SERENITY-36

59 11 0
                                        

"Dan... Soal Albatros gue mau ngasih tau sedikit informasi. Kalau Gio...Bukan ketua Albatros. Karena posisi itu... Milik gue sekarang."

"Niat lo baik buat bantuin Gio. Tapi, cara lo yang salah dan... Karena cara lo yang salah kita, jadi musuh. Lo Galvanize dan gue Albatros."

Kalimat yang Arslan ucapkan tadi kembali terngiang di kepala Ivanna. Mengapa saat ia bergerak maju dengan tanpa ragu, Arslan malah muncul di hadapannya dengan status sebagai ketua Albatros? Padahal, tujuannya masuk ke Galvanize adalah untuk memancing emosi Dio. Saat emosi Dio telah terpancing, harapan Ivanna selanjutnya adalah munculnya Gio. Dan jika saat itu tiba, maka sisa harapan itu adalah pembalasan Gio.

Tapi, sekarang apa? Saat Ivanna memantapkan hati untuk melangkah justru Arslan dan Sakra datang seolah hendak menggoyahkan kemantapan hatinya.

"Tak!"

Seseorang meletakkan sebuah minuman kaleng di atas meja. Tepat di hadapan Ivanna. Gadis itu kontan menolehkan kepalanya ke arah seseorang yang barusan meletakkan minuman tersebut. Mendapati kalau ternyata itu adalah Theo membuat Ivanna menarik senyumnya -secara terpaksa.

Theo menunjuk minuman kaleng yang barusan ia letakkan di hadapan Ivanna dengan dagunya.

"Thanks." balas Ivanna pelan. Ia meraih minuman kaleng tersebut lantas meminumnya.

"Gue ada satu pertanyaan."

"Hm?" deh Ivanna pelan tanpa menatap ke arah Theo.

"Apa yang buat lo mau masuk ke Galvanize?" Theo melontarkan pertanyaan yang sejak semalam berputar di kepalanya. Ivanna tiba-tiba datang ke markas dan menyatakan bergabung dengan Galvanize tentu saja membuatnya bertanya-tanya.

"Apa karena lo udah nyerah dan—"

"Karena gue udah muak di gangguin lalat-lalat." jawab Ivanna memotong kalimat Theo yang kontan dijawab dengan tawa pelan oleh Theo.

"Lo udah kemakan omongan lo sendiri, Van."

Ivanna tersenyum miring sembari menganggukkan kepalanya. "Emang. Gue udah kemakan omongan gue sendiri makanya gue ikut-ikutan jadi lalat nggak guna kayak anggota lo."

Rahang Theo mengeras begitu mendengar kalimat yang Ivanna ucapkan barusan. Ia hendak marah namun ia memilih untuk mengurungkan niatnya.

"So, apa yang buat lo maksa gue buat masuk ke genk sampah ini?"

Kali ini Ivanna yang bertanya. Ia juga penasaran mengapa Theo begitu ingin membuatnya masuk ke Galvanize.

"Because ... You're afinity."

***

Rooftop, adalah satu tempat yang cukup nyaman untuk berdiam diri. Mengamati langit biru yang cerah bersama dengan sapuan lembut dari angin sepoi-sepoi yang sejuk. Itulah yang Arslan lakukan saat ini. Cowok itu duduk bersantai di atas kursi dengan sebatang rokok yang terselip di antara jari tengah dan jari telunjuknya. Menyesapnya, sejenak lantas mengeluarkan asap rokok tersebut melalui mulutnya. Membuat asap tersebut membumbung tinggi ke angkasa.

"Arslan!"

Cowok itu tak lantas menolehkan kepalanya begitu indra pendengarannya menangkap suara tersebut. Ia tahu langkah kaki yang mengarah kepadanya itu siapa. Ia juga sudah menduga kalau orang tersebut akan menemuinya.

"Maksud lo apaan, ha?!" Tanpa aba-aba, Zergan langsung mencengkram kerah kemeja Arslan dengan kuat hingga cowok itu bangkit dari duduknya dengan paksa.

SERENITY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang