55. Festival Budaya (3)

183 27 6
                                    

       Wajahnya tampak berantakan, berkali-kali ekspresinya berubah dengan harapan tenaga yang keluar akan lebih kuat--walaupun tak mempengaruhi. Menghadapi lawan yang berbadan lebih besar diseberang sana, membuat tali tambang menariknya lebih cepat dan nyaris melebihi garis. Ketika hampir menyerah, pikirannya membayangkan harapan kelas IPS 2 yang menaruh banyak pada perlombaan ini. Tatapan menyedihkan mereka tiba-tiba terlukis saat membayangkan kekalahan yang sudah di depan mata.

Mustahil, pikirnya. Tangan-tangannya terluka, tersayat kasarnya tali tambang dan memberikan warna kemerahan. Namun, saat namanya diteriakkan oleh teman sekelas, tenaga yang sempat hilang seakan kembali ke permukaan tangan. Januar menarik tali itu, lebih kencang dengan kedua mata tertutup. Kali ini, mulutnya bahkan berteriak penuh usaha. Perlahan tapi pasti, kakinya bergerak mundur dan menarik lawan menuju garis yang berada ditengah-tengah lapangan.

Tarik tambang satu versus satu, antara kelas XI IPS 1 dan XI IPS 2, berlangsung cukup sengit dan berhasil dimenangkan kelas XI IPS 2 oleh Januar sebagai perwakilan.

Seluruh murid bersorak bahagia, merangkul kemenangan pertama mereka yang dilalui Januar dengan susah payah. Cakra menghampiri dengan segenggam es batu dalam plastik, duduk sebelahan dan meraih tangan-tangan terluka itu untuk diobati. Mereka diberi waktu untuk beristirahat berdua, sementara murid sekelas yang lain memberikan dukungan pada perlombaan berikutnya.

Cakra menaruh es batu itu dalam genggaman Januar, membuatnya meringis menahan dingin dan perih secara bersamaan. Tetesan air yang meleleh dari es batu, berjatuhan membasahi celana Januar, Cakra menaruh sapu tangan untuk meresap air-air itu.

"Makasih buat kemenangannya," ucap Cakra, menghargai usaha dari temannya menghadapi siswa sebelah yang terkenal kuat secara fisik.

"Ini kan cuman festival, apa bagusnya." Januar berkata remeh.

"Mau di mana pun, gue selalu menganggap serius semua pertandingan. Lo juga serius melawan anak itu, kan?"

"G-gue cuman asal tarik aja, bukan karena jago," sahutnya memalingkan wajah malu-malu.

"Gue gak bilang lo jago."

Sementara kelas XI IPS 2 mendapat kejuaraan pertamanya, mereka kembali dibuat tegang dengan pertandingan Eric dalam lomba pukul air. Sialnya, di lapangan kedua Sparta juga bertanding di waktu yang sama dalam perlombaan berbeda. Di atas meja cokelat yang masih berbau cat kayu, Sparta berhadapan untuk adu panco bersama ketua OSIS yang terkenal mengajar Taekwondo di desanya.

Eric memandang sejenak ke lapangan sebelah, sedikit menaruh khawatir pada Sparta karena lawannya tidak sembarangan. Lalu, kedua matanya berubah gelap saat kain merah melilit di kepala untuk sengaja membutakan pandangan. Bermodal tongkat kasti, Eric diputar-putar di tempat oleh panitia untuk memberikan efek pusing. Ketika peluit berbunyi, Eric melangkah tanpa arah, bahkan lupa letak air-air yang menggantung berada di mana.

Pukul air, sebuah lomba yang dimainkan dengan cara kedua mata tertutup. Peserta harus berjalan beberapa langkah untuk memukul air yang menggantung di dalam balon dengan tongkat. Saat ini, Eric berjalan paling belakang dan mengayunkan tongkat tak tahu arah karena gelap yang disebabkan selembar kain. Teriakan murid-murid yang menyaksikan begitu menganggu dan membuatnya tidak fokus, sementara empat peserta lain di ronde yang sama dengan Eric sudah berjalan lebih jauh dan mendekati balon air di depan sana.

Di sisi lapangan lain, Sparta saling mendorong tangan bersama ketua OSIS dengan tumpuan siku di atas meja. Rasanya hampir retak, kekuatan mereka benar-benar setara. Melirik penuh cemas, mendapati Eric sedang kebingungan dengan tongkatnya dan hampir dipukul oleh peserta lain yang sama-sama sedang kehilangan arah.

"Eric! Awas!" teriaknya, membuat dia juga hampir celaka saat tangannya nyaris menyentuh meja.

Sparta masih bisa mengantisipasi itu, mendorong naik tangannya dan kembali seimbang. Eric mendengar teriakan Sparta, tetapi kepalanya berhasil dipukul orang lain dari belakang secara tidak sengaja. Tepat saat kepala Eric terpukul, balon air di depan sana pecah oleh salah satu murid, bersamaan dengan Eric yang terjatuh ke lapangan.

UNRAVEL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang