25. Ar'Gatha

666 31 1
                                    

TYPO BERTEBARAN!!

~ArGatha~

HAPPY READING








Mereka semua berkumpul di kamar Vero. Kini Ezra tengah berusaha membujuk Arga. Pasalnya dari pulang sekolah sampai sekarang, Arga tak menegurnya. Arga memang terkesan dingin tetapi, kenapa saat Ezra menyapanya, Arga sama sekali tidak membalas. 

"Lo kenapa, sih, Ga?" geram Ezra. "Gue ada salah apa sama lo? Sampai lo gak mau negur gue?"

Arga tidak menjawab, ia malah fokus memainkan benda pipih ditangannya.

Alvin bersandar dipenyangga ranjang sambil memakan cemilan yang ia ambil dari kulkas Vero lalu melemparkannya ke arah Arga. "Lo kenapa, Nyet?" 

Arga tidak menjawab.

"Ezra, Ezra. Jelaslah dia marah sama lo. Ngapain lo tadi nempel-nempel sama Agatha?" pungkas Vero yang tengah bermain playstation miliknya tanpa menatap Ezra. "jadi cowok kok murahan banget? Malu, noh, sama cabe-cabean," lanjutnya.

"LO MARAH SAMA GUE, CUMAN KARENA ITU!?"

"Cowok, mah, kalau gengsi emang gitu," ujar Vero lagi.

"Lo cowok, apa bencong, sih, Ga? Ya, kalau lo suka, deketin," ucap Ezra.

Arga tetap diam. Ia sama sekali tidak menyaut membuat Ezra kesal. Ezra mengakui Agatha cantik namun, ia mengajari Agatha semata-mata karena suruhan Pak Edi, bukan bermaksud untuk modus.

Ezra menghela nafasnya, berusaha menjelaskan pada Arga. "Gue akui Agatha emang cantik walaupun gue sempat tertarik sama dia."

"Lo emang serius suka sama Agatha?" kini Alvin yang bertanya.

Arga mengedikkan bahunya tak tahu. Giliran Alvin yang bertanya, ia menjawab meski hanya dengan gerakan tubuh.

"Gue tau, lo mulai ada rasa sama dia. Tenang aja, gue udah batalin taruhan gue sama Ezra." Yap. Alvin sudah membatalkan taruhannya dengan Ezra. Semua taruhannya! Dan Itu semua ada alasannya.

"Gue emang suka sama Agatha. Hanya sekedar suka! Bukan sayang." ucap Alvin. "Dan lo gak perlu takut sama ancaman yang menghantui pikiran lo selama ini. Sekarang waktunya lo untuk bahagia," lanjutnya.

Arga menoleh mencerna semua ucapan Alvin. Apa ia harus melakukan itu? Bagaimana kalau ia tidak bisa menjaga Agatha? Dan akan terjadi sesuatu kepada gadis itu.

"Eitss... jangan lupain Farhan sama Aril. Gue liat-liat mereka berdua juga naksir sama Agatha," sambung Vero.

"Gila, ya, enggak sodara, gak sepupu. Pada suka sama cewek yang sama," ucap Ezra sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Alvin memutar bola matanya malas mendengar nama Adeknya disebut. "Ngapain pake sebut nama dia segala, sih?"

"Lo jangan lupa! Dia adek lo. ADEK TIRI LO!" Ezra sudah jengah sama Alvin, tidak ada perubahan darinya. Ia pikir setelah memberikan nasehat, Alvin akan membuka hatinya untuk memaafkan Aril.

"Gak kasian lo sama dia? Lo bukan anak kecil lagi, Vin. Ingat! Aril mengalah demi lo. Dia rela keluar dari rumahnya dan tinggal di rumah almarhumah Ibunya. Lo masih tega sama dia? Jangan karena dia adek tiri lo, lo bisa semena-mena kayak gitu!" ucap Ezra.

"Lo gak tau apa yang gue rasain, Zra."

Ezra menghela nafasnya. "Keras kepala banget, ya, lo. Terserah, deh, moga-moga aja lo cepat dapat hidayah."

Ezra sudah sangat pasrah. Ia sudah memberikan pencerahan agar cowok itu cepat sadar, tetap saja Alvin keras kepala. Ia tetap pada pendiriannya.

Arga yang duduk disofa langsung berdiri dan mengambil tas beserta kunci motornya di atas meja. Tak lama lagi matahari akan terbenam. Ia akan segera pulang, bersiap-siap untuk pergi bersama seorang gadis, siapa lagi kalau bukan Agatha.

"Lo mau kemana?" tanya Ezra.

"Pergi," jawab Arga singkat, padat dan jelas.

"Kemana? Tumben banget, biasanya lo pulang malam." tanya Ezra lagi. Baguslah, Arga menjawab pertanyaannya, berarti ia sudah tidak marah lagi.

"Ketemu Agatha." jawab Arga  menyunggingkan senyumnya lalu pergi meninggalkan ketiga sahabatnya.

Vero yang tadinya fokus ke playstation-nya langsung menolah. Ia menganga mendengar jawaban dari Arga, begitu pun Ezra dan Alvin.

"Anjir, itu barusan Arga?" Vero masih tidak percaya.

"Setelah sembunyi dibalik senyum palsu, akhirnya senyum tulus itu keluar juga," ucap Alvin.

...

19.05

Agatha sudah siap dengan switer berwarna putihnya dan celana jins hitam dipadukan sneakers kesayangannya. Ia melihat dirinya dipantulan cermin. Perfect. Agatha mengambil ponsel dan dompetnya lalu ia taruh di dalam tasnya.

Ia sudah mendapatkan izin dari Kakaknya, cukup sulit baginya membujuk Al. Agatha turun ke bawah, melihat Al tengah menonton siaran televisi. 

"Bang," panggilnya.

Al menoleh melihat Agatha sudah rapih. "Udah mau pergi?"

Agatha menganggukkan kepalanya. "Iya."

"Pulangnya jangan kemalaman." 

"Iya, Abangku. Gue pergi, ya. Bye," Agatha berlalu keluar rumah. 

Di depan pintu, ia bisa melihat Arga bersandar dimotornya sambil memainkan ponselnya. Ternyata cowok itu sudah menunggunya dari tadi. Agatha menghampiri Arga.

"Hai," sapa Agatha.

"Hai," balas Arga. 

Demi apa? Arga balas sapaan gue Batin Agatha.

Arga naik dimotornya terlebih dahulu lalu memberikan helm yang ia beli sebelum datang ke rumah Agatha. Sepertinya helm itu khusus untuk Agatha.

"Buruan naik," titah Arga. Agatha naik kemotor Arga dibantu bahu cowok itu.

"Pegangan," ucap Arga kemudian Agatha memegang bahu Arga.

"Lo pikir gue tukang ojek?" Ia meraih tangan Agatha untuk memeluk pinggangnya. Gadis itu reflek membelalakkan matanya. Jarak antara keduanya sangat dekat. Mungkin saja Arga bisa merasakan detak jantungnya. Ini bukan Arga yang seperti biasanya. Tanpa Agatha sadari, Arga tersenyum di balik helmnya.

Jantung gueeeee. batin Agatha menahan senyumnya.

...


Ar'Gatha (selesai✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang