" sapanya pada Dio yang hanya di tanggapi dengan senyuman tipis dari cowok itu. Jika Ivanna pikir kembali, Gio mungkin tidak akan tahu bukan kalau ia tetap tak menjauhi Dio? Cowok itu tidak akan ingat hal apa yang ia lakukan sewaktu Dio mengambil alih tubuhnya, bukan? lantas untuk apa Ivanna menjauh? Menjaga jarak dengan Gio saja mungkin itu sudah cukup bukan?
"Lagi baca apa, lo?"
Dio tak menjawab pertanyaan Ivanna. Sebagai gantinya cowok itu mengangkat buku yang tengah dibacanya hingga Ivanna bisa melihat judul buku tersebut.
"Semalem tidur nyenyak nggak?"
Dio menganggukkan kepalanya tanpa menatap ke arah Ivanna membuat gadis itu sedikit merasa heran. Cowok itu tak pernah bersikap seperti ini padanya. Sikapnya pagi ini terlihat sedikit... acuh.
Gadis itu hendak bertanya kembali namun urung saat Guru mapel telah memasuki ruang kelas.
Bahkan selama pelajaran berlangsung, Dio terus saja terlihat tak memperhatikan Ivanna. Cowok itu selalu memperingati Ivanna saat gadis itu usil, mengantuk, atau bahkan saat gadis itu tidur di kelas. Namun kali ini tidak. Dio terlihat tak peduli saat Ivanna tertidur saat jam pelajaran berlangsung. Cowok itu juga tak menggubris ketika Ivanna menjahilinya saat pelajaran berlangsung.
"Cupu!"
Panggil Ivanna begitu jam pelajaran berakhir dengan berbunyinya bel. Cowok yang baru saja bangkit dari duduknya untuk hendak berlalu pergi itu menghentikan langkahnya. Menoleh ke arah Ivanna. Mengangkat salah satu alisnya. Bertanya tanpa suara.
"Lo mau ke kantin?"
Dio menggelengkan kepalanya pelan. Cowok itu kemudian berlalu pergi meninggalkan Ivanna yang masih merasa heran. Ada apa dengannya?
Karena penasaran, Ivanna memutuskan untuk mengikuti Dio dan benar tebakannya, cowok itu pergi ke rooftoop tempat ia dan Dio sering menghabiskan waktu di jam istirahat.
"Lo kenapa sih, cup?" tanya Ivanna dengan heran.
Dio hanya menggelengkan kepalanya pelan tanpa menatap ke arah si penanya sebagai jawaban.
"Lo aneh banget, deh hari ini." tambah Ivanna.
Dio kembali menggelengkan kepalanya tanpa menatap ke arah Ivanna yang kini telah berdiri di hadapannya.
"Gue ada salah ya sama lo?"
Lagi-lagi gelengan kepala yang Ivanna dapatkan dari Dio.
"Kalau gitu—"
"Aku mau ke toilet." potong Dio kemudian. Cowok itu melangkah pergi dari rooftoop meninggalkan Ivanna sendirian disana.
'Si cupu ngapain, sih! Heran gue."
***
"Sadar nggak kalau lo itu cuma jadi benalu buat Ivanna?"

KAMU SEDANG MEMBACA
SERENITY (END)
Fiksi RemajaAdakah yang lebih indah dari itu? Saat seseorang tak sengaja menyelami kehidupan orang lain. Haruskah tetap terus menyelam tanpa peduli bahwa dirinya akan tenggelam? Atau memilih untuk berhenti menyelam demi sebuah ketenangan? Benar, semua orang pas...