SERENITY-42

34 6 0
                                    

"BRAAK!"

Suara berdebam itu terdengar mengejutkan begitu Nando, ketua kelas XII IPA-2, menendang meja dengan cukup keras. Semua atensi murid di kelas itu kontan terarah padanya. Cowok itu berjalan kearah Sakra yang tengah menatapnya dengan heran.

Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Nando tiba-tiba menarik kerah kemeja Sakra dengan kasar hingga cowok itu bangkit dari duduknya. Belum sempat Sakra memprotes, Nando telah lebih dulu menghantam wajahnya dengan bogem mentah hingga ia terbanting kebelakang. Tubuhnya menghantam sebuah kursi dan terjatuh dengan suara berdebam yang memekakkan telinga. Para siswi yang terkejut melihat aksi Nando kontan berteriak histeris.

"WOI!" Arslan segera bangkit dari duduknya dan mendorong Nando agar tak memukul Sakra lagi. "Lo apa-apaan, sih?" tanya Arslan heran.

"Minggir lo!" sarkas Nando sembari menghempaskan tangan Arslan.

"Nan-"

"BUG!"

Kalimat yang hendak Arslan ucapkan kontan terpotong begitu Sakra yang telah bangkit tiba-tiba membalas pukulan Nando tak kalah kerasnya. Cowok itu jelas terbawa amarah akibat Nando yang tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba saja memukulnya. Ah! Dagunya terasa pegal dan berdenyut akibat pukulan tersebut.

"Sakra, stop!"

"Nando, bicarain masalahnya baik-baik."

Arslan berujar sembari melayangkan tatapannya pada Sakra dan Nando secara bergantian. Mereka belum tahu titik masalahnya dan tiba-tiba saling pukul seperti barusan, justru tidak akan menyelesaikan masalah dan malah menambah masalah.

Nando berdecak pelan. Cowok itu meraih ponsel di saku celananya lantas memperlihatkan sesuatu yang terpampang di layar ponselnya pada Arslan. "Apa gue harus bicarain ini baik-baik sedangkan cewek gue sendiri diperlakukan dengan busuk?"

Arslan terpaku beberapa saat ditempatnya. Cowok itu menatap Sakra dengan tatapan penuh tanda tanya usai melihat postingan yang baru saja ia lihat dari ponsel Nando. Sakra yang melihat tatapan Arslan kontan bertanya dengan heran. "Apa, Slan? Kenapa lo natap gue kek gitu?"

Arslan tak menjawab pertanyaan Sakra, cowok itu beralih menatap Nando yang masih terlihat merah padam akibat amarah. Cowok itu benar-benar ingin memukuli Sakra dengan begitu brutal namun ia urungkan karena ia tak ingin membuat masalah dengan Arslan. Tentu saja karena ia enggan berurusan dengan pewaris dari sekolah yang tengah ia tempati saat ini.

"Lo percaya sama postingan dari akun ngga jelas ini?"

"Kalaupun bukan akun ini yang posting gue bakal tetep percaya. Karena gue ngga mungkin salah lihat siapa yang ada di foto itu."

"Foto? Foto apaan?" Sakra yang masih belum tahu apa yang terjadi segera bertanya. Ia benar-benar heran. Situasi macam apa ini? Ia merasa dirinya menjadi korban tanpa mengetahui alasannya. 

"Tes!"

Suara yang berasal dari speaker sekolah itu membuat suasana di ruang kelas senyap. Mereka menunggu pengumuman apa yang akan segera disampaikan.

"Selamat pagi para siswa-siswi SMA Canaya yang saya banggakan. Mohon maaf untuk mengganggu waktu kalian semua, dengan ini saya umunkan teruntuk saudara Adisakra Abraham dari kelas XII IPA-2 untuk segera menuju ruang BK."

Sakra membulatkan bola matanya dengan sempurna. Situasi macam apa lagi ini? Ia rasa, ia sama sekali tak melakukan pelanggaran sejak ia pindah kemari. Namunn mengapa?

"Sekali lagi, panggilan kepada saudara Adisakra Abraham dari kelas XII IPA-2 untuk segera menuju ke ruang BK. Terima kasih."

Sekali lagi, dengan penuh tanda tanya yang berkelebat di pikirannya, ia kembali menanyakan hal yang sama pada dirinya sendiri. Situasi macam apa ini?

SERENITY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang