44. Ar'Gatha

535 27 0
                                    

TYPO BERTEBARAN!!

~ArGatha~

HAPPY READING








Aril mencari-cari keberadaan Agatha hingga ke penjuru sekolah tetapi tidak menemukannya. Ia mengacak rambutnya frustasi. Khawatir dengan keadaan Agatha saat ini.

Tersisa satu tempat yang belum ia kunjungi, rooftop sekolah. Dengan cepat ia berlari ke sana.

Dan betul saja, ia melihat seorang gadis tengah menangis terseduh-seduh. Aril mendekat, ia menghapus air mata dipipi Agatha.

"Kak," lirihnya menatap Aril.

"Iya, gue di sini." Aril membawa Agatha kedekapannya sambil mengusap-usap puncak kepalanya.

Agatha menangis dipelukan Aril membuat seragam cowok itu sedikit basah. Entah mengapa, Aril merasa sakit melihat Agatha menangis.

"S-sakit b-banget, Kak. Sakit," lirihnya.

"Nangis aja gak apa-apa. Gue selalu ada untuk lo kapan pun lo butuh," ucap Aril tulus sambil membelai kepala gadis itu.

"Dia bilang gue murahan, emang gue semurah itu, ya?" tanyanya sesegukkan.

"Enggak! Lo itu berharga, dianya aja yang goblok," bantah Aril tak suka mendengar ucapan yang terlontar dari mulut Agatha.

Agatha mendongak tanpa melepaskan pelukannaya. "Gue mau pergi, tapi jangan ke rumah nanti Bunda sama Ayah liat gue nangis."

Aril mengembangkan senyumnya "Ayo, kita jalan-jalan."

Agatha pun menganggukkan kepalanya menjawab.

...

Kini seorang cowok duduk dibangku panjang yang tersedia di pinggir lapangan. Siapa lagi kalau bukan Arga. Sekolah sudah sangat sepi sebab bell pulang berbunyi dari satu jam yang lalu.

Ia menjambak rambutnya frustasi. Hatinya sakit saat berucap seperti itu. Rasanya ia ingin sekali memeluk Agatha.

Melihat air matanya jatuh, membuatnya semakin merasa bersalah. Sungguh, ia tidak berniat mengatakan itu. Ia takut Agatha akan terkena imbasnya jika berada di dekatnya.

"Maaf," gumamnya tanpa sadar air matanya menetes.

"Gue gak nyangka lo ngomong kayak tadi," ucap Nara dengan tangan yang menyilang di depan dada.

"Bagus, deh. Gue gak perlu repot-repot ngancurin lo sama cewek murahan itu," tambahnya.

"Lo lebih gak ada harga dirinya!"

Nara mengangkat sebelah alisnya.  "Lah? Bukannya lo sendiri yang bilang dia murahan?" ujarnya tersenyum miring.

"Argghhhh!" Arga kembali menjambak rambutnya frustasi.

"Pergi lo sekarang juga!!" titahnya.

"Inget, Ga. Ini baru awal!" ancamnya
dan langsung bergegas pergi dari sana. Ia senang rencananya berjalan dengan lancar.

"Gue gak mau lo tau semuanya, Tha. Biar gue yang menderita, lo jangan."

Memikirkan sikapnya kepada Agatha semakin membuatnya ingin berlari meminta maaf atas ucapnya namun, ia yakin, Agatha tidak akan memaafkannya. Sulit bagi Arga menahan semua rasa sakit di hatinya.

Bukan cuman Agatha yang sakit, tapi juga Arga. Ia rela melakukan segala hal demi keselamatan wanita yang ia cintai.

"Pilihan lo salah, Ar," celetuk Reygan seraya duduk di samping Arga. Ia menepuk bahunya."sadar gak? Kata-kata lo tadi nyakitin banget. Hampir aja lo gue tonjok."

Arga menoleh, wajahnya saat ini sangat berantakan, air mata yang mengalir, rambut yang acak-acakan membuktikan bahwa ia merasakan apa yang dirasakan Agatha. "Gue gak mau Alvaro nyakitin dia, Rey."

"Ar, Gak mungkin Alvaro nyakitin adeknya sendiri," balasnya.

"Gue bingung, Rey. Gue takut Agatha kenapa-kenapa. Gue takut Alvaro nyakitin Agatha. Lo tau sendiri, kan, dendamnya sama gue terlalu besar."

"Sebesar apapun dendamnya. Alvaro gak mungkin hancurin kebahagiaan adeknya sendiri. Lagian Alvaro masih sahabat lo."

"Dendam dia sama gue besar, Reygan! Bisa aja dia nyakitin Agatha hanya karena dendam dia sama gue. Lo tau sendiri sifat Alvaro gimana!" ucap Arga sambil mengepalkan tangannya melampiaskan segala amarahnya.

"Jangan bego, deh, Ar. Alvaro gak bakal nyakitin Agatha, yang perlu lo khawatirin itu Nara," tegasnya. "ini salah satu bagian dari rencananya. Bisa aja dia lakuin yang lebih dari ini."

"Lo harus tetap di samping Agatha. Gue bakal bantuin lo baikan sama Alvaro."

Arga tersenyum simpul. "Kesambet apa lo? Gak sakit, kan?"

"Elo yang sakit! Gue mah enggak." Reygan mengalihkan pandangannya ke tengah lapangan. "gue udah pernah kehilangan cewek yang gue sayang. Jadi, lo! Harus perjuangin Agatha, jangan sampai dia pergi."

"Sesayang itu, ya, lo sama nayla?" tanya Arga tanpa ragu.

"Iyalah, goblok. Dia hamil anak orang lain aja gue mau tanggung jawab. Tapi, ya, dia milih jalan yang salah. Bunuh diri." Mengingat kejadian beberapa tahun lalu kembali membuka rasa sakit yang mendalam dihatinya. Ia merindukan Nayla. Sangat sangat sangat rindu.

"Gue tau siapa yang hamilin nayla."

degg

Satu kalimat itu berhasil membuat jantung Reygan seakan ingin berhenti. Rahangnya mengeras. Reygan langsung menatap tajam Arga. Menunggu jawaban darinya. Dia mengepalkan tangannya kuat-kuat. Matanya terlihat penuh amarah. Sudah lama ia mengincar orang yang tega merusak pacarnya.

"Siapa? Kenapa lo gak cerita sama gue?!"

"Jangan salahin gue, ya. Gue waktu itu mau ngomong sama lo. Tapi, lo malah ngunciin gue di gudang."

"Buruan, ah, bertele-tele banget lo ngomongnya."

"Satya."

Mata Reygan memerah menahan amarah. Satya? Orang yang selalu bertemu dengannya bahkan hampir setiap hari. Ternyata pelakunya adalah temannya sendiri.

"Lo tau dari mana?"

"Nayla cerita semuanya ke gue. Dia gak bisa bilang sama lo karena takut videonya disebar," jawabnya. Arga merasa bersalah baru mengatakannya pada Reygan sekarang.

Arga sudah lama mengincar Satya terutama rekaman itu agar Satya mendapatkan balasan yang setimpal dibalik jeruji besi namun Satya selalu berhasil kabur darinya dan memanfaatkan Alvaro untuk sembunyi dibalik kejahataannya selama ini agar Arga tidak memiliki celah untuk mengambil barang bukti itu.

Reygan mengernyitkan keningnya. "Video?"

"Iya, kalau lo mau cari bukti, semuanya ada di hpnya Satya. Waktu itu gue mau lapor ke polisi tapi Nayla ngelarang gue."

"Bangsat!"

...

Ar'Gatha (selesai✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang