"Pernikahan Paduka Sri Rajasanegara dengan Putri Dyah Pitaloka Citraresmi dari Negeri Sunda akan benar – benar terjadi dalam waktu dekat. Mahapatih, kita tak memiliki peluang lagi untuk mencegah pernikahan ini. Pernikahan campuran akan kembali terjadi, posisi pewaris tahta berikutnya pasti akan sangat lemah, sama seperti posisi Paduka Sri Jayanagara di masa lalu," ucap seorang pria paruh baya yang berhasil memaksa rahang Mahapatih Gajah Mada mengetat dan saling bergelemetuk.
"Ketika hal itu kembali terjadi, kita sudah dapat mengetahui pasti bagaimana akhirnya, Mahapatih. Kestabilan kondisi sosial, politik hingga ekonomi kerajaan Majapahit akan kembali terguncang. Para bangsawan akan memberontak dan melayangkan kudeta. Masyarakat kecil akan menjadi korban peperangan, mereka yang selama ini kita jaga akan menjerit kesakitan," lanjut pria paruh baya itu lagi sembari melayangkan tatapan seriusnya pada Mahapatih Gajah Mada yang sedari tadi memusatkan perhatiannya pada sebuah peta yang terbentang lebar di hadapannya.
"Pernikahan ini harus dihentikan, Mahapatih," tandas pria paruh baya itu yang diakhiri dengan sebuah hela nafas kasar.
"Saya pun menginginkan hal yang sama, Tuan Wijayarajasa. Akan tetapi, jika berbicara mengenai cinta dan wanita, saya pun tak mampu mencari solusi yang tepat," ucap Mahapatih Gajah Mada seraya melayangkan tatapan seriusnya pada pria paruh baya yang sedari tadi berdiskusi dengannya, Wijayarajasa, ayah Sri Sudewi dan Indudewi.
"Mahapatih, selama kita tinggal di dalam tembok istana, cinta dan wanita seharusnya tak memiliki peran apapun dalam kelanggengan tahta Kerajaan Majapahit. Kita tak boleh membiarkan dua hal bodoh itu mengakibatkan kerajaan ini hancur, para leluhur yang telah membangun kerajaan ini dengan peluh mereka pasti akan merasa begitu kecewa ketika mendapati kerajaan yang mereka bangun harus hancur karena tindakan bodoh penerusnya," ucap Wijayarajasa, pria paruh baya itu tampaknya begitu kekeuh dengan keinginannya untuk membatalkan pernikahan antara Hayam Wuruk dan Dyah Pitaloka.
Bibir Mahapatih Gajah Mada terkunci sempurna. Lidah pria bertubuh tambun namun kekar itu terasa begitu kaku. Akal sehat dan hatinya saling berperang satu sama lain.
"Apakah ini yang anda inginkan, Mahapatih? Kehancuran Kerajaan Majapahit?"
"Tidak, tentu saja tidak, Tuan Wijayarajasa," jawab Mahapatih Gajah Mada dengan begitu cepat. Rasanya hanya orang bodoh saja yang mengingkan kehancuran dari sebuah kerajaan yang telah dibangun oleh dirinya sendiri dengan begitu susah payah.
"Saya mendengar bahwa rombongan Kerajaan Sunda telah berangkat. Mahapatih, waktu kita sudah semakin menipis, anda harus bergerak cepat untuk meyakinkan Paduka Sri Rajasanegara agar menghentikan pernikahan ini!"
Mahapatih Gajah Mada memejamkan kedua netranya erat – erat, tangan kekarnya yang telah mengepal seolah – olah hendak mengatakan bahwa saat ini sang Mahapatih Kerajaan Majapahit itu tak sanggup lagi menaham gejolak emosi yang tengah bercokol di dalam dirinya.
"Tuan Wijayarajasa, saya mohon, keluar dari ruangan saya," ucap Mahapatih Gajah Mada tanpa mau melemparkan tatapannya kepada wajah Wijayarajasa, ayah Sri Sudewi sekaligus penguasa daerah Wengker.
Raut wajah Wijayarajasa tampak mengeras beberapa saat, lagi – lagi, pendapatnya kembali ditolak oleh para bangsawan Majapahit. Hah! Seharusnya Wijayarajasa sudah dapat menebak hal ini.
"Baiklah, Mahapatih. Saya akan keluar. Akan tetapi, setidaknya saya telah memperingatkan anda dan segala keputusan berada di tangan anda," ucap Wijayarajasa sembari menetralkan kembali wajahnya yang sebelumnya terlihat mengeras akibat tersulut amarah.
Tanpa menunggu kalimat balasan dari Mahapatih Gajah Mada, Wijayarajasa langsung mengambil langkah seribu, ia meninggalkan ruangan kerja Mahapatih Gajah Mada dengan seonggok rasa kekesalan yang begitu besar di dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bubat
Historical FictionRomansa - Fiksi Sejarah [PERINGATAN : Cerita ini merupakan cerita modifikasi, tidak sepenuhnya dalam cerita ini merupakan sejarah] Wanita, Tahta, Kecantikan, Pria ,dan Cinta, sebuah kesatuan yang dapat merusak sejarah. [Rank] #1 Dyah Pitaloka (15 Ju...