Grep!
Kedua netra Sri Sudewi membola dengan begitu sempurna ketika ia merasakan cengkraman ayahnya semakin menguat di kedua bahunya. Wanita itu menggigit bibirnya dengan kuat, mati – matian ia menahan diri 'tuk tak meneteskan air mata dan merusak riasan wajahnya.
"Malam ini merupakan malam dimana dirimu akan menunjukkan kemampuanmu di depan para bangsawan. Jangan sekali – kalinya kau melakukan tindakan ceroboh yang dapat merusak acara malam ini," ucap Rajadewi sembari memberikan tatapan tak bersahabatnya kepada putri hasil perselingkuhannya dengan seorang wanita yang kemudian diangkatnya sebagai selir.
"Baik, Ayah," ucap Sri Sudewi sembari menahan ringisan sakit yang hendak keluar dari mulutnya.
"Malam ini juga, dekati pria bangsawan yang dapat menaikkan posisi keluarga kita," perintah Rajadewi yang dibalas dengan sebuah anggukan oleh Sri Sudewi.
"Apa kau telah bisu, hah?! Jawab aku!" ucap Rajadewi lagi ketika ia merasa tak puas dengan jawaban yang diberikan oleh Sri Sudewi kepadanya.
"Baik, Ayah," ucap Sri Sudewi dengan suaranya yang terdengar begitu bergetar.
Bub!
Dengan gerakan kasar, Rajadewi menghempaskan tubuh Sri Sudewi hingga putrinya itu jatuh meluruh di atas lantai. Rajadewi nampaknya tak terusik dengan keadaan Sri Sudewi yang terlihat sedikit kacau akibat perbuatannya itu.
"Jadilah penggoda yang baik. Jadilah seperti wanita yang telah melahirkanmu,"
Grit.
Sri Sudewi menggigit bibir bawahnya ketika ia mendengar hinaan yang baru saja dilontarkan oleh ayahnya kepada dirinya dan ibunya. Jika saja Sri Sudewi memiliki sedikit rasa keberanian, wanita itu pasti telah membalas hujatan ayahnya, namun sayang... Sri Sudewi tak memilikinya.
Sri Sudewi tetap berada di posisinya, hingga ayahnya bergerak meninggalkan kamar Sri Sudewi dengan gerakan yang begitu tergesa – gesa. Jika diingat – ingat, ini kali pertama Rajadewi mengunjungi kamar Sri Sudewi selama beberapa tahun, namun sayang, pria paruh baya itu malah menorehkan luka bagi Sri Sudewi di kunjungannya.
Rasanya, air mata ingin berlomba – lomba 'tuk jatuh dari kedua netra hitam gelapnya, namun ketika Sri Sudewi sadar bahwa sebentar lagi dirinya harus memberikan penampilan terbaiknya di hadapan para bangsawan, dengan sekuat tenaga, Sri Sudewi menahan tangisannya.
Sri Sudewi bangkit dari posisinya, wanita itu kemudian memperbaiki penampilannya yang sedikit kacau.
"Tuan Putri, penampilan anda akan dimulai sebentar lagi," ucap seorang pelayan yang sedari tadi menunggu Sri Sudewi tepat di depan pintu kamar wanita itu.
"Ya, sebentar lagi," ucap Sri Sudewi ketika tangan – tangan lentiknya bergerak 'tuk memperbaiki rambutnya yang sebelumnya telah menjadi pelampiasan ayahnya.
Ketika Sri Sudewi merasa bahwa penampilannya terlihat lebih baik, wanita itu kemudian melangkahkan kedua kakinya 'tuk keluar dari kamarnya,
"Putri, kita harus mempercepat langkah kita. Acara telah dimulai,"
Deg. Deg. Deg.
Jantung Sri Sudewi berpacu dengan cepat ketika ia mendengar ucapan pelayan itu. Tanpa memiliki niat 'tuk membalasnya, Sri Sudewi melangkahkan kedua kakinya dengan tergesa – gesa. Kali ini, Sri Sudewi tak akan merusak apapun. Ia akan memberikan yang terbaik. Ia pasti bisa memberikan yang terbaik 'kan?
"Putri!"
Seruan guru tarinya menyentak Sri Sudewi yang hendak memasuki aula Kerajaan Majapahit.
Glek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bubat
Historical FictionRomansa - Fiksi Sejarah [PERINGATAN : Cerita ini merupakan cerita modifikasi, tidak sepenuhnya dalam cerita ini merupakan sejarah] Wanita, Tahta, Kecantikan, Pria ,dan Cinta, sebuah kesatuan yang dapat merusak sejarah. [Rank] #1 Dyah Pitaloka (15 Ju...