Sebuah kamera mengintip malu-malu disela dedaunan rindang agak layu. Lensanya berusaha untuk fokus, lalu membidik jernih wajah rupawan yang tengah menghisap rokok di alun-alun kota Jakarta. Angle dalam posisi yang begitu pas, melalui sisi kiri sehingga potret diam-diam itu nyaris sempurna. Remaja laki-laki yang tengah menghisap rokok terusik akan pengintaian itu, lalu berjalan rusuh mendekati dedaunan yang diduga menjadi tempat persembunyian sang paparazi. Ketika tangannya mengibas daun, dia menemukan sosok gadis tengah melotot terkejut atas kemunculannya.
"Kurang ajar. Lo diam-diam foto gue, hah?!" bentaknya, menimbulkan kekesalan serupa pada gadis itu.
"Gue lagi cari kalung yang jatuh, jangan GR." Masker yang sedikit turun dinaikkan lebih tinggi untuk menutupi seluruh hidungnya.
"Jangan bohong lo. Sini mana kameranya!" Lelaki itu tetap kukuh, yakin dengan perasaannya yang merasa diintai.
"Kalau lo cari orang yang bawa kamera, dia udah pergi."
"Cewek ini!" Tangannya mengepal geram.
Sementara gadis itu membuka masker hitam yang menutup sebagian wajahnya. "Apa? Mau ngajak berantem?" Tatapan matanya tak memperlihatkan rasa takut, bahkan ajakannya tampak sungguh-sungguh.
Remaja di depannya mengerutkan dahi kesal, merasa diremehkan oleh perempuan cantik di depannya. Dia akui, sempat membuat terpana beberapa saat setelah melihat seluruh wajahnya yang bersinar. Mata bulat dan hitamnya berasa nyaman untuk ditatap lekat-lekat.
"Lo gak tahu gue ini siapa? Gue ini artis!" Telunjuknya mendarat di dada sendiri, memberi penegasan agar orang di depannya gentar.
Benar, laki-laki itu cukup memberikan sedikit arahan pada gadis yang mungkin saja lupa akan dirinya. Seorang vokalis dari band yang tengah naik daun dan memiliki ratusan ribu fans, yaitu Milenio Zergio dari band The Bandit. Satu-satunya band termuda yang berhasil membangkitkan minat masyarakat pada musik, dengan sang vokalis tampan sebagai nilai jual lebihnya.
"Lo lebih mirip tukang bersih-bersih toilet."
"Apa?"
Milenio diam di tempat, tak berkutik akan perkataan mengejutkan yang penuh kejujuran. Saat tubuh gadis itu bergegas, kepalanya seakan disiram air panas, memandang tak terima punggung angkuhnya yang berjalan semakin jauh tanpa penyesalan.
"Bangun."
Tenggorokan berasa semakin kering, lalu disiram kembali oleh cairan pahit yang berada di tangan. Sudah mulai ringan, sepertinya Milenio membutuhkan botol baru dengan isi yang lebih banyak. Tetapi tunggu, tubuhnya terlalu lemas bahkan untuk sekedar membuka mata. Suara lembut yang diiringi tepukan keras itu pun, tak dapat membuatnya terperanjat.
"Bangun!"
Milenio terbangun seketika saat merasakan siraman air begitu deras mengguyurnya. Kedua mata memandang buram pada perempuan cantik yang baru saja muncul dalam mimpinya--lebih tepatnya mimpi yang pernah terjadi di masa lalu. Cowok itu menggelengkan kepala untuk menghilangkan pegal dan basah, menendang beberapa botol minuman keras di ujung kaki agar menjauh. Kalau sudah minum sampai tepar, seharusnya benda itu segera menjauh agar tidak memikatnya lagi.
"Sofia," lirihnya, ingat kembali bahwa masalah terbesarnya belum terselesaikan.
Dari sejak pertemuan pertama mereka, Milenio belum berhasil mengambil hati gadis itu.
"Tiap hari mabuk-mabukan, sesekali peduli sama diri lo sendiri apa sulit?" Ember di tangannya terjatuh pelan, menyatu bersama air yang mengalir di lantai.
"Gue udah terbiasa hidup begini." Milenio hanya bisa menunduk malu, semakin rendah diri di hadapan kekasih pertamanya.
Secara status mereka berpacaran, hanya karena sebuah syarat agar Sofia bisa mendapatkan perlindungan dari kejaran Vishnu. Beberapa waktu setelah pertemuan mereka, Sofia bertemu ayahnya dan diseret paksa untuk kembali. Karena rasa penasarannya kepada Sofia, Milenio selalu mengikuti Sofia dan melihat aksi mengerikan Vishnu saat itu. Dia mengikutinya, lalu meminta bantuan body guard untuk membawa Sofia ke rumahnya. Vishnu sulit membawa gadis itu kembali, karena Milenio adalah orang berada dan memiliki banyak koneksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNRAVEL [TAMAT]
Ficção Adolescente[ Boy X Boy CONTENT! ] [ SELESAI PART LENGKAP ] Sparta Lewis, bocah sepuluh tahun yang diperkosa Ayah temannya, lalu membunuh pelaku atas dasar dendam. Gara-gara itu, rantai dendam berlanjut pada Victor Neptunus (teman Sparta) dan merubah kehidupan...