"Gue nggak mau buang waktu banyak di geng sampah ini. Jadi, katakan apa tujuan lo setelah gue masuk ke geng ini."
"Bukannya sejak awal dah jelas apa yang bakal gue lakuin?"
"Okey, kalau gitu kita percepat aja. Gue udah muak sama kalian semua."
"Of course, babe. Terserah dengan cara apa lo bakal ngehancurin Albatros, gue bakal ikutin cara lo. Masalah ini, gue kasih penuh ke elo."
***
"Gio nggak masuk lagi hari ini?" tanya Sakra pada Arslan yang duduk di sebelahnya dan hanya gelengan kepala yang Sakra dapati. Arslan belum tahu hari ini Dio berangkat atau tidak.
"Lo... Lama-lama kangen nggak sama Gio?" tanya Sakra lagi.
"Kalau masalah kangen atau enggak itu nggak terlalu penting tapi, lo juga pasti tahu, kan? Kalau Dio menetap lebih lama itu berarti dia lagi nggak baik-baik aja?"
Sakra menganggukkan kepalanya pelan. "Ada cara nggak biar Gio balik?" Nampaknya, otak cowok itu tengah bekerja dengan baik.
"Cuma Gio sendiri yang bisa, kita nggak bisa ngapa-ngapain."
Sakra menghembuskan nafasnya pelan. Wajah cowok itu terlihat sendu. "Gio itu lebih asyik daripada Dio, Slan. Sekalipun dia cuek bebek dan nggak adil sama gue, sering nistain gue... tapi gue lebih suka dia daripada Dio yang diam-diam pendiam."
Arslan memutar bola matanya malas. Cowok itu memilih memperhatikan Bu Laras yang tengah menerangkan materi di depan daripada menanggapi bualan yang Sakra lontarkan. Sudah cukup pekak telinganya mendengar ucapan Sakra yang sudah seperti balon. Warna-warni namun tak ada isinya.
"Lo tahu, terakhir kali Gio ada, dia nyuruh gue buat-"
"SAKRA!"
Suara Bu Laras yang menggelegar di ruang kelas itu membuat si pemilik nama mengalihkan atensinya ke asal suara.
"Kamu, nama kamu Sakra, kan?" tanya Bu Laras memastikan. Sakra adalah murid baru di kelas ini dan beliau hanya ingin memastikan kalau beliau tak salah menyebut nama.
Sakra, dengan wajah cengonya mengangguk dengan patah-patah. "I-iya, Bu."
"Kenapa kamu tidak melepas jaketmu?" tanya Bu Laras yang kontan membuat Sakra menatap kearah jaket hoodie navy yang melekat ditubuhnya. Hanya Sakra yang mengenakan jaket di dalam kelas dan hal itu jelas mengundang pertanyaan dari Bu Laras.
"Saya lagi sakit, Bu."
"Sakit apa?" tanya Bu Laras lagi setelah mendengar jawaban dari Sakra barusan.
"Kemarin itu saya sudah periksa ke Dokter." jawaban yang kontan membuat Arslan memusatkan perhatian kepadanya. Sakit? Sejak kapan? Periksa ke Dokter? Kapan pula? Arslan lalu nendengus pelan. Ia tahu ini hanyalah alibi. Mau heran tapi ini Adisakra Abraham. Biarlah suka-suka Sakra.
"Periksa ke Dokter? Keluhannya apa?"
"Emm... Sakit kepala, pusing, flu, batuk, dan demam." jawab Sakra.
"Lalu, apa kata Dokter?"
"Saya sehat." jawab Sakra dengan senyum lebar terpampang di wajahnya. Jawaban yang barusan ia lontarkan membuat suasana kelas yang tadinya sepi kontan ricuh dengan gelak tawa. Lain halnya dengan Bu Laras yang diam dengan perasaan sebak bersarang dalam benaknya.
![](https://img.wattpad.com/cover/308724649-288-k514679.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENITY (END)
Teen FictionAdakah yang lebih indah dari itu? Saat seseorang tak sengaja menyelami kehidupan orang lain. Haruskah tetap terus menyelam tanpa peduli bahwa dirinya akan tenggelam? Atau memilih untuk berhenti menyelam demi sebuah ketenangan? Benar, semua orang pas...