48. The Bandit : Milenio Zergio

246 33 21
                                    


Salah satu tim voli sedang berkumpul di luar stadion, duduk berjejer di sebuah tembok yang melingkari rerumputan. Keringat membanjiri seluruh tubuh mereka, merasa sia-sia karena pada akhirnya dikalahkan telak oleh pemain lain di lapangan. Siapa yang kuat, mereka bertahan. Tim kekurangan bakat, kekompakan dan kerja keras, akan tersingkir dengan mudah sesuai aturan dalam sebuah pertandingan.

Salah satu dari mereka tersenyum, berlagak paling tegar diantara yang lainnya. "Masih ada tahun depan, jangan murung begitu!" serunya, bermaksud memberikan semangat.

"Kapten, tapi kakak kelas kita gak akan ikut tanding tahun depan, kan?" Orang paling patah semangat bicara, wajahnya layu sejak tadi.

"Ada senior yang hebat aja kita kalah. Apalagi tahun depan, kita akan sibuk mengurus junior yang masih kurang pengalaman," sahut si putus asa, duduk sebelahan bersama orang yang tadi patah semangat.

"Kita kayak tokoh sampingan, gak mungkin bisa maju ke babak final." Muncul satu orang lagi, datang entah darimana menghampiri tim.

"Ya, kita emang kurang baik dari segi apa pun. Tim kita hanya tim biasa, bukan Semantika atau pun Murayama." Sang kapten yang awalnya memberikan semangat, ikut terkena energi negatif.

"Tapi seenggaknya, kita dapat pengalaman." Seseorang berdiri melawan rasa kecewa. "Terlebih, kita bisa lihat cewek-cewek cantik!" serunya, menunjuk sekumpulan perempuan berpakaian voli yang tinggi-tinggi.

"Cantik!" Mereka semua berseru, wajahnya memerah karena terpesona. Momen itu seakan menghapus seluruh rasa kecewa dan putus asa.

Gadis-gadis itu mengukir senyum, menjadi pusat perhatian karena kecantikan dan kesan kuat yang terpancar. Meskipun keringat mengucur dari segala pori-pori, kharisma mereka justru semakin menonjol. SMA Cemara, tim putri yang berhasil melaju ke babak final, setelah tahun sebelumnya dikalahkan telak oleh sekolah lain di semi-final.

Langkah gadis-gadis itu berhenti tepat di atas tangga menuju keluar gerbang. Saling berbisik ria sambil menatap seseorang yang sedang menaiki tangga panjang itu. Laki-laki bertubuh tegap dengan sedikit otot menghiasi, berjalan resah karena jalannya merasa terhalangi. Sambil memasukkan kedua tangan di saku, dia tersenyum, berhasil membuat gadis-gadis itu salah tingkah.

"K-kak Milen, aku minta tanda tangan!" seru salah satu gadis dari SMA Cemara ketika sang target baru tiba diujung tangga.

"Aku juga!"

"Please, aku fans berat kakak dari SMP!"

"Kak Milen, aku minta foto!"

Gadis-gadis beraura dingin itu, seketika berubah menjadi manja seperti gadis pada umumnya. Beberapa dari mereka, tak dapat melepaskan pandangan dari sosok Milenio yang membuat perasaan langsung tergila-gila tanpa syarat.

"Wah, senangnya dikenal gadis-gadis cantik," ucap Milenio, menggaruk pelipis dengan telunjuk sambil senyum-senyum.

Mereka memekik kuat, mendengar nada menggoda itu membuat jantung mereka seolah lepas dari tempatnya. Milenio membuka kacamata hitam yang membalut kedua mata, memajukan wajah pada salah satu gadis di sana dan menelitinya. Gadis itu gugup, justru yang lain merasa iri.

"Besok dan seterusnya gue gak akan pakai kacamata, karena melihat bidadari dengan kedua mata secara langsung itu jauh lebih baik," ujarnya, memegang dagu gadis itu dan sedikit menaikkannya lebih dekat pada wajah.

Yang diperlakukan istimewa diam tak berkutik, seluruh wajah sudah benar-benar merah mendengar godaannya. Gadis yang lain ikut-ikut berteriak, merasa cemburu sekaligus menikmati tatapan nakal dari Milenio. Cowok itu bergerak mundur, membiarkan korbannya bernapas lega karena hampir saja pingsan gara-gara perlakuannya.

UNRAVEL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang