16. Pecah

2.1K 130 0
                                    

Malaam ...
Mari menggalau,
Jangan lupa votenya ya,
Terimakasih ...

***

Gosip antara dirinya dan Angkasa santer terdengar dimana- mana. Ada berbagai berita miring dan positif yang di dengarnya. Ada yang ramai mendukung hubungannya, ada juga yang ingin menjatuhkan namanya.

Sekarang bukan hanya Sari saja yang berani menanyakan langsung tentang kedekatannya dengan Angkasa. Teman- teman yang lainnya juga sudah mulai berani bertanya langsung.

Seperti saat ini. Ketika melihat Angkasa tidak ada di ruangan, Septi sudah di tarik untuk duduk di kubikel milik Sari. Ya, walau satu ruangan dengan mereka, namun jarak mejanya dengan kubikel teman- temannya sangat berjarak.

"Mbak, gosip diluaran itu bener nggak sih?" Tanya Ika.

Posisi duduk Septi sudah seperti dikelilingi oleh massa yang minta pertanggung jawaban. Disana sudah ada Sari, Ika, Agung, Bella dan Asma yang siap dengan berbagai pertanyaannya.

"Mbak tahu nggak, nama Mbak udah ada dimana- mana. Tiga lantai ini, habis ngomongin Mbak sama Pak Angkasa terus." Ucap Bella.

"Iya Mbak, aku jadi korban juga." Septi mengernyit mendengar ucapan Sari. "Aku ke kantin tadi, terus ditarik sama bagian keuangan, mereka cuma mau kepo sama hubungan Mbak sama Pak Angkasa, mereka juga bilang, kalau sampai itu terjadi, cewek- cewek keuangan pada patah hati semua. Mereka juga bilang, merasa terkhianati sama Mbak." Gumam Sari.

Para wanita dari bagian keuangan memang begitu mengangumi Angkasa. Kalau mereka merasa terkhianati sangat jelas, Septi memaklumi. Lantaran Septi selalu jadi perantara dari para wanita bagian keuangan, untuk mengirimkan Angkasa bekal, jajanan, surat atau yang lainnya. Kalau mereka merasa terkhianati itu sangat wajar.

"Mbak aku juga, kemarin aku kebagian keuangan karena Pak Angkasa minta hasil pengeluaran, terus Mbak tahu Shilla kan? Ketua geng keuangan yang begitu mendambakan Pak Angkasa? Dia mau labrak Mbak, kalau sampai Mbak sama Pak Angkasa pacaran." Tambah Ika.

"Makanya Mbak jujur sama kita, jadi kalau ada yang mau macem- macemin Mbak kita bisa bantu Mbak." Sebagai satu- satunya laki- laki yang ada di ruangannya, Agung juga ikut berkomentar.

Septi tertawa mendengar curhatan teman- temannya.

"Nggak usah dipikiran yang kayak begitu- begitu, diemin aja. Tapi, pantesan anak- anak keuangan kalau ketemu aku, langsung bete mukanya."

"Nah karena itu Mbak." Timpal Bela.

Asma yang sedari tadi tampak berfikir akhirnya ikut mengeluarkan suara. "Tapi Mbak, Mbak tahu mantan Pak Angkasa? Kalau bener Mbak udah jadian sama Pak Angkasa, Mbak keren banget udah bikin Pak Angkasa move on, kata anak- anak keuangan, Pak Angkasa gamon, padahal sama orang tuanya udah sering di—."

Ucapan Asma harus terhenti ditengah jalan, suara deheman yang begitu ngebass terdengar di telinga mereka. Bahan gosip yang sedang mereka bicarain sudah muncul di hadapan mereka.

Wajah Asma berubah menjadi memucat, bahkan blush on yang begitu pinknya tidak dapat menutupi ke pucatannya. Siapa yang tidak pucat, ketika sedang membicarakan orang lain, tiba- tiba orang yang menjadi objeknya ada di hadapan mereka.

"Begini cara kerja kalian, kalau saya tidak ada di tempat? Baru ditinggal sebentar sudah begini, bagaimana kalau saya tinggal lama! Pantesan kerjaan kalian nggak ada yang langsung bisa saya terima, karena kerjanya cuma bisa kumpul- kumpul doang!" Geram Angkasa.

Septi melihat ekspresi teman- temannya, tidak ada dari mereka yang berani menegakan kepalanya, termasuk dirinya sendiri.

Setelah melihat Angkasa sudah memasuki ruangannya, Septi mengatakan ke teman- temannya untuk membubarkan diri. Septi akhirnya kembali ke meja kerjanya. Hingga suara panggilan dimejanya berbunyi. Sebagai tanda Angkasa memanggilnya.

Starting YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang