SERENITY-20

104 32 79
                                        

"Good morning, Cupu!" sapa Ivanna begitu berpapasan dengan Dio di depan pintu ruang kelas. Dio yang hendak keluar dari ruang kelas dan Ivanna yang hendak masuk ke ruang kelas.

Dio hanya menatap Ivanna sekilas. Berjalan melalui gadis itu dan membuang sampah di tempat sampah yang terletak di sisi pintu depan kelas.

"Lo ngerjain PR nggak, Cup?" tanya Ivanna sembari berjalan bersisian dengan Dio menuju bangku mereka. Garis bawahi untuk pertanyaan yang barusan Ivanna lontarkan hanyalah sebuah formalitas belaka.

"PR yang seminggu lalu?" Dio balik tanya. Ivanna nampak diam sembari memikirkan sesuatu. Mana ia tahu, pelajaran saja ia selalu tidur!.

"Emm, iya... Yang seminggu lalu!" balas Ivanna pada akhirnya. Ia hanya asal bertanya saja tadi. Tak tahu kalau justru akan ditanggapi dengan serius oleh Dio.

"Udah!" Cowok itu nampak menganggukkan kepalanya lalu duduk di bangkunya, begitu juga dengan Ivanna.

"Nyontek lahh, cup! Kan gue belum," pinta Ivanna yang langsung dijawab dengan gelengan kepala oleh Dio.

"Kok nggak mau? Pelit lo!" Ivanna bersungut-sungut.

Dio tertawa pelan yang sontak membuat Ivanna menoleh kearah cowok tersebut. Melihat respon cepat Ivanna, Dio segera menghentikan tawanya.

"Kok udah ketawanya?" tanya Ivanna.

Dio tersenyum tipis. "Nggak papa"

"Ketawa lagi dong, Cup!" pinta Ivanna.

"Harus?"

Ivanna mengangguk dengan senyum diwajahnya. "Harus dong!"

"Aku nggak punya alasan buat ketawa lagi!" Ujar Dio yang sukses menyusutkan senyum diwajah Ivanna. "Lo harus banyak ketawa mulai sekarang! Sekarang lo punya alasan buat tertawa."

Dio yang tak paham dengan maksud Ivanna kontan mengerutkan keningnya.

"Gue pernah denger seseorang bilang gini 'kalau lo punya banyak alasan buat bersedih, maka seenggaknya lo punya satu alasan buat lo bahagia! Dan... Jangan tersenyum hanya saat lo bahagia tapi tersenyumlah agar lo bahagia!"

Dio terdiam sejenak lantas menatap Ivanna. "Kenapa kamu baik sama aku?"

Kali ini Ivanna yang terdiam. Ia menatap dalam-dalam kedua sorot mata sayu di balik kacamata itu. Jika dipikir lagi, ia juga tak punya alasan mengapa ia harus bersikap baik pada Dio. Apa karena malam itu Gio menolongnya? Atau karena hal lain?

"Gue nggak punya alasan kenapa gue bersikap baik sama lo, Cup! Tapi gue nggak bisa tenang biarin lo sengsara kek gini. Apa gue salah?" pada akhirnya kalimat itulah yang keluar dari bibir Ivanna.

Dio menggeleng pelan. Sebenarnya, ia tak masalah Ivanna mau berbaik hati dan mau berteman dengannya. Hanya saja, ia merasa takut dan merasa sangat bersalah atas perlakuan buruk yang gadis itu dapatkan hanya karena ingin menolong dirinya. Terlebih Ivanna adalah anak baru di sekolah ini.

Bahkan belum sampai satu bulan ia menginjakkan kakinya di sekolah ini, ia telah lebih dulu menjadi bahan bullyan Galvanize. Ia juga sempat melihat Ivanna yang datang ke ruang guru saat wali kelas memanggilnya. Tentu saja memperingati Ivanna.

Belum lagi dengan nilai moral dan keterampilannya yang menurun drastis. Bisa-bisa belum sampai bulan disini Ivanna sudah diancam drop out dari pihak sekolah. Dan jika benar itu terjadi, siapa yang patut di salahkan? Dio rasa hanya dirinyalah yang patut disalahkan. Karena dirinyalah Ivanna terseret ke dalam masalahnya.

Dio menurunkan pandangannya dari Ivanna. "Aku-aku minta maaf!" lirihnya.

"Minta maaf? Buat apa?"

"Gara-gara aku, kamu jadi-"

SERENITY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang