Selma keluar dari kelas 10 IPA 1-- ruang yang dipakai ujian untuk seleksi OSN mapel Geografi. Gadis bersurai sepundak itu tampak menghela napas pelan. Ia baru saja menyelesaikan ujiannya. Besok, hasilnya baru keluar.
"Gue gak yakin bisa wakilin Geografi. Apalagi tadi ada Keano, peringkat satu di IPS 2." Selma bergumam sendiri, matanya fokus menatap ke depan. Ia melirik jam yang melingkar di pergelangannya, sudah pukul 4 sore. Pantas sekolah sudah lumayan sepi. Hari ini ia memang tidak mengikuti KBM seperti biasa dikarenakan seleksi yang diikutinya.
Selma berjalan menyusuri pinggir lapangan dengan pandangan fokus ke depan. Suara-suara dari anak marching band yang sedang latihan di lapangan sama sekali tak menarik perhatian Selma. Ia terlalu fokus memikirkan nasib OSN-nya.
"Selma!"
Langkah kaki Selma refleks berhenti ketika ia mendengar suara Azel memanggil. Menoleh, ia mendapati kakaknya itu sedang berjalan menghampirinya.
"Udah selesai?" tanya Azel ketika keduanya sudah berjalan beriringan.
"Iya, dan kayaknya gue bakal gagal," jawab Selma lesu.
Azel menghela napas jengah, lantas menepuk pundak Selma pelan. "Bukan di situ poin pentingnya, yang penting lo udah berani buat ikutan seleksi. Gagal atau enggaknya, itu gak masalah, Sel."
"Tapi gue takut Mama bakal kecewa kalo gue gak ikut OSN."
"Mama pasti ngerti. Lo tenang aja." Azel berujar seraya tersenyum menenangkan.
Mau tak mau, Selma ikut melengkungkan bibirnya membentuk pelangi terbalik. Walaupun ia kelihatan lebih baik di luar, nyatanya Selma tak bisa menghilangkan perasaan cemas itu.
"Mau makan es krim?" tanya Azel ketika keduanya sudah sampai di depan gerbang, menunggu Pak Nando datang.
"Emang lo dibolehin?"
Azel tersenyum. "Sekali-kali gak papalah."
"Ayo!" Selma menyahut dengan suara lantang, lantas keduanya tertawa.
Kedai es krim yang terletak tepat di depan sekolah menjadi pilihan keduanya. Selma dan Azel tampak ikutan antri dengan beberapa pembeli lainnya, yang didominasi murid SHS untuk mendapatkan es krim yang diinginkan.
Sekitar sepuluh menit menunggu, keduanya akhirnya mendapatkan es krim. Setelah membayar, Selma dan Azel kembali ke depan sekolah. Pak Nando mungkin sebentar lagi akan datang.
"Yang ikutan seleksi Geografi emang ada berapa, sih, Sel?" Azel bertanya seraya fokus menjilati es krim buah-buahannya.
"Ada lima, di antaranya ada si Keano. Bintangnya IPS 2. Gue udah tetapin dia jadi saingan terberat gue saat ini."
"Keano yang ganteng itu?"
Selma sedikit berdecak, lantas tersenyum geli. "Ganteng dari mana? Dari Hongkong?"
"Emang ganteng kok. Keano Mandala, 'kan?"
"Hmm."
"Ganteng ih, mata lo aja yang sepet gak bisa bedain mana cogant mana enggak," cibir Azel.
Selma terkekeh mendengar kalimat itu. Rasanya baru pertama kali ini ia bisa mengobrol dengan begitu lepasnya dengan Azel. Bukan obrolan serius seperti biasanya.
Selma pernah memimpikan bisa mengobrol panjang dengan Azel. Entah obrolan tentang pelajaran, perihal skincare, drama korea yang sedang hits ataupun membicarakan cowok yang disukai.
Mungkin, mulai sekarang, impian kecil itu bisa terwujud seiring hubungan keduanya yang mulai menghangat. Selma menatap wajah Azel dari samping seraya tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halcyon [Completed]
Fiksi RemajaSelma Tabitha bukanlah murid terkenal di Star High. Gadis berambut sebahu itu hanyalah siswi biasa yang beruntung bisa terangkat menjadi ketua drawing club. Hidupnya tenang-tenang saja dan terkesan monoton. Sampai suatu hari Selma melakukan sebuah k...