Sekuat apapun aku berusaha untuk tak menyelami tentang dirimu, aku pasti gagal. Kamu terlalu misterius untuk tak kuselami. Dan pada akhirnya aku terus menyelam hingga tak tahu arah.
~Ivanna Clauryen
---
"Happy Birthday, Abang!"
Suara riang itu menyapa Gio begitu cowok itu memasuki ruang makan. Ditatapnya seorang wanita paruh baya awet muda itu, kemudian sebuah senyum terbit di wajahnya.
"Thank you very much, Bunda." Gio berkata pelan kemudian mengecup pipi bundanya dengan singkat. Amara- bundanya- itu lantas tersenyum. Tangan kanannya bergerak mengacak puncak rambut putranya dengan sayang.
"Ayo, make a wish dulu," pinta Amara sembari menunjuk kue diatas meja makan dengan ekor matanya.
Gio tersenyum, mengambil kue tersebut, memejamkan matanya untuk berdoa. Sejenak kemudian, ia meniup lilin tesebut hingga apinya padam.
Amara menatap putranya lekat, sejenak kemudian senyum di wajahnya perlahan menyusut. Ia teringat seseorang. Sosok yang telah tiada. Memahami raut wajah Amara, Gio lantas tersenyum. Cowok itu meletakkan kue di tangannya ke atas meja kemudian beralih memeluk Amara yang tingginya hanya sebatas dagunya.
"Ucapin ulang tahun juga buat Dio, Bun... Biar dia juga bahagia disana," ujar Gio pelan. Nyaris berbisik.
Amara menggigit bibir bawahnya. Lantas menutup kedua matanya, membuat sebuah cairan kristal bening meluncur dari sana. "Bunda kangen, Gi," isak Amara dalam pelukan putranya.
Gio semakin mengeratkan pelukannya pada Amara. Menyalurkan rasa hangat yang semakin dalam. "Ada Dio dalam diri Gio, Bun, Dio nggak bener-bener pergi, kok."
suara Gio terdengar bergetar kala mengucapkannya. Jujur, rasa kehilangannya atas kepergian Dio lebih besar daripada rasa kehilangan yang Amara rasakan. Namun, perkataan Gio barusan justru membuat tangis Amara semakin menjadi.
Dio, memang sisi lain dari Gio. Tapi sebenarnya, Dio adalah nama saudara kembar Gio yang telah tiada satu tahun lalu. Dio Arghan Felix, saudara kembar Gio Ardhan Felix.
Alasan kenapa Gio sisi lain dinamakan Dio, adalah karena kepribadian tersebut persis dengan Dio. Nyaris sama. Pendiam dan tak banyak melawan. Amara bisa melihat dua sisi yang berbeda dari Gio. Gio yang dingin dengan tatapan tajam tak terbantahkan dan Gio yang pendiam dengan segala rasa tertekan di balik tatapan matanya yang sayu.
Sejujurnya, Amara begitu sedih dan prihatin dengan kelainan Gio yang semakin menjadi sejak tiadanya Dio. Meski begitu, ia merasa bersyukur karena Dio tak benar-benar pergi. Seperti kata Gio tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENITY (END)
Teen FictionAdakah yang lebih indah dari itu? Saat seseorang tak sengaja menyelami kehidupan orang lain. Haruskah tetap terus menyelam tanpa peduli bahwa dirinya akan tenggelam? Atau memilih untuk berhenti menyelam demi sebuah ketenangan? Benar, semua orang pas...