"Sekiranya itu yang dapat saya sampaikan. Saya pribadi, mohon maaf sebanyak-banyaknya terutama kepada pihak yang saya rugikan...."
"Hah! War is over." Sakra berujar dengan bahagia begitu video klarifikasi tersebut di-posting oleh Danika. Bayangkan jika cewek itu tetap tak ingin klarifikasi, namanya akan terus buruk di mata publik. Selain Danika, tentu seluruh anggota inti Albatros memposting video klarifikasi untuk membersihkan nama mereka.
"Kalau nggak gara-gara lo, kita nggak bakal repot bikin video kek ginian." Sakra melirik ke arah Ivanna saat mengucapkan kalimat tersebut.
"Ya, maaf," respon Ivanna cepat.
"Nggak ikhlas lo minta maafnya."
"Jadi, gue harus minta maaf dengan gaya apa biar lo maafin gue?"
Sakra memutar bola matanya dengan malas. "Dahlah, malas gue ngomonginnya. Lagian semuanya juga udah selesai."
Kali ini Ivanna yang memutar bola matanya dengan malas. Memangnya siapa yang mulai membicarakan hal ini kalau bukan Sakra sendiri?
"Kabar Zergan gimana?" Arslan bertanya pada Sandra. Mengalihkan pembicaraan Ivanna dan Sakra. Cowok itu belum sempat pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Zergan.
"Udah mendingan, sih," balas Sandra yang dijawab dengan anggukan pelan oleh Arslan. Cowok itu beralih menatap Ivanna. "Soal chatt yang bokap lo kirim ke Gio kemarin gimana?"
"Belum tahu soalnya gue belum ketemu sama Papa," jawab Ivanna lalu melahap bakso miliknya. Benar, saat ini mereka tengah berada di kantin. Menikmati waktu istirahat dengan bersantai dan menikmati makanan di kantin.
"Oh, ya, Gi soal-"
"Dio, Arslan. Dio, bukan Gio," ralat Sakra memotong kalimat Arslan. Cowok itu kini lebih suka memanggil Dio ketimbang Gio. Ya, karena nama aslinya memang demikian.
Dio yang mendengarnya kontan tertawa pelan. "Terserah kalian mau manggil gue Dio apa Gio. Lagipula, secara tersirat nama gue tetep Gio walaupun aslinya Dio," paparnya.
"Tapi gue nggak mau manggil dua-duanya." Ivanna menimbrung. Gadis itu menarik kedua ujung bibirnya. "Gue suka manggil lo cupu."
Dio mendengus pelan. Terserah Ivanna sajalah. "Gimana, Slan?" Cowok itu kembali menatap Arslan.
"Soal Albatros, mungkin gue harus balikin posisi lo."
Dio terdiam beberapa saat. Soal itu... Ia sendiri bahkan tak ingin lagi berada di posisi itu. Ia tidak ingin membuat kesalahan seperti sebelum-sebelumnya.
"Tetap aja harus dibicarain sama bang Aksa, sih, kalau menurut gue," jawab Sakra.
Benar katanya, jika Arslan ingin mengembalikan posisi ketua kepada Dio kembali maka ia juga harus membicarakan hal ini dengan Aksara terlebih dahulu. Cowok itu beralih menatap Ivanna dan bertanya, "Bang Aksa akhir-akhir ini sibuk nggak, Iv?"
Ivanna menggeleng pelan. Ia sendiri bahkan tidak tahu bagaimana kabar Aksara sekarang. Sejak ia dipaksa Dito untuk pulang waktu itu, ia belum saling mengabari lagi dengan Aksara. Sebenarnya ia cemas, ia takut terjadi apa-apa dengan Aksara mengingat semalam saat ia mencoba menghubunginya dengan ponsel milik Dio tak ada jawaban. Hidan pun sama halnya.
"Gue nggak tahu Kak Aksa dimana, waktu gue telepon kemarin nggak ada jawaban."
Helaan nafas terdengar keluar dari mulut Arslan. "Sebenarnya, gue nggak nyaman sama posisi gue saat ini. Terlebih setelah kejadian kemarin gue makin nggak yakin kalau gue bisa jadi ketua di Albatros." Cowok itu menatap Dio kembali. "Dan karena lo udah balik, jadi, gue pikir lebih baik lo yang jadi ketua di Albatros."

KAMU SEDANG MEMBACA
SERENITY (END)
Teen FictionAdakah yang lebih indah dari itu? Saat seseorang tak sengaja menyelami kehidupan orang lain. Haruskah tetap terus menyelam tanpa peduli bahwa dirinya akan tenggelam? Atau memilih untuk berhenti menyelam demi sebuah ketenangan? Benar, semua orang pas...