26. Not a Cinderella

29.1K 3.3K 136
                                    

Sesenang apa sih, seorang wanita diperlakukan bak ratu oleh suaminya sendiri? Aku tidak pernah membayangkan sebelumnya. Kukira adegan pria-pria di drama kesukaan Sasi hanyalah isapan jempol belaka. Demi menarik penonton yang kebanyakan berusia muda, sedang mupeng-mupengnya memiliki pasangan. Tidak disangka, Mas Iyo menerapkannya. Kemungkinannya ada tiga. Antara dia sama-sama penggemar seperti Sasi, berpengalaman sebelumnya, atau mengikuti insting sebagai suami. Ada yang bisa menebak? Jujur, aku ragu pada tebakanku sendiri.

Mas Iyo melanjutkan segala keromantisannya. Kami makan pecel lele kaki lima yang digelar di trotoar sambil ngobrol banyak hal. Masa-masa sewaktu dulu dia kost, koas, dan tentang stase Mata yang paling dibenci karena konsulennya subjektif. Dia membelikanku setangkai mawar dari seorang anak kecil yang menjajakan keliling dari warung ke warung. Obrolan kami berlanjut di rumah. Di meja makan kebanggaan yang kuubah menjadi tempat belajar. Dimana Mas Iyo merapatkan bangku kayu berlapis busa kami, dia mengetik tesis, sedangkan aku membaca buku besar Ilmu Kebidanan. Ruang perpustakaannya menganggur sejak beberapa hari belakangan.

Sampai pada satu titik di pukul 11.30 malam, kami mulai mengantuk, Mas Iyo justru mengajakku merencanakan masa depan sambil aku menyeduh teh hangat. Dia mulai melarangku minum kopi, Saudara-saudara. Padahal, aku harus begadang malam ini. Besok ada ilmiah Dokter Tunjung berikut pretest dan postest yang mempengaruhi nilai akhirku. Kami pun membahas bagaimana koasku kalau tiba-tiba aku hamil, yang dia mau menggantikan seluruh tugas beratku sebagai koas. Mulai mendorong brankar pasien IGD-bangsal atau bangsal-IBS hingga mengantarkan darah ke lab PK yang paling kuhindari. Semuanya, kecuali jika tugas itu berhubungan sama perkembangan isi otakku, dia takkan membantu. Bualan si playboy yang membuat mataku akhirnya melek dalam bahakan lepas tengah malam. Mana ada residen super-super chief mau turun pangkat ke tataran terendah rumah sakit lagi? Co-ass stands for co-assistant. Asistennya asisten. Sudah asisten, ini masih asistennya asisten lagi. Parah kan? Kasta dimana kami digembleng jadi anticengeng, belajar menyesuaikan diri bak zombie yang tetap ON 24 jam, kadang masih merasa bodoh, seringnya dibodohi senior, dari panjangnya perjalanan menjadi dokter tersebut. 

Tak berhenti di situ. Kami juga membicarakan rencana setelah menikah secara hukum. Resepsi akan dilangsungkan tepat aku selesai stase Obgyn. Mas Iyo mengajakku izin cuti seminggu selama pergantian stase dan ingin kabur singkat ke New Zealand. Pun mengenai cita-citaku akan mengambil spesialis, dia menyuruhku untuk mendaftar di UGM saja, sedangkan dirinya dapat mengabdi di Temanggung atau Magelang, setelah gelar dokter Obgyn tersemat di namanya. Menemani kemanapun aku menetap. Diam-diam Mas Iyo ternyata telah menyiapkan sebuah rumah di Jogja. Rumah investasinya yang bisa ditempati kapanpun jika ada sanak famili atau kami akan tinggal.

Obrolan berat namun penting ini dipotong pada pukul satu pagi dalam keadaan kami sudah di ujung awang-awang, tidak sanggup memasukkan sekalimatpun hafalan ke kepala dan lagi-lagi berakhir dalam bobok peluk. Tidak ada satu alasan untukku menjauh, meskipun kami sama-sama belum mengutarakan isi hati yang sebenarnya. Kurasa aku makin jatuh cinta pada Mas Iyo. Sedangkan dia, kuharap memiliki perasaan yang sama, merangkum segala tindak-tanduk manisnya belakangan ini padaku.

---------------

Aku kesiangan lagi. Cepat-cepat kuoles selai coklat ke atas lembaran roti tawar yang ada di meja makan.

"Kenapa sih, selalu susah banget dibangunin?" tanyanya meletakkan segelas susu di hadapanku. Mau tidak mau harus kuhabiskan kalau tidak ingin Mas Iyo mengomel. Hari ini aku jadi istri manja. Tidak sempat memasak sarapan, apalagi membereskan kamar. Duh! Ajaibnya, pagi ini dia tidak bilang aku malas, jorok, lelet atau sebangsanya. Apa ini efek hebatnya dari tumbuh cinta?

"Aku tuh ngantuk banget, Mas. Ojekku dah dipesanin belum?" 

Kekuatan kepepet memang selalu menakjubkan. aku bisa melakukan 3-4 pekerjaan sekaligus. Makan, memakai sepatu, pasang mata membaca ulang materi pretest, tangan mengirim WhatsApp agar Alana mengabariku jika Dokter Tunjung datang.

Diam-diam Dia Suamiku ( Heart & Vein ) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang