Bola mata gadis itu tampak bersinar seperti kunang-kunang, memohon dengan sangat pada seseorang yang sudah dua kali menolak cintanya. Didorong oleh rasa tak ingin kalah, gadis itu setidaknya berupaya sekali lagi untuk bisa menghabiskan waktu dengan Sparta, berharap dapat sedikit menempati hatinya yang telah sepenuhnya dimiliki orang lain. Yang diminta bantuan tak dapat menolak, melihat bagaimana Mandarin memelas penuh permohonan, berhasil membuat Sparta mengasihaninya.
Dengan alasan masuk akal, berkata kalau dekorasi kelasnya berantakan karena teman sekelas yang tidak kompak, Mandarin berencana merapikannya kembali. Teman sekelasnya sibuk menonton festival dan melupakan dekorasi yang telah direncanakan pada hari sebelumnya. Mau tidak mau, Mandarin dan beberapa temannya mengerjakan itu penuh keterpaksaan. Hasilnya tidak memuaskan, begitu sederhana dan akan membuat siapa pun yang melihat beranggapan biasa saja.
Ketika keduanya memasuki kelas gadis itu, terlihat pemandangan yang tak mengenakkan. Seluruh aksesoris yang seharusnya tertata rapi di dinding, atau benda unik yang menjadi tema mereka berjejer rapi di meja-meja, kini berjatuhan mengenaskan di lantai. Mandarin memelas putus asa, sekali lagi membungkuk kepada Sparta untuk bersedia membantunya.
"Beresin semuanya berdua mustahil, kan? Gue harus ke lapangan lagi nonton Eric." Sparta berkata apa adanya, tahu benar apa yang diinginkan hatinya saat ini.
"Kumohon, sepuluh menit aja," pinta Mandarin memelas.
Sparta mulai memungut barang-barang di lantai, menatanya di meja terdekat--menduga kalau benda itu jatuh dari sana karena posisi jatuhnya tak jauh. Mandarin tersenyum, menutup pintu rapat-rapat sampai suara di luar sana hanya terdengar samar-samar. Melalui jendela, sinar sore menerawang masuk, menyorot wajahnya yang terlihat kelelahan dan dipenuhi keringat.
Beberapa menit telah berlalu, sampai tubuhnya berada di sana melebihi waktu yang dijanjikan. Jarum jam dinding beriringan berputar, tak diperhatikan karena sibuk melekat-lekatkan kertas bertulisan motivasi di dekat papan tulis. Gadis yang memintanya melakukan itu, menoleh Sparta penuh damba. Seragam sekolah cowok itu sedikit naik karena kedua tangan yang sedang terangkat tinggi, mengekspos perut bagian bawahnya yang tak kalah berkeringat.
Sementara suasana di area festival, suara riuh terdengar semakin keras. Pertandingan voli babak kedua sedang panas-panasnya berlangsung. Kelas sebelas berhasil menang, kemudian melawan kelas tiga yang berhasil mengalahkan kelas sepuluh. Dengan stamina telah terkuras habis, mereka dipaksa bermain agresif untuk saling melawan. Sosok Eric terlihat dari pandangan Cakra dan Januar, memandang cowok itu penuh ketegangan. Mereka sudah kehabisan suara untuk berteriak mendukung, tetapi lagi-lagi mulutnya terbuka saat Eric beraksi.
"Lewat kanan! Eric tangkap!" Eric berhasil dikelabui, salah bergerak arah yang justru berlari ke kiri. Bola dari tim lawan berhasil mendarat di area kanan yang minim penjagaan, membuat tim kelas sebelas mendesah kecewa.
"Maaf," ucap Eric.
"Tenang, kita masih unggul," sahut teman setimnya, menepuk bahu Eric tidak keberatan.
Eric mengelap keringat di wajahnya dengan kaus yang dipakai, meskipun tidak kering sempurna. Kedua mata sudah berkali-kali menjelajah area penonton, tetapi tak menemukan sosok Sparta di sekitar sana. Padahal beberapa jam lalu, teman satu rumahnya itu masih berdiri mendukungnya dengan antusias. Cakra dan Januar tersenyum menyemangati, setidaknya mereka berhasil menaikkan sedikit stamina Eric yang sudah mencapai batasnya.
Dengan gigih, kelas sebelas mengatur formasi kembali dan ancang-ancang menerima bola dari tim kelas tiga. Lawannya sangat kuat, tetapi terlalu cepat untuk menyerah. Mereka berdiri di lapangan ini bukan untuk bermain-main, tidak ada alasan untuk kalah meskipun ini hanya festival budaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNRAVEL [TAMAT]
Teen Fiction[ Boy X Boy CONTENT! ] [ SELESAI PART LENGKAP ] Sparta Lewis, bocah sepuluh tahun yang diperkosa Ayah temannya, lalu membunuh pelaku atas dasar dendam. Gara-gara itu, rantai dendam berlanjut pada Victor Neptunus (teman Sparta) dan merubah kehidupan...