Scene nya dikit aja. Cuma buat jelasin awal mula Nadia tahu hubungan Septi dan Angkasa.
Kalau ada yang baca 'Finding Love' (chapter 49. Terkejut), ini lanjutannya. Dan kalau ada yang mau tahu apa yang di lihat Nadia, ada di Karyakarsa 'Special Chapter 29- Starting You'.
***
Hari ini, sepulang Septi dari kantor, ia memutuskan untuk kembali pulang ke apartemennya. Ia harus menolak ajakan Angkasa yang meminta dirinya menginap di apartemennya. Septi menolaknya, bukan karena hubungan mereka yang sempat merenggang. Melainkan permintaan Nadia yang menyuruhnya untuk pulang ke apartemen. Sehingga hari ini ia kembali ke apartemen bersama Nadia.
Hubungan Septi dan Angkasa sudah kembali membaik. Setelah acara kaburan- kaburannya kemarin, dan berujung Angkasa dapat menemukan keberadaannya. Hubungan keduanya sudah kembali membaik.
Sentuhan Angkasa lah yang selalu membuatnya menyerah dan memaafkannya. Sebenarnya, bukan hanya sentuhannya saja yang membuatnya luluh, namun kata maaf yang juga di ucapkan oleh Angkasa berulang kali terdengar begitu tulus. Serta, ketika Septi menatap matanya, terpancar penyesalannya yang begitu dalam. Yang membuatnya semakin luluh terhadap Angkasa.
Dan sepertinya saat ini ia memiliki masalah lain. Nadia tiba- tiba memaksanya untuk pulang ke apartemen mereka. Nadia juga meminta kepada Angkasa untuk tidak memberikan 'jam lembur' kepada Septi.
Entah kenapa, saat Nadia mengucapkan kata 'jam lembur' kata itu begitu di tekan dan Nadia menatap Angkasa dengan sinis.
Sesaat keduanya sampai apartemen. Nadia tidak memberikan waktu sedikit pun untuk Septi berbasa- basi. Menarik Septi ke sofa, dan menyuruhnya duduk dengan nyaman.
Hingga sebuah pertanyaan keluar dari bibir Nadia.
"Jadi gimana? Harus gue yang tanya, atau lo sendiri yang mau cerita?"
"Hah ... Tentang apa?" Septi tidak mau menebak. Namun ... sepertinya dugaannya benar. Nadia memergokinya ketika ia sedang—bercumbu bersama Angkasa di pantry.
Setelah Angkasa menjemputnya dari rumah Sari. Septi meminta Angkasa untuk mengantarnya ke apartemen, dan disana sepertinya Nadia telah memergoki dirinya dan Angkasa yang sedang bercumbu.
"Harus gue bilang? Kalau gue ngelihat kalian—ya ampun Septi ... kenapa harus di pantry sih? Kenapa nggak di dalam kamar." Nadia menggeleng. "Untung gue cuma datang sendiri, kalau ada Irwan juga—gue nggak tahu deh."
"Terjadi begitu aja, gue juga nggak antisipasi. Gue masih berantem, dan tiba- tiba—" Septi menutup bibirnya. Melihat Nadia yang sudah memicingkan matanya. "Gue punya hubungan sama Angkasa."
"Hmm." Gumam Nadia. "Lalu?"
"Hubungan yang bukan atasan dan bawahan, ya ..."
"Kalian pacaran?"
"Awalnya terpaksa dan—keterusan." Ujarnya.
"Dan lo nggak ada niatan cerita sama gue?"
"Belum. Bukannya nggak mau. Hubungan gue sama Pak Angkasa terlalu rumit untuk dijelasin. Makanya gue mau cari waktu yang tepat, sampai hubungan ini benar- benar tepat."
"Kalau udah yang seperti gue lihat kemarin, dan lo masih bilang belum tepat, gue heran sih. Tepatnya itu bagaimana?" Nadia menghela napas. "Serius deh."
"Gue tuh—" Septi mengangkat kedua bahunya dengan lemah. "Hubungan ini ngalir begitu aja. Awalnya cuma gara- gara gue terpaksa jadi pacar bohongannya Angkasa. Terus—ya... lanjut aja sampai seperti yang lo lihat kemarin." Ujarnya.
"Pak Angkasa, cinta sama lo, dan lo nya?"
"Ya." Septi menarik nafas. "Awalnya gue nggak yakin, tapi lambat laun, ya kita saling takut kehilangan."
Nadia mengenggam tangan Septi. "Gue nggak bisa ngehakimin hubungan kalian. Asal lo bahagia gue ikut senang, Septi..."
"Yaa. Makasih." Septi memeluk Nadia. "Maaf ya gue nggak pernah cerita dari awal. Gue cuma takut ngeganggu pikiran lo aja. Apalagi awalnya hubungan ini cuma main- main."
Nadia mengangguk, mengusap bahu Septi. "It's ok. Walaupun awalnya gue harus kecewa, tapi selama lo senang, gue maafin."
Septi tahu ia memeliki sahabat yang selalu mengerti dirinya. Dari awal ia tidak bercerita mengenai hubungannya bukan berarti ia menganggap remeh persahabatannya.
Namun, karena hubungannya di awal hanya sandiwara, seakan ia merasa tidak memeliki keharusan untuk bercerita. Sehingga ia merasa tidak perlu memberitahu Nadia. Sayangnya, Nadia memergoki dirinya lebih dulu, sebelum ia bercerita tentang hubungannya dengan Angkasa.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Starting You
RomanceAngkasa Razel seorang CEO yang berhasil membuat permintaan kepada Septi Muara Sari di hari pertamanya kerja. *** Siapa yang sangka jika Septi Muara Sari harus bekerja menjadi seorang seketaris dengan atasan yang selalu mengambil keputasannya secar...