Pembicaraan serius antara Mahapatih Gajah Mada serta Hayam Wuruk terhenti seketika saat kedua netra hitam milik Hayam Wuruk menangkap sosok wanita yang telah berhasil mengusik ketenangannya selama beberapa jam terakhir. Di pandangan pertama, Hayam Wuruk dapat menemukan raut kekesalan terlukis begitu nyata di wajah menggemaskan itu, namun saat kedua netra Hayam Wuruk bertubrukkan dengan kedua netra wanita itu, wanita itu seketika langsung menampilkan senyum lembutnya.
"Selamat malam Paduka, selamat malam paman," ucap Sri Sudewi canggung saat wanita itu mulai mendekati Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada.
"Selamat malam, Putri,"
"Selamat malan, Dewi,"
Ucap Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada secara bersamaan.
"Apa segala kepentinganmu telah selesai, Dewi?" tanya Hayam Wuruk sembari menatap lekat wajah milik Sri Sudewi yang terlihat sedikit lebih sembab dibandingkan biasanya. Tanpa bertanya pun, Hayam Wuruk tau betul jika wanita itu baru saja kembali menangis.
"Sudah, Paduka," jawab Sri Sudewi sembari tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya.
"Kalau begitu, kami akan kembali ke istana Majapahit," ucap Hayam Wuruk sembari menatap sekilas wajah Sri Sudewi sebelum pria itu kembali menatap Mahapatih Gajah Mada.
"Baiklah. Tolong hati – hati di perjalanan, Paduka. Beberapa hari belakangan ini, perampok sangat sering berkeliaran di Hutan Tarik," nasihat Mahapatih Gajah Mada yang dijawab dengan sebuah anggukan oleh Hayam Wuruk.
Hayam Wuruk menatap sekilas Sri Sudewi dan menganggukkan kepalanya samar sebelum dirinya melangkah meninggalkan kediaman Mahapatih Gajah Mada, nampaknya pria itu baru saja memberikan izin kepada Sri Sudewi untuk berpamitan.
"Paman, terimakasih karena telah mengundangku, aku benar – benar bahagia berada disini," ucap Sri Sudewi dengan senyum bahagia yang mengembang di wajahnya.
"Paman dan bibi juga sangat bahagia dengan keberadaanmu disini. Kami akan kembali mengundangmu di lain waktu," ucap Mahapatih Gajah Mada sembari tersenyum.
Sri Sudewi menganggukkan kepalanya dengan begitu antusias. Sebelum benar – benar pergi meninggalkan kediaman itu, Sri Sudewi menyempatkan dirinya untuk memeluk erat tubuh Mahapatih Gajah Mada dan menyampaikan salam perpisahannya kepada Ken Bebed yang tengah membersihkan tubuh di kolam permandian kediaman itu.
Setelah puas mengucapkan perpisahan, Sri Sudewi akhirnya memutar tubuhnya dan melangkahkan kedua kaki jenjangnya meninggalkan kediaman itu. Di depan kediaman itu, telah terdapat sebuah kereta kerajaan Majapahit yang nampaknya telah diisi oleh Hayam Wuruk. Sebelum benar – benar melangkahkan kedua kakinya menaiki kereta kuda itu, Sri Sudewi menyempatkan dirinya 'tuk menatap sekilas taman kediaman Mahapatih Gajah Mada.
Niat Sri Sudewi 'tuk memandang sekilas taman itu seketika sirna saat ia mendapati Arya tengah menatap lekat dirinya. Awalnya, wajah pria itu terlihat begitu datar, namun tiba – tiba, sebuah senyuman kecil menghiasi wajah tampan itu.
Deg.
Jantung Sri Sudewi tiba – tiba menggila saat kedua netra hitamnya menangkap senyuman kecil penuh makna yang ditujukan oleh Arya kepadanya. Hanya dalam waktu seperkian detik, Sri Sudewi merasakan kulit wajahnya memanas.
Ini benar – benar aneh!
Tanpa memperdulikan Arya yang masih setia menatapnya dengan lekat, Sri Sudewi langsung menarik langkah lebar lebar menuju ke kereta kerajaan yang tengah menunggunya. Tampaknya, Sri Sudewi begitu sibuk 'tuk menghapus rasa gugup serta malu yang sedang menyerang dirinya, hingga wanita itu tak menyadari jika pintu kereta kerajaan yang berada tepat di hadapannya telah dibuka dengan gerakan sedikit kasar oleh sang penumpang yang berada di dalam kereta mewah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bubat
Historical FictionRomansa - Fiksi Sejarah [PERINGATAN : Cerita ini merupakan cerita modifikasi, tidak sepenuhnya dalam cerita ini merupakan sejarah] Wanita, Tahta, Kecantikan, Pria ,dan Cinta, sebuah kesatuan yang dapat merusak sejarah. [Rank] #1 Dyah Pitaloka (15 Ju...