Selma keluar dari kamar mandi seraya mengelap rambutnya yang basah dengan handuk berwarna putih. Gadis itu baru saja membersihkan diri setelah tadi menghabiskan waktunya di sekolah sampai sore.
Hari Sabtu memang selalu menjadi hari sibuknya Selma. Sebagai ketua Drawing Club, ia harus bisa hadir di tengah-tengah kegiatan rutin ekskul. Tadi, ia dan anggotanya baru saja menyelesaikan beberapa lukisan panorama sekolah.
Bibir Selma bersiul pelan, menyanyikan lagu Start dari Gaho. Akhir-akhir ini ia suka menyanyikan lagu tersebut gara-gara habis nonton drama Park Seo Joon di Itaewon Class.
Meletakkan handuk yang habis dipakainya, Selma meraih sandal rumahnya yang ada di bawah tempat tidur. Ia lantas mengenakan sandal berbulu Hello Kitty itu dan segera keluar dari kamar.
Pemandangan pertama yang Selma lihat saat ia menginjakkan kakinya di lantai dasar adalah Azel. Kakaknya itu tampak duduk di sofa ruang tengah seraya menekuri gadget di tangannya.
"Lagi ngapain, Zel?" tanya Selma seraya ikut mendudukkan dirinya di samping Azel. Ia melirik jam dinding yang tergantung di atas televisi sejenak. Sudah pukul 7 malam, dan Papanya belum pulang dari kantor. Bukan hal aneh sebenarnya, karena Vian memang orangnya sibuk sekali.
"Ini gue lagi liat-liat sepatu, Sel. Lucu-lucu tau." Azel mendekat ke Selma seraya memposisikan ponselnya di tengah-tengah mereka.
Sekarang Selma bisa melihat beberapa gambar sepatu yang dipasang di aplikasi penjualan online paling terkenal di Indonesia. Azel benar, ada banyak gambar sepatu lucu di sana.
"Gue pengen beli ini ini deh, kira-kira Mama mau gak beliin?" Azel bertanya seraya menunjuk salah satu gambar sepatu di sana.
Selma mengernyit sebentar seraya memperhatikan gambar yang ditunjuk Kakaknya. Sepatu kets warna putih dengan gambar kepala kucing di bagian samping itu memang lucu dan terkesan perempuan sekali.
Mata Selma beralih menatap harganya yang tertera di bagian bawah.
Tiga ratus lima puluh ribu.
"Emang lo gak ada tabungan? Itu lumayan mahal lho."
Azel memajukan bibirnya beberapa senti. "Gak ada, Selma. Uang tabungan gue abis kepake buat beli albumnya BTS bulan kemarin."
"Yaaa ... menurut gue Mama mungkin mau-mau aja, asal lo ngerayunya lebih ekstra lagi. Lo, 'kan, tau Mama itu gimana, dia gak suka kalo kita beli barang-barang yang gak dibutuhin. Apalagi sepatu lo udah banyak banget, Zel."
"Gue butuh sepatu ini buat pentas drama pas pensi nanti tau!"
"Emangnya mau nampilin drama apa, sih, sampe harus pake sepatu kayak gini?" tanya Selma dengan hembusan napas jengah.
Tampak Azel tersenyum misterius. "Ada deh, gue, 'kan, udah bilang ini rahasia."
"Bukannya kostum tanggung jawab ekskul, ya?"
"Iya, sih. Cuman gue cocoknya pake sepatu ini. Dan gue yakin banget sepatu yang udah disediain panitia nanti pasti gak sesuai selera gue," pungkas Azel seraya mengerucutkan bibirnya.
Diam-diam Selma menghela napas kasar. Inilah sifat yang tidak disukainya dari Azel. Kakaknya itu kalau sudah bilang 'iya', maka keinginannya harus terpenuhi. Bagaimana pun seseorang mencegahnya, Azel akan berusaha mewujudkan keinginannya.
"Yaudah bujuk Mama sana," putus Selma akhirnya. Bertepatan itu, Riana datang dari arah dapur seraya membawa nampang berisi sepiring bakwan juga pisang yang sudah dipotong-potong kecil.
"Ada apa nih ribut-ribut? Kedengeran sama Mama lho di dapur," tanya Riana sembari duduk di tengah-tengah putrinya. Otomatis Selma dan Azel harus menggeser badan masing-masing.
![](https://img.wattpad.com/cover/228986441-288-k967674.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Halcyon [Completed]
JugendliteraturSelma Tabitha bukanlah murid terkenal di Star High. Gadis berambut sebahu itu hanyalah siswi biasa yang beruntung bisa terangkat menjadi ketua drawing club. Hidupnya tenang-tenang saja dan terkesan monoton. Sampai suatu hari Selma melakukan sebuah k...