Langit mendung semakin samar, bahkan hampir menyerah pada sinar terang yang dominan terpancar. Awan-awan senantiasa menutupi warna kebiruan dari langit, memandang langsung pada makhluk-makhluk di bawahnya. Suasana cerah ini, sama persis dengan perasaan yang menyelinap melalui rongga dada dua anak remaja di depan halte bus, tepat di bawah pohon cemara. Disekitar mereka, beberapa orang lain sedang menunggu kendaraan yang sama. Obrolan bersahutan dengan suara kendaraan di jalan besar, serta derap kaki yang bersentuhan dengan trotoar, membuat kegaduhan di sana semakin nyata.
Dua orang anak remaja berpakaian seragam sekolah warna hitam dan putih, berpadu dengan jas almamater biru navy, saling melirik satu sama lain. Kemudian, keduanya tersenyum lega. Dalam beberapa hari, sudah banyak hal terjadi. Mereka yang berada di halte bus, atau orang-orang acak yang sedang berjalan, tidak akan saling mengetahui apa yang mereka lalui selama libur akhir semester. Cerita pedih itu, akan terjaga bersama mereka.
Lima belas menit yang lalu, mereka masih menunggu kendaraan berwarna biru tua untuk menuju ke sekolah. Detik ini, keduanya telah berada di dalam bus dan duduk bersampingan. Tidak ada obrolan, hanya sibuk dengan pikiran masing-masing karena beberapa alasan. Tentang pertengkaran mereka karena kekecewaan Sparta, Cakra dan Januar yang bertengkar untuk melindungi Eric, berita perkelahian Sparta melawan Elang beberapa waktu lalu dan penculikan Eric, semuanya telah berakhir. Namun, mereka masih sangat cemas. Bahkan, saat ini pun belum bisa berkata semuanya telah aman.
Januari - Semester kedua, di kelas sebelas.
Sudah enam bulan Sparta dan Eric saling mengenal. Tahun lalu, di rumah terpencil milik cowok berambut abu-abu itu, Sparta menampakan diri dengan penuh luka. Dua minggu kemarin, baru diketahui jika luka di dalamnya lebih pedih daripada luka luar yang terlihat. Sparta tiba-tiba merangkul Eric dalam dekapannya, menariknya menghindar dari murid-murid yang berlarian memasuki gerbang. Eric terkejut, menjauhkan diri dari dekapan seraya mengusap-usap dada yang berdebar.
"Kaget. Orang-orang itu terlalu semangat di semester dua! HAHA."
Namun, debaran itu bukan karena terkejut, tetapi karena sesuatu yang lain.
"Hati-hati," kata Sparta, bernada lebih lembut dari biasanya.
Meskipun sekolah tetap sama, tetapi dari pandangan Sparta terlihat berbeda. Ekspresi bahagia murid-murid di sana mungkin menjadi salah satu yang membuat dia berpikir begitu. Terlebih, suasana hatinya membaik karena Eric berhasil sembuh setelah tiga hari kritis. Meskipun belum sembuh total, setidaknya melihat cowok itu sekolah dan ceria seperti dulu, sudah lebih dari cukup.
Lagi-lagi Malik berjasa untuk kejadian mengerikan waktu itu, memberikan Sparta uang dari kartu ATM miliknya untuk biaya obat dan perawatan. Asalkan tidak ditarik dari ATM pemberian Gusvano, Sparta pasti setuju. Kartu Black Card itu, sekarang menjadi milik Malik dengan alasan pembayaran jasa.
Saat mengamati orang-orang yang tengah melepas rindu kepada temannya, tiba-tiba Sparta dan Eric menjadi pusat perhatian. Aura sekitar berubah, pandangan antusias itu langsung terlihat runyam seolah tak nyaman dengan kedatangan keduanya. Eric memupus senyum, heran dengan keadaan yang mendadak mengintimidasi mereka. Sparta menaruh telapak tangan di kepala Eric, mengelusnya lembut dengan maksud menyampaikan semua akan baik-baik saja.
"Anak itu, red dragon."
Saat Eric dan Sparta hendak memasuki lift, suara itu terdengar dari seorang siswi. Ekspresinya takut bercampur tidak suka, menatap tajam ke arah mereka bersama siswa yang lain sampai ke ujung koridor. Mendengar nama itu, mengingatkan Sparta pada perkelahian yang berulang kali dilalui. Eric menarik cowok itu memasuki lift, tepat sebelum pintunya tertutup.
Bibir Eric terbuka, berharap dapat memberikan sedikit ketenangan agar Sparta tidak terlalu tersinggung.
"Apa yang terjadi selama libur sekolah? Kayaknya gue jadi terkenal." Sparta terlihat baik-baik saja, berkata sambil melirik Eric.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNRAVEL [TAMAT]
Novela Juvenil[ Boy X Boy CONTENT! ] [ SELESAI PART LENGKAP ] Sparta Lewis, bocah sepuluh tahun yang diperkosa Ayah temannya, lalu membunuh pelaku atas dasar dendam. Gara-gara itu, rantai dendam berlanjut pada Victor Neptunus (teman Sparta) dan merubah kehidupan...