Marah paling membinasakan adalah marah dalam diam. Dia bisa-bisa meletus kapanpun bak gunung berapi, ketika akumulasi emosi mencapai puncak. Memenuhi isi kepala hingga tak terbendung lagi. Pelampiasannya bisa bermacam-macam. Tidak tertebak. Dari yang teringan sampai mengerikan.
Itulah yang sedang terjadi pada Mas Iyo.
Aku tahu dia marah soal makanan pemberian Kak Arter. Bukan tentang masalah aku izin ke kediaman teman sepulang jam rumah sakit, yang belum ketahuan sampai sekarang. Aku tidak akan cerita, karena ada misi besar sedang kuemban. Kalian juga belum boleh tahu. Aku merasa universe sedang mendukung jalanku saja. Buktinya, Mas Iyo hanya bilang, "Iya. Pulang kost jangan kemaleman. Mas jaga lagi," dalam suara tenang nan pelan. Namun, berubah diam seribu bahasa ketika kuangkat topik permintaan maaf itu lagi.
Sekarang, bagai anak terlantar, aku terombang-ambing dalam bimbang. Harus pulang ke rumah Jagakarsa atau menginap di kost nanti siang.
Semalaman, tumben sekali Mas Iyo tidak swa-reportase tentang kegiatan sehari-hari yang dijalani. Biasanya, dia sendiri yang memberi kabar sedang apa dan dimana tanpa kusuruh pun. Kini, bahkan ketika kutanyai, Mas Iyo tidak menjawab. Aku tahu. Dia sedang mengaktifkan mode ngambek paling mengerikan sejagad Jagakarsa.
Vein:
Vein nanti mlm nginep kost atau rumah?Pesanku di jam 3 pagi. Sebuah nada balasan masuk satu jam kemudian. Aku melompat dari rebahan. Subuh-subuh, masih mengantri kamar mandi, kumanfaatkan untuk merenggangkan otot-otot tangan di atas kasur bersama guling kesayangan.
Mas Iyo:
Tserah km aj.Kan, kan! Singkat, padat dan jelas ini kiasan dari sebuah pengusiran. Dia pikir aku tidak tahu maksud kata terserah? Kalimat ajaib perempuan yang sebenarnya adalah tidak, jangan, nggak boleh, dan sebangsanya.
Vein:
Becanda. ☺️
Nanti plg rumah. Jgn ditinggalin ya?Mas Iyo:
Mmm.Vein:
Mau srapan apa?
Kabur bntr mau gak? Buryam sblh kampus itu enak bgt. 🤤Mas Iyo:
Ga. Mkn kantin aj. Sbuk.Harapanku pupus. Dia masih marah. Kuajak makan di luar tidak mau. Ke kampus berapa menit sih? Tidak sampai 15 menit. Makan 15 menit. Sekarang, masih ada sekitar 2 jam sebelum morning circle. Meskipun begitu, aku tetap bersyukur. Setidaknya, Mas Iyo membalas chat-ku.
---------------
"Tumben amat. Jam 7 masih anteng. Nggak ada morning circle kali ya?"
"Denger-denger dari broadcast senior sih, sama Dokter Giri. Tapi nanti jam 7.30. WH masih ada SC," jawab Ariana.
Aku ber-oh ria, baru mengetahui sesibuk apa Dokter Arsenio Heart itu. Bisa kutebak, sampai jam 7 ini, dia pasti juga belum sarapan. Kalau aku datang membawakan makanan sebagai ucapan permintaan maaf, pasti semua curiga. Kalau mau menitip Dokter Yudi, aku sungkan. Setiap jaga, dia selalu ekstra kerja memenuhi permintaanku. Padahal kewajibannya banyak. Tidak seecek-ecek pekerjaan yang kuberi. Menjadi kurir makan sepasang pengantin baru belum mau diakui publik. Kupikir ulang matang-matang lagi. Jika hari ini kubiarkan Mas Iyo, lalu dia kelaparan sendiri, kurasa dia akan mencari makan sendiri juga sepertinya tidak apa-apa. Toh, dulu semasa bujang, dia tidak kerepotan mengurus perut sendiri, kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Diam-diam Dia Suamiku ( Heart & Vein ) END
RomanceMimpi apa aku semalam? Dokter Heart datang ke rumah bersama kedua orang tua, berniat melamar. Parahnya, Ibu dan Bapak menerima pinangan. Aku yakin mereka sedang berinvestasi bodong. Manusia sepertiku, harusnya sulit mendapat jodoh. Seorang budak ber...