Matahari belum tinggi, tetapi tubuhnya sudah bermandikan keringat. Pergi ke sana-sini mengantar pizza yang bisa dibilang sangat laku, membuat Sparta kewalahan. Karyawan yang ada tidak seberapa, sementara dia yang paling diandalkan oleh atasan karena performa kerja yang paling baik. Ponsel di saku sudah menyala kembali, pesanan banjir tak terelakkan. Sparta segera menjinjing pizza di kedua tangan, lebih banyak dari hari-hari kemarin. Ia menuju ke gerbang utama, menyelinap diantara murid-murid seusianya yang sibuk berlarian agar tidak terlambat masuk ke kelas.
Di gerbang, ada seorang remaja berambut cokelat tua dengan kacamata dan masker yang menutupi sebagian wajahnya. Remaja berseragam berbeda dari yang lain itu, menyadari kedatangan Sparta dan menghampirinya.
"Akhirnya dateng juga," ucapnya antusias.
Sparta menyerahkan sekotak pizza padanya. "Pesanan atas nama Januar? Pizza ukuran reguler tanpa sosis," katanya memastikan dia benar-benar sang pemesan.
"Yap. Berapa semuanya?" tanya pemesan bernama Januar, menyerahkan uang pas setelah Sparta menyebutkan nominalnya.
"Terima kasih, tolong pesan lagi lain waktu." Sparta pamit, membawa pizza menuju ke tempat lain dengan tergesa. "Selanjutnya ke belakang parkiran atas nama Amelia," gumamnya.
Padatnya kendaraan para murid yang berdesakan mencari tempat untuk menyimpan sepeda motor dan mobilnya, menyulitkan Sparta untuk bergerak. Sparta mencari celah, begitu hati-hati agar pizza di kedua tangan tidak tersenggol kendaraan dan menyebabkan insiden tak mengenakkan terjadi.
Ia menemui pemesan bernama Amelia yang telah dipastikan. Gadis yang tengah berdiri diantara kendaraan meminta maaf karena harus membuat Sparta mengantar pizza ke tempat ramai seperti ini. Tidak memberi tahu alasannya kenapa, tetapi Sparta hanya bisa berkata tidak keberatan agar tidak mengecewakan pelanggan. Sebelum ia sempat pergi, suara sorakan dari beberapa murid yang ada di parkiran membuatnya menoleh.
Sekumpulan murid sedang menyambut seorang perempuan yang baru saja keluar dari mobil sedan berwarna merah dengan senyuman lebar. Seragamnya sama seperti yang lain, seragam SMA Trinity dengan jas almamater yang dililitkan di pinggang. Yang membuatnya berbeda dari murid lain, adalah dari segi proporsi tubuh yang tinggi dan langsing, serta wajah putih pucat dengan polesan make up tebal namun memiliki daya tarik tersendiri.
"Hai!" suaranya lembut, senyumnya anggun dan matanya bersinar. Ia menyapa orang-orang yang menyambutnya dengan ramah, membiarkan mereka memeluk dirinya dengan akrab.
Gadis cantik dengan rambut pirang bergelombang yang panjangnya sepinggang, menjadi pusat perhatian sampai bel masuk berbunyi. Mungkin satu-satunya orang yang tidak peduli pada gadis bak bidadari itu, hanya Sparta. Ia memilih pergi, mengangkut pizza kembali berkeliling sekolah untuk diantar.
Semuanya selesai antar tepat pukul sembilan tiga puluh, tetapi dia memiliki satu masalah. Sparta dimarahi seorang pemesan karena pizza tidak sesuai dengan permintaannya dan membuat orang itu menolak membayar. Ia kini terduduk bingung di bawah pohon mangga sambil memegang pizza itu dalam pangkuannya. Memakan ini sendirian, tidak mungkin. Mengembalikan pizza ke atasan, malah membuatnya semakin takut dimarahi.
[ UNRAVEL ]
"Wah, emang keberuntungan! Asli! Gak nyangka gue bakal ketemu lagi sama lo, Eric!"
Suaranya antusias pada jam istirahat saat ini. Kedudukannya sebagai seorang murid pindahan dari SMA Cakrawala, tak membuatnya gentar diperhatikan beberapa orang. Sifatnya supel, mudah beradaptasi dengan lingkungan sekalipun di sekolah elite sekelas Trinity. Karena gaya keren dan sifat percaya dirinya itu, membuat beberapa orang langsung terbiasa dan berhenti memandangnya remeh. Januar Adikta, baru resmi menjadi murid SMA Trinity hari ini, bertemu langsung dengan Eric yang katanya adalah teman sebangku ketika SD dari kelas satu sampai enam.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNRAVEL [TAMAT]
Novela Juvenil[ Boy X Boy CONTENT! ] [ SELESAI PART LENGKAP ] Sparta Lewis, bocah sepuluh tahun yang diperkosa Ayah temannya, lalu membunuh pelaku atas dasar dendam. Gara-gara itu, rantai dendam berlanjut pada Victor Neptunus (teman Sparta) dan merubah kehidupan...