80. One Night

182 21 17
                                    


Bintang-bintang yang semula memenuhi langit, perlahan meredup dan mengundurkan diri. Mereka menyerah menemani sosok remaja yang mendekap harap tak pasti. Seseorang yang merengkuh pedih, sembari meringkuk memeluk diri sendiri. Kepalanya muak terus menunduk, tetapi terlalu menyedihkan saat menatap langit. Harapan semakin sirna seiring waktu yang berjalan, terbuang sia-sia bersama ingkar janji yang kini pasti.

Jam telah menunjukan pukul dua belas malam lewat tiga puluh menit, menandai berakhirnya hari istmewa dan dihadiahi sepi. Tanpa ucap selamat dari seseorang yang diharap, atau bertemu setitik senyum manis miliknya. Hadiah kepastian yang didapatkan, hanya sepi dan perpisahan. Eric mengembuskan napas sesak, matanya sembab setelah tetesan air keluar dari matanya tak sebentar. Tidak ada janji yang ditepati, membuatnya merasa pahit dan tak berdaya hanya untuk sekadar berdiri tegak.

Eric nyaris kehilangan keseimbangan, kepalanya pusing setelah pikiran melayang penuh cemas dan takut. Kedua kaki yang tak tegak itu, mungkin menjadi tanda lain dari akhir doa yang berujung sia-sia. Sparta yang dinantinya, tidak pernah datang sampai akhir. Tubuhnya terhuyung ke belakang, menatap langit dengan mata kunang-kunang. Punggung Eric mendarat pada sebuah lengan, sebagai perantara mutlak yang mencegahnya jatuh ke lantai.

Kedua mata Eric membulat, poninya tersapu angin dan membebaskan pandangan. Sparta berada di sana, menangkap tubuh lemas itu dengan bibir tersenyum lembut.

"Maaf, maafin gue."

Kemudian didekapnya Eric dalam pelukan, kepala Sparta lebih dalam memasuki dada cowok itu. Dagu Eric bertengger di bahu Sparta, giginya menggertak bersama air mata mengalir.

"Siapa yang janji datang di hari ulang tahun gue?" tanya Eric lirih, tangannya meremas lengan Sparta kuat-kuat, mendorong cowok itu menjauh.

"Nanti gue cari cara, biar waktu bisa mundur lagi," kata Sparta menunduk, wajahnya pucat pasi dan berusaha menyembunyikan itu.

"Kenapa lo menunduk kayak pengecut?" tanya Eric semakin pelan, jantungnya berdebar gaduh tak karuan.

Sparta memberanikan diri mengangkat kepala, menarik tangan dingin Eric ke pipinya. "Gak ada ucapan, gak ada hadiah, semua janji itu... gak ditepati. Tolong tampar gue, Eric."

"Bodoh." Eric menurut dan menamparnya, menarik ingus yang nyaris keluar karena terus terisak. "Bukan itu... tahu lo selamat pun, sekarang cukup," lanjutnya, menyusut air mata yang memilukan.

Semua kecemasan dan ketakutannya sejak tadi, bukan semata-mata karena janji yang diingkari. Namun, keselamatan Sparta yang mungkin saja terancam, menjadi fokus utama Eric yang sesungguhnya. Karena saat melihat cowok itu menampakan diri walaupun tampak terluka, dadanya seketika bernapas lega. Sparta tersenyum, mengulurkan tangan ke pipi Eric untuk menghapus air matanya.

"Sekarang semua udah selesai. Kita baik-baik aja dan bisa pulang ke rumah malam ini. Ayo kita istirahat, sekarang kita aman," ucapnya yakin.

"Sparta...." Eric memanggilnya penuh rindu, meraih tangan Sparta dan berlari ke pelukannya. "Terima kasih hadiahnya."

Rambut berantakan Sparta semakin diacak angin, tampak indah kedua matanya yang diterangi lampu putih. Kemudian sambil tersenyum, Sparta menuntun kedua tangannya untuk mendekap punggung Eric yang gemetar. Eric mendongak, menatap Sparta yang balas menatapnya terpana. Wajah kemerahan itu, tampak melukiskan seseorang yang tengah jatuh hati.

"Lo suka sama gue?" tanya Eric tiba-tiba, wajahnya begitu dekat dalam jangkauan mata Sparta.

"Setiap melihat lo, rasanya gue jatuh cinta berkali-kali."

Pandangan teduh Sparta sepenuhnya memutus kekhawatiran, juga angin halus yang menerpa rambut keduanya, seakan menegaskan jika semua telah usai. Tak ada lagi ancaman, hanya ada mereka berdua dan kedamaian. Lalu, sebuah ciuman lembut tanpa paksaan menghapus kerinduan diantara mereka. Kedua pipi Eric berada dalam dekapan telapak tangan Sparta, begitu hangat tangan itu mengusapnya, senada dengan gerakan halus bibir cowok itu.

UNRAVEL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang