Maaf banget baru bisa update kembali, huhu. Kerjaan lagi banyak- banyaknya ...
Semoga seterusnya bisa update tepat waktu ....
Jangan lupa vote-nya ya... Angkasa lagi minta RESTU, semoga lancar sampai Hari- H ...
***
Kini, Angkasa dan Septi sudah tiba di daerah Kota Gudeg tersebut. Angkasa membuat semua waktunya menjadi sangat mudah, tanpa harus membuat Septi keribetan. Cukup dengan menculiknya saja, Septi tidak akan bisa membantanhnya.
Dengan bantuan tol Trans - Jawa, mereka berdua hanya menempuh waktu kurang lebih delapan jam, untuk sampai ke Jogjakarta. Bagi Angkasa, segala halnya telah di permudah untuk menikahi wanitanya. Salah satu contohnya, yah ini perjalan ke Jogja menggunakan transportasi darat, yang jalanannya begitu sangat lancar.
Angkasa mengelus kepala Septi, membangunkannya secara perlahan. Karena sedari tadi di perjalanan, beberapa kali Septi terbangun di tengah tidurnya dengan wajah kagetnya. "Aku ketiduran lagi? Kenapa nggak gantian sih, kamu pasti capek banget." Begitu saja berulang kali, namun setelahnya Septi tidur kembali.
"Hai, bangun yuk." Angkasa mengelus pipi Septi, elusan di kepala sebelumnya tidak membuahkan hasil, Septi masih tetap terlelap.
Hanya gumaman yang tidak jelas yang Septi keluarkan dari suaranya. Setelahnya, secara perlahan kedua matanya terbuka dengan kantuk yang tidak bisa ia tutupi. Beberapa kali Septi masih mengerjapkan matanya, menyeimbangi dengan silau lampu dari luar yang menusuk matanya.
Setelah kesadarannya sudah setengah, Septi menangkup tangan Angkasa dari pipinya, mengenggamnya. "Udah sampe ya? Kenapa nggak bangunin aku sih, kamu pasti capek banget nyetir seharian. Aku bisa nyetir kalau kamu lupa, kita bisa gantian tadi. Dan kalau kamu nggak percaya, aku jaman kuliah suka banget nyetir sendiri ke Jakarta, kadang gantian sama Ri— temen aku. Temen kuliah aku." Sepri menegaskan kembali. Septi hampir saja menyebutkan nama Rian, dan baru huruf depannya saja Angkasa sudah menyatukan kedua alisnya.
"Okey, cukup. Kita udah sampai Jogja dan nggak perlu lagi ada yang di perdebatin." Angkasa melirik jam tangannya. "Kita nginep di hotel dulu, besok pagi baru kerumah Orang Tua kamu." Berhubung untuk melanjutkan ke rumah Orang Tua Septi masih membutuhkan waktu setengah jam lagi, itupun kalau tidak macet. Angkasa lebih memilih untuk berhenti di hotel seraya mengistirahatkan tubuhnya.
"Aku bisa lho ... nyetir ke rumah, dari sini nggak terlalu jauh juga." Septi menatap Angkasa. Namun Angkasa sudah jelas tidak mau di ajak berdebat dan memilih turun dari mobilnya lebih dulu.
Angkasa jalan memutari mobilnya. "Mau turun atau tidur di mobil?"
Raut wajah Angkasa jelas sekali terlihat lelah. Tidak ingin melakukan perdebatan panjang, Septi segera turun dari mobil. Berjalan, sejajar dengan Angkasa.
Septi mengernyit ketika melihat Angkasa membawa satu buah koper. Sejak kapan Angkasa merapihkan barang- barang untuk di bawa ke Jogja. Ini Septi yang tidak peduli atau memang Angkasa begitu rapih dalam menyembunyikan sebuah rahasia? Satu hal lagi yang harus Septi pelajari dari seorang Angkasa.
Angkasa hanya memesan satu kamar untuk mereka tempati. Memang bukan hal yang baru, bahkan sudah jadi kebiasaannya untuk tinggal di satu kamar yang sama dengan Angkasa. Dan sepertinya bukan hal yang harus Septi debatkan dengan Angkasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Starting You
RomanceAngkasa Razel seorang CEO yang berhasil membuat permintaan kepada Septi Muara Sari di hari pertamanya kerja. *** Siapa yang sangka jika Septi Muara Sari harus bekerja menjadi seorang seketaris dengan atasan yang selalu mengambil keputasannya secar...