Ivanna baru saja selesai membicarakan tentang 'pekerjaan paruh waktu' dengan Ladiska. Setelah berbincang ringan cukup lama, Ivanna pamit untuk segera pulang karena hari yang mulai sore dan juga langit nampak gelap di luar sana.
Karena jarak antara Cafe dan halte tak terlalu jauh, ia memutuskan untuk berjalan kaki sampai halte. Ia akan menunggu taxi online pesanannya disana. Sebenarnya ia juga bisa menunggu di Cafe tapi, ia pikir ia butuh jalan-jalan sejenak sampai ke halte.
Tak butuh waktu lama begitu Ivanna keluar dari Cafe, langit gelap yang tadinya hanya menurunkan gerimis kecil berubah menjadi hujam deras. Ivanna mempercepat langkah kakinya menuju halte. Ia berlari agar cepat sampai dan bisa berteduh. Ia sedikit menyesal mengapa ia tak menunggu saja di cafe tadi? Ia tak akan susah-susah berlari dan kehujanan seperti ini.
Tapi bagaimana lagi, halte sudah dekat. Tak mungkin Ivanna berbalik untuk kembali ke cafe hanya untuk berteduh.
Langkah Ivanna berhenti seketika saat ia melihat Theo dengan beberapa anak buahnya yang tengah berhadapan dengan seorang gadis. Dan menyadari siapa gadis disana membuat Ivanna mengepalkan tangannya dengan kuat. Ivanna yakin, Theo pasti mengira kalau Evanna adalah dirinya.
Ivanna membulatkan matanya saat melihat Theo memukul wajah Evanna dengan kepalan tangannya hingga gadis itu terjatuh di atas aspal yang basah.
Dengan kedua tangan yang mengepal kuat, Ivanna berjalan cepat kearah halte dan tanpa basa-basi ia menarik bahu Theo kebelakang dan,
"BUG!!"
Satu bogem mentah berhasil ia layangkan ke wajah Theo. Tak cukup hanya dengan satu pukulan, Ivanna menendang Theo cukup keras disusul dengan satu pukulan lagi diwajahnya hingga punggung Theo berbenturan dengan tiang halte.
Keempat anak buah Theo tak hanya tinggal diam, mereka segera merangsek maju hendak membalas pukulan Ivanna terhadap bos mereka. Dan tanpa dielakkan lagi, perkelahian akan segera tercipta dibawah derasnya hujan ini.
Namun hanya dengan Theo yang mengangkat tangannya, perkelahian itu tak terjadi. Cowok itu mengisyaratkan anak buahnya dengan mengangkat tangannya agar tak melawan Ivanna.
Theo menatap Evanna yang masih duduk bersimpuh diatas trotoar dan beralih menatap Ivanna. Cowok itu tertawa pelan. "Jadi dia emang bukan Ivanna?"
"Masalah lo itu sama gue! Bukan sama kembaran gue!" peringat Ivanna.
"Kalau gitu, masuk Galvanize dan kembaran lo nggak akan terlibat ke masalah kita!"
Ivanna hanya berdecak sembari memutar bola matanya malas sebagai respon. Gadis itu berjalan kearah Evanna dan membantu saudari kembarnya itu bangkit. Tangan Ivanna terasa begitu dingin saat menyentuh tangan Evanna. Ia yakin Evanna pasti telah kehujanan sedari tadi.
Tatapan tajam Ivanna menatap kearah Theo. Tanpa mengucapkan sepatah kata lagi setelahnya, Ivanna mengambil handphone milik Evanna yang terjatuh dibawah kursi halte dan membawa Evanna agar segera pergi dari tempat ini. Bertepatan dengan datangnya taxi online yang Ivanna pesan.
Menyisakan Theo dengan keempat anak buahnya yang masih menatap kepergian taxi tersebut. Theo nampak tertawa pelan. Yang benar saja! Gadis tadi ternyata benar-benar bukan Ivanna, melainkan saudari kembarnya.
"Cabut!" ujar Theo. Cowok itu menaiki kuda besinya, memakai helmnya kembali dan segera berlalu pergi. Begitu juga dengan keempat anak buahnya.
Sedangkan di dalam taxi, Ivanna nampak mengambil jaket miliknya dari dalam tas yang beruntungnya selamat dari air hujan. Ia lantas mengulurkan jaket tersebut pada Evanna. Tak kunjung diterima oleh Evanna, membuat Ivanna mengerutkan keningnya. "Eva--"
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENITY (END)
Teen FictionAdakah yang lebih indah dari itu? Saat seseorang tak sengaja menyelami kehidupan orang lain. Haruskah tetap terus menyelam tanpa peduli bahwa dirinya akan tenggelam? Atau memilih untuk berhenti menyelam demi sebuah ketenangan? Benar, semua orang pas...