[51] Happiness

106 13 3
                                    

Ujian kenaikan kelas berakhir hari ini. Setelah lebih dari satu minggu murid-murid Star High School dibantai oleh berbagai soal-soal rumit nan mengecoh, akhirnya hari ini, ujian itu berakhir juga. Meski tahap selanjutnya adalah cemas menunggu hasil yang sudah mereka perjuangkan selama beberapa hari belakangan ini.

Sistem remedi juga sudah menunggu di depan. Membuat sebagian murid bersyukur, karena merasa masih diberi kesempatan untuk memperbaiki nilai yang memang dari awal sudah tidak yakin bisa mencapai KKM.

Di ruang kelas 12 IPS 3, Selma keluar terakhir. Perempuan yang menyandang tas abu-abu di pundaknya itu sontak menghela napas berlebihan. Berada di dalam ruangan selama hampir 90 menit sukses membuat dadanya terasa sesak. Ujian Sejarah, merupakan mata pelajaran terakhir yang diujikan pada Ujian Kenaikan Kelas pada kali ini.

Suasana sekolah tampak ramai. Di koridor sudah berkumpul dan berjejelan para murid yang juga sepertinya baru saja menyelesaikan ujiannya. Wajah-wajah murid terlihat lelah, tetapi berseri di saat bersamaan. Hari Senin dan Selasa depan hanya akan ada kegiatan remedial bagi yang memang nilainya tidak cukup. Setelah itu akan diadakan class meeting, berikut penerimaan raport dan yang paling ditunggu-tunggu, libur!

Selma sudah tidak sabar menunggu hari itu. Dia rindu bermalas-malasan di kamarnya. Tanpa terdesak deadline tugas. Tanpa pusing memikirkan ekskul Drawing Club. Dan tanpa repot-repot bangun pagi untuk sekolah. Selma rindu aktivitas malasnya.

"Hoi! Ngelamun aja lo!" Saat kaki Selma mendarat di pinggir lapangan utama, dari arah belakang datang sosok Kanin dengan tepukan yang dia beri di pundak.

"Mana ada ngelamun, gue lagi menikmati setitik kebebasan ini," sahut Selma menjiwai. Untuk menambah kesan dramatis, perempuan itu berhenti sejenak lalu merentangkan kedua tangannya dan menutup mata. Seolah-olah menikmati kebebasan yang barusan dia gaungkan, padahal dari kacamata Kanin, Selma mirip orang tidak waras saat ini.

"Udah, berhenti! Kayak orang gila tau," ujar Kanin tidak berperasaan. Namun, diikuti juga oleh Selma. Kini keduanya kembali berjalan.

"Ada waktu dua hari buat remedi. Gue optimis ikut remedial Matematika, sih, Sel."

"Lah, kok optimis? Harusnya pesimis dong," sergah Selma cepat. Namun, Kanin kembali menggeleng. "Gue bahkan sujud syukur kalo nilai MTK gue tembus 40. Sumpah, ya, waktu itu gue belajarnya susah karena keburu capek sama ujian Ekonomi. Lagian, kenapa coba Ekonomi harus bersamaan banget Matematika. Bikin otak anak IPS ngebul tau," cerocos Kanin.

"Fyi aja nih, anak IPA bahkan hari itu Matematikanya gabung sama Fisika. Bayangin, gimana pusingnya mereka."

"Ngapain gue bayangin mereka, mending ngurus diri sendiri deh dulu," tolak Kanin seraya menggeleng beberapa kali. Berusaha mengusir bayangan-bayangan anak IPA yang tengah pusing lantaran ujian Matematika bersamaan dengan Fisika. Kondisinya sekarang lebih patut dikasihani.

"Yaudah, bagus dong kalo lo ikut remed. Bisa memperbaiki nilai."

"Masalahnya gue juga enggak yakin tuh nilai gue bisa bagus meski ikut remedial. Bisa aja makin anjlok."

"Sabar aja deh, ambil hikmahnya." Selma berujar, yang mana kalimat itu sama sekali tidak membantu.

Saat keduanya sudah berada di luar gerbang, Kanin tiba-tiba teringat sesuatu. "Eh, lo hari ini nggak bareng Arial?"

Bukan tanpa alasan Kanin tiba-tiba bertanya seperti itu. Semenjak Arial keluar dari rumah sakit dan berhasil melewati masa pemulihan selama seminggu, cowok itu sudah kembali ke sekolah. Dan pulang pergi sekolahnya tentu saja bersama Selma, yang mana hal tersebut sempat mendapat gosipan dari anak-anak jika keduanya tengah berpacaran.

Halcyon [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang