69. Hadiah Dari Ramune?!

166 22 6
                                    


"Gimana perasaan kamu setelah kembali ke sekolah lagi?"

Malik duduk mencari kenyamanan, memasukkan kaki ke bawah meja agar lututnya tak berasa pegal. Ruangan itu masih sama seperti terakhir kali, saat Sparta duduk bersampingan dengan Mandarin beberapa bulan lalu. Hanya saja hari ini, tertinggal dirinya dan Malik yang terlihat sedang bersantai. Dua cangkir kopi menghiasi meja kaca, tampak milik guru BK itu sudah nyaris habis, sementara Sparta belum menyentuhnya sedikit pun.

"Bapak yakin gak salah tanya? Seharusnya pertanyaan itu buat Eric, gue udah masuk selama dua minggu ini," balas Sparta tak yakin, seperti ada maksud lain terpanggilnya dia ke ruangan memuakkan ini.

Sparta merasa baru kali ini dipanggil bahkan setelah bolos selama sebulan lamanya. Tingkah laku Malik memang tak pernah dapat dia tebak, apalagi senyum-senyum mencurigakan yang selalu terlukis padahal sedang tidak bercanda.

"Saya baru bertemu lagi sama kamu, jangan bernada sinis begitu."

Sparta menaruh kaus hijau tosca dan celana putih yang semula Malik pinjamkan. "Ini gue kembalikan, makasih. Soal penyelamatan bapak yang membongkar tuduhan Mandarin, gue juga berterima kasih," ucapnya canggung, merasa tak biasa mengucapkan kata-kata itu pada orang yang semula dia curigai.

"Simpan saja itu. Saya juga punya beberapa baju lain yang ukurannya sesuai. Kamu pasti masih satu pakaian dengan Eric, kan?"

Sparta mengangguk. "Kenapa bapak baik sama gue dan Eric?" tanyanya.

Malik tertawa pelan. "Sebagai seorang guru tidak bagus membenci muridnya."

Dahi Sparta berkerut jengkel, merasa tak mendapatkan jawaban apapun. "Masalahnya banyak pertolongan yang udah bapak lakuin. Bahkan sampai rela ke penjara demi gue," katanya.

"Itu persoalan yang mudah, saya langsung dibebaskan lagi setelah mengajukan permohonan maaf. Untungnya berita lama pembunuhan itu belum sampai ke mulut wartawan, kalau itu bisa gawat." Malik menyesap kopinya sampai habis.

"Pokoknya makasih. Maaf selama ini gue terlalu curiga sama bapak, apalagi waktu awal kita ketemu." Sparta meraih cangkirnya, menyesap kopinya sedikit.

"Kecurigaan kamu benar, bukan? Saya ini dulunya mata-mata Elang. Saya juga pernah katakan itu saat persiapan festival budaya," sahutnya.

"Gue ingat."

"Kamu tahu? Kalau sekarang Elang sudah punya mata-mata baru lagi? Dia memakai topeng kelinci, saya sempat menyelidikinya karena penasaran," kata Malik.

"Soal itu nanti. Jawab dulu kenapa bapak bisa jadi tangan kanan Victor?" tanya Sparta penasaran.

"Hanya kisah lama. Victor sudah seperti adik saya sendiri, walaupun lama-lama sifat jahatnya bikin saya muak. Tapi sampai sekarang, saya masih berharap dia diselamatkan," jelasnya.

"Diselamatkan?" Sparta mengerutkan dahi bingung.

"Obsesinya kepada kamu, benar-benar membutakan dia, Sparta. Tolong bantu dia keluar dari dendamnya," sahut Malik, gagal dicerna dengan baik oleh Sparta.

Pada akhirnya, tak ada hal serius yang Malik katakan tentang sanksi setelah bolosnya Sparta. Keputusan itu lagi-lagi membuat Sparta malu setengah mati. Terlalu dimanjakan oleh guru BK yang ternyata baik hati, menimbulkan segelintir perasaan tak enak hati. Mengingat sikap ketus yang selama ini dia lakukan, nyaris membuat wajahnya dan Malik tak ingin berhadapan lagi.

UNRAVEL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang