28

153 24 4
                                    

Seperti yang dijanjikan, Minji dan Minho menghabiskan masa bersama pada hari itu. Dari pagi, mereka ke comic cafe.

Menjelang tengahari, Minho mengajak Minji menonton wayang dan bermain di arked. Di sebelah petang, mereka menghabiskan masa di food truck di sepanjang Sungai Han.

Dan bila malam menjelma, mereka ke taman tema dan menghabiskan masa di sana. Segala rasa penat dibuang jauh mengenangkan itu mungkin pertama dan terakhir kalinya mereka dapat menghabiskan masa berdua.

Sehinggalah jam menunjukkan angka sebelas malam, mereka akhirnya pulang. Minho menghantar Minji sehingga ke hadapan pagar rumah gadis itu.

"Dah sampai," ujar Minho.

Minji memandang rumahnya yang sudah gelap itu. Kalau ikutkan hati, dia tidak mahu masuk dan mahu terus bersama lelaki di hadapannya itu.

"Gomawo Sunbaenim. Saya happy sangat hari ni," ujarnya dengan senyuman.

"Saya pun," Minho ikut tersenyum.

"Ah bencinya. Saya rasa sedih walaupun sebenarnya saya masih ada masa seminggu lagi untuk jumpa Sunbae kat sekolah," Minji mengesat air mata yang tiba-tiba ingin mengalir.

"Minji yaa," Minho memanggil nama gadis itu.

"Untuk awak,"

Minji memandang kotak kecil yang disuakan dihadapannya.

"Ambil lah. Hadiah perpisahan dari saya,"

Minji menyambutnya dan melihat isi kotak itu. Ianya adalah sebatang pen yang diukir dengan namanya.

"Belajar rajin-rajin dekat sana nanti," pesan Minho.

"Tak aci. Saya tak sediakan hadiah apa-apa pun," ujar Minji.

"Gwaenchanha. Saya tak harapkan balasan pun," ujar Minho.

"Saya tetap rasa tak adil. Saya nak hadiahkan Sunbae sesuatu juga,"

Minho ketawa melihat wajah cemberut Minji saat itu. Namun, tawanya itu mati bila Minji tiba-tiba mencium pipinya.

"Nae seonmul," ujar gadis itu perlahan sambil menjarakkan kembali wajah mereka.

*(Hadiah saya)*

FeelingsWhere stories live. Discover now