"Gimana bisa Ivanna mabuk sampai kayak gini?" desak Arslan begitu ia sampai di Iconiz bar dan bertemu dengan Zergan disana. Tidak. Lebih tepatnya tiga bangunan di sebelah bar tersebut. Zergan sengaja sedikit bersembunyi karena kondisi Ivanna yang tak sadarkan diri seperti saat ini adalah bahaya. Ia hanya berusaha menjauhkan Ivanna dari Theo, namun jika ia nekat membawa Ivanna pulang ke markas ada Lagas disana. Zergan yakin kalau cowok itu tak bisa membiarkan dendamnya berhenti begitu saja dan ia akan tak segan-segan melakukan hal yang tidak-tidak pada Ivanna, terlebih dengan kondisi cewek itu saat ini.
"Ya karna minum, lah, Slan!" jawab Zergan sarkas membuat Arslan yang mendengarnya kontan memutar bola matanya dengan malas. Tanpa ditanyapun semua orang tahu kalau kebanyakan orang mabuk itu karena perjalanan panjang atau karena minum minuman keras. Dan untuk saat ini, opsi kedualah yang benar.
"Biar gue yang bawa dia pulang." ujar Arslan mengemukakan maksudnya datang kemari.
"Lo bawa motor, njir." balas Zergan cepat.
Arslan mengusap wajahnya dengan kasar. Ia terlalu khawatir hingga lupa bahwa ia mengendarai motor miliknya untuk datang kemari tanpa berpikir dua kali bahwa memboncengi orang mabuk dengan motor itu merepotkan.
"Kalau gitu biar gue yang bawa mobil lo. Lo bawa motor gue." putusnya. Arslan melemparkan kunci motor miliknya pada Zergan dan tanpa persetujuan dari sepupunya itu, Arslan telah lebih dulu berjalan menuju mobil milik Zergan. Hal itu membuat sang pemilik hanya bisa mendengus sebal dan pasrah. "Terserah lo, Slan. Yang penting gue ikut!"
Arslan duduk dibalik kemudi. Kedua netranya menatap Ivanna yang tak sadarkan diri. Sejenak, cowok itu lantas melepas jaket jeans miliknya dan mengenakannya di tubuh Ivanna. Memberikan sedikit kehangatan pada gadis itu.
"Cupu!" Ivanna tiba-tiba bersuara. Tangan kanannya menarik lengan Arslan dengan gerakan cepat. Hal itu sontak membuat Arslan kembali mengalihkan atensinya pada Ivanna.
"Cupu! Lo jahat banget, sih! Gue cuma mau lo sadar dan bantuin gue. Tapi kenapa lo diam aja dan malah jadi orang nggak guna, ha?!" racau Ivanna dengan suara serak.
Arslan hanya diam ditempatnya, menunggu racauan yang akan Ivanna lontarkan lagi.
"Theo baik sama gue setelah gue masuk Galvanize, tapi gue nggak suka! Gue capek pakek topeng munafik terus di Galvanize." Ivanna diam sejenak, mengeratkan genggaman tangannya pada lengan Arslan. "Mau lo Gio apa Dio, please, give me a hand."
Arslan mengeratkan rahangnya. Cowok itu melepaskan jemari Ivanna yang melingkar di lengannya dengan perlahan lalu membenahi jaket jeans miliknya di tubuh Ivanna. "Gue pastiin, orang yang lo harapin bakal balas budi sama lo."
***
"Jadi, Bang Aksa tinggal disini sejak Ivanna pindah ke Canaya?" tanya Zergan memastikan setelah mendengar cerita dari Arslan. Awalnya Zergan heran mengapa Arslan melajukan mobilnya ke sebuah apartemen alih-alih sebuah rumah. Maka dengan memaksa, cowok itu meminta Arslan untuk menjelaskan semua hal yang tak ia ketahui.
"Ivanna yang pindah ke Canaya sejak mereka pindah kesini." ralat Arslan yang kontan dihadiahi ekspresi datar oleh Zergan. "What's the difference, bro?"
Arslan tak merespon protesan dari Zergan. Ia lantas menyeduhkan kopi yamg barusan dibuatnya kepada Zergan.
"Lo udah pertimbangin kata gue waktu itu?" tanya Arslan pelan.
Zergan meneguk kopi miliknya lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Alih-alih menjawab pertanyaan Arslan, cowok itu justru menanyakan hal lain. "Ini... Banga Aksa kemana ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENITY (END)
Genç KurguAdakah yang lebih indah dari itu? Saat seseorang tak sengaja menyelami kehidupan orang lain. Haruskah tetap terus menyelam tanpa peduli bahwa dirinya akan tenggelam? Atau memilih untuk berhenti menyelam demi sebuah ketenangan? Benar, semua orang pas...