11. Permintaan

2.4K 130 3
                                    

*Double Update*

***

"Kalau lagi nggak di kantor, jangan panggil saya Bapak, panggil nama saja, kamu sama Irwan seumuran kan? Berarti sama saya juga sama, seumuran." Angkasa memberikan jus jeruk yang sudah dibuatnya.

"Diminum, ini tanpa gula, tapi tetap manis, jeruknya manis banget dan karena ada kamu juga jadi tambah manis." Goda Angkasa.

"Gombal banget, serius memangnya mau dekatin saya?" Septi meminum jus jeruk pemberian Angkasa.

"Serius, saya nggak pernah main- main."

"Motivasi Bapak apa deketin saya? Gampangan gitu kelihatannya?"

Angkasa menarik nafas.

"Nggak usah panggil Bapak kalau diluar pekerjaan, saya bukan Bapak kamu, lagian di dalam kantor nggak usah formal- formal banget juga nggak masalah."

Septi melirik ke arah Angkasa. Duduk mereka sudah normal kembali. Mereka sudah duduk dalam keadaan berjarak. Pembicaraan mereka juga jauh lebih santai dari sebelumnya.

"Satu lagi, hapus kata 'saya', baku banget Sept, beneran deh, berasa lagi bicara anak sama bapak."

Septi hanya mengangguk- angguk saja. Kenapa Angkasa jauh lebih cerewet dari biasanya. Sangat jarang sekali berbicara banyak diluar kerjaan. Namun lihat saat ini, Angkasa tidak selesai- selesai bicaranya, Septi hanya menyahut sekedarnya saja.

"Jadi sekarang 'aku kamu' nih? Goda Septi. "Geli nggak sih? Udah biasanya manggil 'Bapak', terus pakai kata 'saya' tiba- tiba berubah."

"Bukan cuma penyebutan aja yang berubah, tapi status kita juga."

Septi mengernyit. "Status apalagi yang berubah sih?"

"Sekarang kita pacar beneran, nggak ada kata sandiwara." Angkasa menatap Septi yakin. "Bukan cuma didepan orang tua aku aja pacarannya, tapi sekarang diluar itu, kita juga sepasang kekasih."

Septi terkekeh mendengar ucapan Angkasa. "Pak kebentur apa sih? Jadi aneh gini."

"Angkasa, Sept, pakai nama aja." Ralat Angkasa.

"Ya terserah lah, kamu kebentur apa, bisa berubah gini? Kalau orang pacaran itu pakai hati, bukannya tiba- tiba asal pacaran gitu aja. Apalagi kita pacaran dilandaskan apa? Landasannya cuma sandiwara dan itu juga baru berlangsung hampir satu bulan ini, kamu bercanda banget, ngegampangin suatu hubungan. Mungkin buat kamu nantinya melepaskan aku gampang banget, terus gimana kalau ternyata, aku benar- benar jatuh cinta sama kamu? Siapa yang mau tanggung jawab?"

Septi sudah merubah kata bicaranya, agak terdengar kaku, namun Septi mencoba membiasakan, ternyata lumayan juga, tidak sekaku yang ia kira. Ia bisa jauh lebih santai berbicara dengan Angkaaa.

"Tahu kan istilah 'cinta datang karena terbiasa'? Dan kita lagi mencoba itu."

"Hahaha." Septi tertawa, memang tidak ada yang lucu, namun Septi mendengar ini seperti lelucon. "Kita nggak saling kenal Angkasa, aku nggak tahu siapa kamu, selain kamu memang atasan aku, tapi selebihnya aku nggak tahu siapa kamu aku nggak kenal kamu." Tegas Septi.

"Mungkin aja kamu begini, karena kamu sendang berantem sama kekasih kamu, kamu baru putus, atau ditinggal tiba- tiba sama pasangan kamu, dan kamu butuh pelampiasan aja. Dan karena aku yang baru datang, kamu memanfaatkan aku, setelahnya apa? Setelah kekasih kamu datang kembali, aku bakalan ditinggalin, dengan perasaan yang mulai tumbuh, lalu aku sendirian ... lucu kan."

Angkasa menggelengkan kepalanya, sebagai tanda penolakan.

"Tapi kita bisa sama- sama memulai untuk saling jatuh cinta, kita bisa memulai hubungan yang baru."

Starting YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang