SERENITY-23

126 44 161
                                    

Pagi hari di akhir pekan yang cerah. Mentari tak malu-malu menampakkan senyum hangatnya dari ufuk timur. Tersenyum dan memberi kehangatan yang lembut ke muka bumi yang masih basah akibat hujan semalam. Senyum hangatnya menelisik ke dalam kamar menembus celah gorden di kamar Ivanna. Membuat gadis itu menggeliat pelan karena sinar hangat yang menerpa permukaan kulitnya.

Gadis itu terbangun dari tidurnya. Melirik sejenak ke arah jam weker yang menunjukkan pukul 06:24 lalu beranjak bangkit dari tidurnya. Ia segera menggosok gigi dan mencuci mukanya sejenak lantas keluar dari dalam kamarnya.

Harum yang menggelitik indra penciumannya membuat Ivanna segera menuju ruang makan. Dan benar saja dugaannya. Aksara baru saja selesai memasak. Tanpa membuang banyak waktu Ivanna lantas duduk di atas kursi pantry seraya mengamati kakak lelakinya yang tengah menyiapkan sarapan.

"Semalem dari mana? kenapa pulang tengah malam?" tanya Aksara begitu selesai menyiapkan sarapan untuknya dan Ivanna. Cowok itu lantas duduk berhadapan dengan Ivanna.

Karena menunggu hujan reda semalam, Ivanna pulang larut malam. Begitu juga dengan Gisel. Tak banyak yang mereka lakukan selain bercerita dan menunggu hingga hujan reda.

"Kayak nggak tahu anak muda aja kalau malming." jawab Ivanna. Gadis itu mulai menyendok sup buatan kakaknya dan mulai memakannya.

"Dih! sok ada pacar aja, lo." balas Aksara meledek.

Ivanna menyengir karena sebal. "Ya kali malmingan harus sama pacar."

"Emang biasanya gitu."

Ivanna hanya mendesis pelan dan memilih untuk menikmati sarapannya. Aksara pun sama halnya. Cowok itu mulai memakan sarapannya. Tak ada pembicaraan lagi antara keduanya. Hanya suara sendok yang beradu dengan piring yang medominasi. Sampai suara Ivanna kembali terdengar dan percakapan kembali terdengar.

"Hari ini lo ada acara, kak?" tanya Ivanna memecah lengang.

"Gue ada janji sama Vanesha," jawaban yang kontan membuat Ivanna mencebikkan bibirnya. "Pacaran aja terus!"

Aksara tertawa pelan. "Makanya cari pacar! Biar ada agenda kalau weekend."

Bukannya tersinggung, Ivanna justru tersenyum lebar. "Bener kata Kak Hidan."

Aksara mengerutkan keningnya dengan heran. "Apa kata Hidan?"

"Lo berdua nggak mungkin sekedar temen, pasti lebih dari itu," jawab Ivanna dengan senyum lebar yang masih terpampang di wajahnya.

"Ya emang lo ngarepin apa?"

Ivanna mengedikkan kedua bahunya. "Nggak ada. Kalau kalian emang pacaran juga it's okkey."

"Nggak iri?" tanya Aksara. Kali ini Ivanna yang mengerutkan keningnya. "Iri? ngapain harus iri?"

"Kan lo nggak ada pacar."

Ivanna sontak menampakkan wajah datarnya. Memang apa masalahnya jika ia jomblo alias tak memiliki seorang pacar? sekiranya itulah yang bersarang di otak Ivanna saat ini. Tidak ada kaitannya pula kan jika ia punya pacar atau tidak? Kalaupun memang ia memilikinya, ia akan menyembunyikannya dari Aksara seperti yang cowok itu lakukan. Ivanna baru tahu beberapa hari ini tentang Vanesha padahal mereka sudah dekat sejak mereka masih kuliah. Bukankah ini namanya juga menyembunyikan hubungan?

Tiba-tiba saja terlintas sesuatu di pikiran Ivanna. Gadis itu tersenyum tipis, lalu menatap Aksara dengan jail.

Aksara yang melihat ekspresi adiknya itu kontan bertanya dengan kening yang berkerut. "Ngapain lo?"

Ivanna tersenyum dengan lebar yang sama sekali tak melunturkan raut jahil di wajahnya. "Lihat aja nanti kalau gue jadian sama Gio lo pasti putus sama Kak Vanesha!"

SERENITY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang