"Nggak, ah. Kita udah kelas 12, enggak ada waktu buat bentuk band atau semacamnya."
Alden dan Gathan memasang raut wajah memelas, membuat cowok yang menolak dengan kalimat nada tajam tadi sontak mendengkus lelah. "Sekali enggak, ya enggak."
"Ayolah, Yal. Gue janji band ini nggak bakalan ganggu kewajiban kita sebagai siswa kelas 12." Itu suara permohonan dari Alden, diucapkan dengan penuh memelas.
"Just for fun, Yal." Gathan menambahkan.
Arial terdiam sejenak. Sejak beberapa menit kedua temannya itu menyeret dirinya ke ruang musik, dia sebenarnya sudah mempunyai firasat tidak enak. Maksudnya, bagaimana mungkin otak kedua manusia ini berkeinginan membentuk band di saat seharusnya mereka fokus belajar agar nanti dapat diterima di Universitas impian.
Namun, Arial lupa, bahwa Alden dan Gathan memang kadang-kadang syaraf otaknya tidak bekerja dengan baik.
"Emang lo nggak mau realisasiin band yang udah kita bentuk nggak sengaja dari kelas 10 ini?" Alden kembali bersuara.
"Seenggaknya kita harus bikin sesuatu bernama kenangan sebelum nantinya masuk kuliah." Kali ini Gathan kembali menambahi.
"Dan kita yakin, band ini murni untuk seneng-seneng aja. Semacam tempat istirahat kalo lagi lelah sama kehidupan siswa tingkat akhir."
"Tambahan, sebagai bonus supaya lo bisa semakin dapetin perhatian dari Selma."
Mendengar Gathan menyebut nama Selma, Arial sedikit bereaksi. Teringat lagi beberapa bulan yang lalu, perempuan itu sempat memuji permainan drumnya. Tapi tidak mungkin, 'kan, dia menerima tawaran itu begitu saja hanya karena mendengar nama Selma disebut.
"Enggak mempan," ujar Arial ketus. Membuat Gathan dan Alden hampir menyerah. Susah sekali membujuk satu temannya ini. Merasa karena sudah tidak ada cara lagi, terpaksa mereka menggunakan plan terakhir.
"Mau gimana lagi," ucap Alden terdengar lemah. Arial kira keduanya sudah menyerah, tapi rupanya itu hanya bentuk kepasrahan dan melemparnya pada rencana terakhir. Karena sepersekian detik berikutnya, muncul sosok Selma dari ambang pintu ruang musik. Gadis itu tidak sendiri, ada Kanin yang setia berdiri di sampingnya.
"Makanan udah sampe~" Raut wajah Selma sangat riang seraya mengangkat kedua tangannya yang masing-masing memegang kantung kresek.
"Selma, kaulah kawan sejatiku." Alden langsung menyambut dengan dramatis. Hal tersebut sukses mendapat kedipan mata dari Selma.
"Nih, makan dulu yuk. Gue sama Kanin beli nasi uduk sama beberapa camilan juga."
Melihat makanan sudah di depan mata, juga Arial dan Gathan yang tampak antusias, mau tak mau membuat Arial akhirnya ikut bergabung. Meski dalam hati bingung sendiri mengapa Selma dan Kanin bisa ke sini. Seolah-olah kedua perempuan itu memang sudah tahu keberadaannya.
"Beli di kiosnya Haji Abdul lo, ya?" tanya Alden setelah satu suapan nasi uduk dia masukkan ke mulut.
"Hooh. Nasi uduk beliau paling juara deh se SHS," sahut Selma.
Untuk beberapa menit ke depan, kelima siswa itu makan dengan khidmat. Sampai kemudian, Alden menyikut lengan Selma yang memang duduk di sebelahnya. Mengerti apa maksud Alden, Selma hanya mengangguk. Dia memutuskan menelan nasinya terlebih dulu sebelum kemudian meraih air mineral dan meminum beberapa teguk.
"Yal," panggil Selma memecah hening. Panggilan itu tidak hanya mengundang atensi Arial yang sibuk mengunyah, tapi juga seluruh pasang mata yang ada di sana.
"Apa?" tanya Arial singkat.
"Gue pengen deh ngeliat permainan drum lo yang mengagumkan itu."
Hening mengambil alih. Diam-diam Gathan dan Alden menahan napas melihat reaksi Arial yang mematung. Kunyahan pada mulut cowok itu berhenti sejenak. Namun tak lama kemudian, Arial menelan makanannya lalu memilih meraih sebotol cola di lantai dan meneguk minuman tersebut.
Alden ketar-ketir sendiri ketika tatapan Arial sempat tertuju tajam ke arahnya. Namun dia tidak punya pilihan lain. Selain itu, Selma sendiri yang menawarkan diri karena memang gadis itu ingin melihat lagi Arial bermain band.
"Ini bukan permintaan Alden sama Gathan kok. Jauh dari hari ini, emang gue udah berandai-andai bisa liat lo di balik drum lagi." Selma memutuskan kembali bersuara. Namun lagi-lagi hanya hening yang membalas.
Kali ini suasana lebih dingin dari sebelumnya. Sebab sekarang Arial hanya duduk terdiam dan menatap ke arah bawah. Diam-diam sebenarnya Selma bergidik ngeri. Bagaimana kalau Arial marah?
Namun, tepat ketika bel masuk berdentang panjang, Arial mendongak. Posisi cowok itu yang memang berada di depannya tepat menyorot pada kedua bola matanya. Selma bisa merasakan tatapan tajam itu berubah menjadi lembut.
"Kapan latihan pertamanya?"
***
A/n: i hope u like it guys (っ´▽')っ
Sampai jumpa di cerita yang lain ʕ•ε•ʔ
![](https://img.wattpad.com/cover/228986441-288-k967674.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Halcyon [Completed]
Novela JuvenilSelma Tabitha bukanlah murid terkenal di Star High. Gadis berambut sebahu itu hanyalah siswi biasa yang beruntung bisa terangkat menjadi ketua drawing club. Hidupnya tenang-tenang saja dan terkesan monoton. Sampai suatu hari Selma melakukan sebuah k...