67. Bersatu

223 27 5
                                    

[ NOTE : chapter kali ini lebih panjang daripada biasanya ❗❗❗]

🌈 🌈 🌈

       Langit yang menangis menikam rangkaian kendaraan berhimpitan di jalanan beraspal basah. Benda itu tak melaju, yang mengemudikan hanya bisa menerawang di mana ujung dari kemacetan itu. Meskipun tahu persis tak ada celah untuk maju, suara klakson tidak sabar tetap berbunyi tak beraturan. Nyala lampu dari kendaraan menunjukkan tetes air yang jatuh cukup padat, begitupun dengan lampu jalan yang mulai menyala petang ini. Beberapa menit lalu, mobil cowok remaja berambut sedikit ikal kecokelatan, juga berbaris diantara mereka. Sampai lelah mengoyak tubuh, serta stress karena kelaparan meningkat, menuntunnya untuk menyerah dan memasuki parkiran cafe ternama disudut Jakarta.

Nuansa ala musikal barat menyambut, tampak padat dipenuhi anak remaja hitz yang suka menenteng alat musik persis seperti temanya. Remaja berjaket Elang memasuki tempat itu bersama dua orang di belakangnya. Setelah melepas jaket yang sedikit basah, Victor mengoper itu pada Shinya yang langsung menerimanya. Mereka duduk di sebuah kursi tak jauh dari pintu, tertarik pada dinding kaca yang mempertontonkan secara langsung hujan di luar sana. Sempat menjadi perhatian, Victor berdecak tidak suka dan berusaha tak terlibat perkelahian saat perutnya tengah kosong.

Pesanan yang mereka catat tak begitu banyak, hanya segelintir makanan manis dengan tiga cangkir kopi hitam. Berada diantara remaja seusianya, membuat mereka tak luput dari saling lempar pandangan tidak ramah. Walaupun tidak saling menegur, perang dingin dari pengunjung seperti menusuk Elang saat ini. Rabbit sang mata-mata berada di sana, duduk bersama Victor dan Shinya sambil memegang koran yang dia temukan di atas kursi. Berita panas tentang Eric menghiasi laman utama, dilihat oleh Victor yang langsung merampas koran itu.

"Apa ini?" tanyanya.

"Eh? Tumben bos tertarik baca koran. Sini, biar gue bacain," ucap Shinya, mengulurkan tangannya dengan senang hati.

"Ada yang jatuh dari lantai empat di SMA Trinity. Itu sekolahnya Sparta," jawab Rabbit, seketika Victor tak jadi memberikan koran pada Shinya.

"Kelinci sialan. Lo selalu ambil kesempatan dekat-dekat sama bos." Shinya memukul meja tidak kencang, memandang tak senang pada Rabbit.

"Berharap yang jatuh itu Sparta? Gue rasa gak mungkin. Dari sifatnya itu bukan dia banget, kan?" Rabbit melihat kediaman Victor yang seperti menyiratkan hal itu, justru mengabaikan kemarahan Shinya yang terlihat cemburu.

"Siapa bilang? Gue paling gak suka dia celaka kalau bukan gue yang melakukannya." Victor mematahkan kecurigaan itu.

"Bos keren, lo emang panutan gue." Rabbit memuji, sementara Shinya memilih diam menahan kesal. "Lalu soal penyerangan beberapa minggu lalu, di markas P yang menyebabkan puluhan anggota kita dirawat, gue udah dapat informasi pelakunya," lanjutnya.

Victor dan Shinya menoleh penasaran, bersamaan dengan kedatangan pelayan mengantarkan pesanan mereka. Tragedi penyerangan yang parah kepada komunitas Elang sampai membuat mereka tak berdaya terjadi di markas P alias kode untuk pabrik. Cara bertarungnya yang hanya mengandalkan tangan kosong, berhasil menerbangkan beberapa jenis senjata dari tangan anggota Elang, termasuk pistol desert eagle yang berbahaya. Yang mengerikan, Victor turun tangan untuk masalah ini dan berujung dikalahkan juga. Sampai detik ini, kondisinya belum sepenuhnya prima. Sedangkan anggota lain sudah pulih seminggu yang lalu.

"Ramune dari SMA Bimasakti. Dia yatim piatu dan pemilik minimarket perempatan Sinar Layang. Jaraknya dua kilo meter dari sini. Dulu dia dekat sama bos di bar Ravalon bernama Tomi Ares, katanya dia udah meninggal," jelasnya rinci.

Shinya memalingkan wajah iri, sebagian dirinya menolak mengakui kehebatan Rabbit dalam menggali informasi. Rabbit mengetahuinya saat mengikuti Ramune yang wajahnya sempat terlihat sekilas. Dari hutan gundul tempatnya bertarung, dia bergerak ke arah utara untuk mengelabui tempat tinggalnya, yang justru Rabbit tahu jika di sana tak ada pemukiman warga dan menduga dia berbelok ke Timur karena jaket yang dikenakan adalah brand yang berada di daerah sana. Rabbit pergi ke daerah Timur beberapa hari setelahnya, lalu bertemu dengan Ramune yang mengenakan seragam dan mengikuti cowok itu sampai ke minimarket. Sebuah stiker bertuliskan RVL melekat di beberapa kaca, membuatnya menyelidiki simbol dari stiker itu dan menemukan fakta tentang bar Ravalon yang cukup terkenal.

UNRAVEL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang