Sekumpulan burung di atas genting mengepakkan sayap bersamaan, terbang menyebar ke atas langit bertepatan dengan sorakan murid-murid yang berada dibawah genting itu. Tidak tahu karena insting, atau memang suara murid kelas IPS 2 yang terlalu heboh sampai memberikan ancaman pada burung-burung itu. Di dalam kelas, bisik-bisik mulai terdengar, memupus suasana hati tak nyaman yang semula tertuju pada Sparta dan Eric. Keduanya seolah diselamatkan, oleh pengumuman festival budaya yang diumumkan Malik. Hal itu berhasil mengalihkan perhatian seluruh murid.Memang terlalu mendadak, tetapi untuk mencegah ketegangan kelas tiga yang sudah mendekati ujian, sekolah memutuskan mengadakan hiburan.
"Maaf mendadak. Tiga hari lagi, kita akan menggelar festival budaya," cetus Malik, mengumumkan sembari menulis tanggal di papan tulis.
Tanggal 6 Januari.
"Gila, itu mendadak banget!" Adit sang ketua kelas terkejut.
"Saya bilang, kan, maaf jika mendadak," kata Malik.
"Itu terlalu mendadak!" teriak para siswi bersamaan, seolah saling membaca pikiran masing-masing.
"Buat tema yang bagus, supaya kelas lain bisa berkunjung ke kelas kalian. Lalu jangan lupa, akan ada penampilan spesial dari band The Bandit," ujar Malik, memberikan beberapa lembar kertas pada Adit, lalu pergi meninggalkan kelas.
Reaksi antusias murid-murid kembali terpancar, mendengar nama The Bandit seakan membuat mereka semakin hidup. Bahkan, semangat menyambut festival budaya kali ini meningkat. Eric mengerutkan kening, ada sinar gelisah yang terpancar dari kedua mata. Menatap resah murid perempuan yang tampak berseri dan merona.
"Ada apa, Eric?" tanya Sparta, memiringkan kepala dan menghalangi pandangan Eric pada perempuan-perempuan itu.
"Mereka masih senang mendengar nama band itu. The Bandit," sahutnya.
"Emang kenapa? Band apa itu?"
Eric tahu pengetahuan Sparta terbatas. Kalau bukan soal perkelahian, jangankan soal band, tentang pelajaran saja sangat sedikit yang cowok itu ketahui.
"Kabarnya band mereka pernah melecehkan beberapa fans fanatik, padahal usianya masih sama kayak kita." Eric bersandar, membuat kursinya sedikit bergeser ke belakang dan mengenai meja Januar.
Januar yang sedang tidur dengan kepala menelungkup ke meja, merasakan getaran dari kursi Eric, terkesiap bangun dan menarik telinga Eric. "Jangan ganggu gue," katanya sedikit bercanda.
Sparta melepaskan tangan Januar. "Jangan kasar sama Eric," tajamnya.
"Tapi dia yang geser-geser kursi, tahu!" Januar berdecak, mengacak rambut yang masih berbau pewarna.
"Gapapa, Sparta, lagipula gak sakit sama sekali." Eric tersenyum, tidak ingin bercandaan Januar dianggap serius.
"Tuh, dengar kata Eric! Omong-omong, kalian lagi bahas apa?" tanya Januar sambil memasukkan alat-alat tulis ke tas.
"Band The Bandit, yang pernah melecehkan belasan fans fanatik tahun kemarin. Kasusnya ramai, tapi lama-lama redup karena kasus-kasus yang baru," jelas Eric.
"Gue juga pernah dengar sebelum pindah ke sini. Salah satu korbannya teman sekelas gue, dia cewek penggila band itu. Gue gak nyangka kalau dia beneran pacaran sama vokalisnya, bahkan sampai di buli karena cewek lain cemburu." Januar rupanya lebih tahu, raut wajah itu berubah serius. "Ternyata dibalik itu, dia sering dipakai sama vokalisnya. Gue gak tahu apa itu pemaksaan atau bukan, tapi kayaknya cewek itu suka rela memberikan harga dirinya."
Sparta dan Eric merinding, tidak menyangka betapa mengerikannya jika seseorang sudah tergila-gila dengan sosok idola.
"Kalau sama-sama suka, kenapa itu jadi kasus?" tanya Sparta.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNRAVEL [TAMAT]
Teen Fiction[ Boy X Boy CONTENT! ] [ SELESAI PART LENGKAP ] Sparta Lewis, bocah sepuluh tahun yang diperkosa Ayah temannya, lalu membunuh pelaku atas dasar dendam. Gara-gara itu, rantai dendam berlanjut pada Victor Neptunus (teman Sparta) dan merubah kehidupan...